Jawaban:

Pak Tani dan Ular

Hari itu kala fajar menyingsing, seorang kakek tua keluar dari rumah kayunya. Pak tani itu terkejut. Dilihatnya bentangan sawah yang hancur berantakan karena wabah tikus.

Pak tani merenungi kegagalan panennya itu seharian di depan rumah. Tak lama kemudian, seekor makhluk bertubuh panjang tiba-tiba saja jatuh di atas kepalanya.

Terdengar suara elang seperti petir menggelegar yang marah kehilangan mangsanya. Siapa lagi kalau bukan ular yang jatuh tadi. Beruntungnya, ular itu jatuh di atas kepala Pak tani.

Melihat ular itu sekarat membuat pak tani terenyuh. Diobati olehnya dengan dedaunan dari pohon obat yang tidak terjangkau wabah tikus. Dirawat olehnya selama tiga hari sampai ular itu sembuh.

Dan setelah sang ular hendak kembali ke tempat asalnya, ia merasa terhalang setelah melihat pemandangan sawah yang sudah hancur di depan rumah.

Sang ular bertanya, "Kenapa sawahmu seperti ini?"

Pak tani yang sebelumnya berseri-seri melihat sang ular sembuh, kini kembali murung. "Tikus. Tidak ada yang bisa melawan mereka jika mereka beraksi di malam hari," jawabnya mengeluh.

Sang ular mengamati seisi sawah itu yang begitu luas. Ia berpikir, jika bisa serusak itu, pasti tikusnya banyak.

Ular tersenyum. "Kebetulan keluargaku sedang dilanda kelaparan karena hutan tempat kami berburu sudah dibabat habis oleh pemerintah. Mungkin kita bisa saling tolong-menolong."

Pak tani tahu maksud ular. Di hari berikutnya sejak ular pergi, ular itu kembali dengan kawananya. Kawanan ular itu bergerombol seperti tali-tali yang mengitari pohon-pohon padi di sawah.

Dan sampai bertahun-tahun lamanya, mereka masih bekerjasama. Pak tani terus merawat pertaniannya, sedang para ular selalu menjaga dan mendapatkan makanan dari sana.