Berikut ini adalah pertanyaan dari septiar3356 pada mata pelajaran B. Indonesia untuk jenjang Sekolah Menengah Pertama
A. (1)
B.(2)
c.(3)
d.(4)
Jawaban dan Penjelasan
Berikut ini adalah pilihan jawaban terbaik dari pertanyaan diatas.
Jikakata bakutolok ukur yang sesuai kesepakatan standar, maka kata tidak baku merupakan tolok ukur kata yang belum memenuhi kesepakatan standar dalam KBBI. Biasanyakata tidak bakudigunakan karena kebiasaan penutur dalam pengucapan kata-kata yang dipengaruhi oleh dialek daerah ataupun kata serapan yang masih asing
Pembahasan
(1) Tidak heran jika semenjak covid-19 muncul banyak orang yang mulai berkebun di depan rumah mereka (2) Selain menghemat uang belanja, sebagai antisipasi ketika terjadi lockdown. (3) Ketika ada pembatasan keluar rumah seperti ke pasar bell sayur mayur kita tidak perlu kawatir lag). (4) karena kita bisa panen dan sayuran yang ditanam di rumah.
Kalimat yang mengandung kata tidak baku ditunjukkan oleh nomor
A. (1)
B.(2)
c.(3)
d.(4)
Jawaban : C. ( 3 )
Kata Baku Dan Tidak Baku: Pengertian, Fungsi Dan Contoh!
Pengertian
Kata baku adalah kata-kata yang ejaan dan pelafalannya sudah sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia baku yang tertuang dalam KBBI dan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI). Kosakata baku digunakan untuk segala hal yang bersifat formal, termasuk dalam karya tulis ilmiah, surat resmi, majalah, atau dalam forum-forum resmi.
Sementara itu, kata tidak baku adalah kosakata yang ejaan dan pelafalannya tidak sesuai dengan KBBI dan PUEBI. Biasanya, kosakata tidak baku berasal dari bahasa daerah atau dari kata baku dengan pelafalan yang tidak sesuai. Kata tidak baku lazim digunakan dalam percakapan sehari-hari, tetapi tidak dapat digunakan dalam konteks formal.
Fungsi Kata Baku dan Tidak Baku
Ragam kata baku dan tidak baku dalam bahasa Indonesia memiliki peran dan fungsinya masing-masing. Kata baku digunakan untuk segala hal yang bersifat resmi dan membutuhkan penuturan bahasa yang tepat. Selain itu, terdapat sedikitnya empat fungsi utama kosakata baku:
Sebagai pemersatu. Kata baku dapat digunakan untuk mempersatukan berbaga kelompok masyarakat dalam satu kesatuan penutur bahasa, seperti yang tertuang dalam Sumpah Pemuda, “Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.”
Memberi Kekhasan. Menggunakan kata baku, baik secara lisan maupun tulisan, menunjukkan ciri khas seorang penutur bahasa Indonesia, mengingat sebagian besar masyarakat masih menggunakan kata tidak baku dalam percakapan sehari-hari.
Meningkatkan kewibawaan. Dalam konstruksi masyarakat Indonesia yang mau tidak mau harus kita akui masih bersifat feudal, menggunakan kosakata baku dalam percakapan dapat meningkatkan kewibawaan dan mengangkat status sosial penutur di mata masyarakat awam.
Kerangka acuan. Kosakata baku adalah sebuah kerangka acuan dan tolak ukur dalam berbahasa yang baik dan benar sesuai dengan KBBI dan PUEBI sebagai acuan tertinggi dalam bahasa Indonesia.
Sementara itu, kata tidak baku adalah kosakata yang tidak sesuai dengan kaidah bahasa yang ditentukan. Kata tidak baku lazim digunakan dalam percakapan sehari-hari atau dalam tulisan yang bersifat tidak resmi seperti dalam pesan singkat. Kata tidak baku sering ditemukan dalam interaksi sehari-hari karena terpengaruh oleh budaya tutur yang berkembang di masyarakat.
Terdapat beberapa faktor yang dapat memicu kemunculan kata tidak baku, di antaranya adalah:
Penutur tidak memahami bentuk penulisan baku dari kata yang dimaksud;
Penutur tidak mengoreksi kesalahan pelafalan atau ejaan yang ditemui;
Terbawa oleh kebiasaan penutur lain;
Pelafalan terpengaruh oleh dialek dari daerah asal penutur.
Baca juga: Kata-Kata Motivasi yang Bikin Semangat Investasi!
Ciri-ciri kata baku
Ciri-ciri kata baku dapat dirangkum sebagai berikut, beserta contoh kata baku dan tidak baku:
Tidak dipengaruhi oleh dialek atau bahasa daerah
Contoh: ‘tengkurap’ (baku) dan ‘tengkurep’ (tidak baku); ‘bagus sekali’ (baku) dan ‘bagus pisan’ (tidak baku).
Tidak dipengaruhi oleh bahasa asing
Contoh: ‘kamu’ (baku) dan ‘lo’ (tidak baku); ‘saya’ (baku) dan ‘ane’ (tidak baku).
Bukan ragam bahasa percakapan
Contoh: ‘memang’ (baku) dan ‘emang’ (tidak baku); ‘bawakan’ (baku) dan ‘bawain’ (tidak baku).
Penggunaan imbuhan diterapkan secara eksplisit
Contoh: ‘menangis’ (baku) dan ‘nangis’ (tidak baku); ‘menyetop’ (baku) dan ‘nyetop’ (tidak baku).
Penggunaan kata atau frasa sesuai dengan konteks kalimat
Contoh: ‘terbuat dari’ (baku) dan ‘terbuat’ (tidak baku); ‘sebanding dengan’ (baku) dan ‘sebanding’ (tidak baku).
Tidak bermakna ganda atau rancu
Contoh: ‘menghemat’ (baku) dan ‘mempersingkat’ (tidak baku).
Tidak mengandung pleonasme atau penambahan kata yang tidak perlu
Contoh: ‘turun’ (baku) dan ‘turun ke bawah’ (tidak baku); ‘terbaik’ (baku) dan ‘paling terbaik’ (tidak baku).
Tidak hiperkorektif
Contoh: ‘musyawarah’ (baku) dengan ‘musawarah’ (tidak baku); ‘surga’ (baku) dan ‘syurga’ (tidak baku).
Semoga dengan pertanyaan yang sudah terjawab oleh lepao12 dapat membantu memudahkan mengerjakan soal, tugas dan PR sekolah kalian.
Apabila terdapat kesalahan dalam mengerjakan soal, silahkan koreksi jawaban dengan mengirimkan email ke yomemimo.com melalui halaman Contact
Last Update: Sun, 21 Aug 22