Jawaban:

Konferensi Meja Bundar (KMB) (bahasa Belanda: Nederlands-Indonesische rondetafelconferentie) adalah sebuah pertemuan yang dilaksanakan di Den Haag, Belanda, dari 23 Agustus hingga 2 November 1949 antara perwakilan Republik Indonesia, Belanda, dan BFO (Bijeenkomst voor Federaal Overleg), yang mewakili berbagai negara yang diciptakan Belanda di kepulauan Indonesia.[1] Sebelum konferensi ini, berlangsung tiga pertemuan tingkat tinggi antara Belanda dan Indonesia, yaitu Perjanjian Linggarjati (1947), Perjanjian Renville (1948), dan Perjanjian Roem-Royen (1949). Konferensi ini berakhir dengan kesediaan Belanda untuk menyerahkan kedaulatan kepada Republik Indonesia Serikat.

Konferensi meja bundar adalah sebuah format pertemuan atau diskusi di mana peserta duduk mengelilingi meja bundar tanpa ada posisi yang menonjol atau mendominasi. Setiap peserta memiliki kesempatan yang sama untuk berpartisipasi dalam diskusi dan memberikan pendapatnya. Konferensi meja bundar biasanya digunakan dalam konteks diskusi kelompok atau perundingan di mana tujuannya adalah mencapai kesepakatan atau pemahaman bersama.

Dalam konferensi meja bundar, tidak ada kepala meja atau kursi yang lebih penting daripada yang lain. Ini menciptakan atmosfer yang lebih egaliter dan mempromosikan partisipasi aktif dari semua peserta. Setiap orang memiliki kesempatan untuk menyampaikan pandangannya, bertukar ide, dan mendengarkan pandangan orang lain secara langsung.

Format konferensi meja bundar sering digunakan dalam berbagai konteks, termasuk pertemuan bisnis, forum politik, dialog antarbudaya, dan perundingan diplomatik. Tujuannya adalah menciptakan lingkungan yang inklusif, membangun pemahaman bersama, dan mencapai konsensus atau solusi yang dapat diterima oleh semua peserta.