Pada suatu sore, Lika, Erma, Gading dan Dista bercengkrama di teras pendopo rumah Erma. Mereka asik berbincang sambil bercanda. Tugas kelompok yang mereka kerjakan sudah selesai tapi belum ada yang beranjak pulang. Mereka betah di rumah Erma yang asri, halamannya luas dan bunga-bunga yang bermekaran indah dipandang.

• Lika: “Kamu beruntung punya rumah pendopo di taman yang indah begini Erma. Rasanya nyaman sekali. Jadinya malas pulang.”
• Gading: “Betulll… rumah pendopo begini bikin betah banget ya!”
• Dista: “Iya, beruntungnya lagi, rumah pendopo ini dibikin sendiri loh. Bukan beli jadi atau sewa tukang.”
• Lika: “Ah yang bener? Iya gitu?”
• Erma: “Iya, bener. Rumah ini hasil kerja keras ayah dan ibuku. Mereka berdua yang membuatnya. Dicicil sih, jadi selesainya agak lama.”
• Gading: “Kalau ayahmu yang bikin sih aku percaya aja. Tapi masa ibumu juga ikut bantu? Atau bantuin sediakan makanan ya?”
• Erma: “Gak kok, ibu beneran ikut bikin. Bahkan desain rumah pendopo ini, ibu juga yang buat. Ibuku kuat dan hebat, ayah bahkan kadang-kadang dibikin takjub dengan kemampuan ibu.”
• Lika: “Kata ayahku, perempuan baiknya mengerjakan pekerjaan ringan, memasak atau bersih-bersih. Kalau bikin rumah, maku-maku begitu, ayah sepertinya tak akan izinkan.”
• Desti: “Kalau ayahku sih boleh-boleh aja kalau mau ngerjain ini itu, tapi diremehin aja, dianggap pasti gak bisa.”
• Erma: “Ayah dan ibu tak pernah sih batasi apa yang kami bisa dan tidak bisa, asal ada tekad ya apapun bisa dikerjakan, apalagi kalau kerja sama. Ibuku bahkan yang terjun langsung cari kayu untuk rumah pendopo ini. Ayah mengijinkan dan membebaskan.”
• Gading: “Ayah dan ibumu artinya menerapkan emansipasi ya Erma. Seperti yang ibu guru jelaskan kemarin itu loh.”
• Erma: “Hah, emansipasi?”
• Lika: “Oh iya, emansipasi artinya perempuan dan laki-laki berhak punya kesempatan yang sama.”
• Erma: “Oh gitu, aku lupa dengan istilah itu. Waktu ibu guru menjelaskan, aku tidak fokus mungkin.”
• Dista: “Aku pun juga tak tahu istilah itu. Tapi apapun itu, bagus juga sih, perempuan dan laki-laki punya hak yang sama dalam memajukan diri. Termasuk soal masak-memasak, harusnya jadi pekerjaan semua orang, bukan cuma perempuan saja, iya kan?”
• Gading: “Iya, setuju. Siapapun harus bisa bersih-bersih, memasak, mencuci dan pekerjaan rumah lainnya. Yang penting kerja sama, berbagi tugas. Setuju?”

Lika, Dista dan Erma mengangguk serempak. Mereka kemudian tertawa bersama-sama dan kembali menikmati keindahan taman di rumah Erma sore itu.

» Pembahasan

Teks drama di atas termasuk drama bertemakan emansipasi, yakni kesetaraan hak antara pria dan wanita. Drama terdiri atas satu babak. Adapun unsur-unsur intrinsiknya sebagai berikut:

1. Tema: emansipasi wanita.
2. Plot atau alur: maju.
3. Tokoh: siswa bernama Erma, Gading, Dista dan Lika.
4. Penokohan: semua protagonis (baik).
5. Setting: waktu di sore hari, tempat di halaman rumah Erma, suasana asri, nyaman, indah.
6. Dialog: percakapan antara keempat tokoh, ditulis dalam kalimat langsung ditandai dengan petikan.
7. Konflik: pemikiran pekerjaan apa yang pantas dilakukan wanita dan tidak.
8. Amanat: bahwa hak pria dan wanita harus setara dalam memajukan dirinya.

» Pelajari Lebih Lanjut

1. Materi tentang perbedaan antara drama dan teater yomemimo.com/tugas/937100
2. Materi tentang dialog dalam drama yomemimo.com/tugas/20403640
3. Materi tentang gerak teatrikal yomemimo.com/tugas/18931838

• • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • •

» Detail Jawaban

Kelas      : SD

Mapel    : Bahasa Indonesia

Bab        : Menulis Teks Drama

Kode      : -

#AyoBelajar