Jawaban:

Contoh :

Lucu sekali ketika di saat aku mengingat hari itu. Rasanya, memori itu benar-benar membekas di kepala. Kalau bisa, aku ingin memutar kembali waktu, mengulang waktu kejadian dan melakukan hal yang lain. Aku tidak menyesal, malu, marah bahkan sedih ketika mengingatnya. Sungguh, rasanya tak bisa ku utarakan. Namun, kalau saat itu tak pernah ada, aku tak akan berdiri di posisi ini. Posisi yang selalu ku dambakan.

"Aku bingung..." Sepertinya saat itu aku tengah berpikir keras akan sesuatu, terlihat jelas ketika aku menghentak-hentakkan telapak kaki ku ke lantai sambil menggigiti ujung pensil, uh. "Kamu sedang belajar?" Entah karena sibuk atau memang malas melihatnya, aku tetap pada posisiku menghadap selembar kertas putih di atas meja belajar. Terdengar suara nampan kayu di taruh di mejaku. Segelas susu hangat dan... Roti? "Aku lapar juga..." Roti panggang yang renyah dengan selai Stroberi manis... Mhm... "Aku tidak lapar, tuh" Jawabku ketus. "Kamu jangan sampai terlalu kelelahan... Mama tau itu hobi kamu, di makan, ya" Lalu ia pergi ke luar, menutup pintu kamarku dengan amat pelan.

Hari berikutnya, hari penting bagiku. Amat penting. Aku sudah sampai di gedung penerbit untuk, mengirimkan sesuatu. Sampul cokelat klasik yang kupegang, ku serahkan kepada Resepsionis. Dia menyadariku, lalu ia memastikan bahwa aku... benar-benar aku. "Nayra?" Aku mengangguk mendengar namaku. Ia terlihat sumringah akhirnya bertemu denganku. Bukan orang penting atau pemilik saham dan semacamnya. Aku adalah penulis kebanggan perusahaan ini. Setelah beberapa pertemuan, aku...

DI TOLAK? "Karyamu ini bagus, namun terlalu..." "Saya harap kamu bisa menemukan penerbit lain yang mau menanggung karya mu."

Begitu saja, aku... Sudahlah. Aku benar-benar terpuruk, aku jatuh hingga kedalaman. Yang gelap, sunyi, dan tidak menarik. Kemana ruang hidupku yang penuh warna? Semuanya gelap. Aku tidak makan, pergi bersekolah dan apapun itu. Mengurung diri di kamar dengan selembar kertas kosong. "Nak?" Aku tidak mendengar apapun, tidak sama sekali. Tak banyak basa-basi, ia memeluk diriku hangat. Mengecup puncak kepalaku dengan lembut. Ia menyemangatiku, membangkitkanku dari kedalaman, mengantarku ke puncak cahaya berbintang. Begitu saja, aku kembali berkarya, menerbitkan cerita-cerita ku sendiri dan mencapai puncak. Entah sedalam apapun kamu jatuh, akan selalu ada cahaya yang menemanimu keatas.

Penjelasan:

alur mundur adalah cerita dengan peristiwa dari akhir ke awal, penulis mengawali kisah dengan konflik, lalu penyelesaian, dan memperlihatkan masa lalu atau disebut dengan kilas balik.