quizz sad ending buatlah karangan cerita bertema " ayah kapan kita

Berikut ini adalah pertanyaan dari asya291006 pada mata pelajaran B. Indonesia untuk jenjang Sekolah Menengah Pertama

Quizz sad endingbuatlah karangan cerita bertema " ayah kapan kita bertemu di alam mu " tapi akhirnya hrs sad ending ya guyss


kuyy lahh buat semenarik mungkin dan se kreatif mungkin , harus ber ending sad ya guyss ... semangat teruss ya !!!
quizz sad ending
buatlah karangan cerita bertema

Jawaban dan Penjelasan

Berikut ini adalah pilihan jawaban terbaik dari pertanyaan diatas.

  • ayah kapan kita bertemu di alam mu

Jika berbicara tentang sebuah pilihan berarti akan ada beberapa pertimbangan sebelum kita menentukan pilihan yang kita ambil. Permasalahan dari pilihan yang aku ambil sangatlah sederhana.

Ibu memberiku sebuah nama yang cukup indah, Amelia Gradis Taranita dan biasa memanggilku Adis. Konon, Adis adalah sebuah tokoh favorit di novel yang pernah ia baca dulu. Aku tidak tahu dan tidak pernah membaca novel yang ia maksud. Aku hanya berharap tokoh Adis dalam novel tersebut mempunyai kisah indah atau paling tidak berakhir indah.

Aku kuliah di perguruan tinggi swasta Malang sedangkan keluargaku berada di Tarakan. Terkejut ketika aku menerima telepon dari Ayah dengan suara terbata memintaku pulang ke kotaku. Ayah dan aku sangat jarang sekali mempunyai kecocokan, kami selalu bertengkar dan meributkan suatu hal walaupun itu sepele. Perginya aku ke Malang untuk kuliah merupakan kesepakatan keluarga yang diambil diam-diam supaya percekcokan di antara kami berkurang. Namun ternyata via telepon pun kami masih sering ribut bahkan hingga merembet ke keluarga besar.

Untuk itu ayah selalu melarangku pulang ke rumah meskipun itu libur lebaran, sebagai gantinya aku diharuskan ke rumah nenek. Aku adalah sosok yang keras kepala, aku menabung dari sisa uang bulanan untuk membeli tiket pesawat ke kotaku walaupun aku selalu tahu apa yang akan terjadi, yaitu sebuah keributan besar di antara kami.

Maka, aku selalu ingat saat ketika ayah memintaku pulang sebelum kepergiannya untuk pertama dan terakhir kalinya. Tanpa pikir panjang, aku segera menyelesaikan urusan akademikku dan memohon kepada beberapa dosen untuk memberikan aku tugas UAS take home. Walaupun beberapa dosen tidak memberikannya, aku sangat tidak peduli termasuk dengan IPK nanti.

Aku sampai di rumah pada malam hari, berencana pergi ke rumah sakit keesokan harinya. Besoknya, ayah sudah tidak dapat lagi melihatku, untuk mengenaliku pun butuh bantuan dari ibuku. Dikarenakan ayah sudah tidak bisa tertolong karena memang sudah jelas terlihat bahwa ayah mendekati ajal, akhirnya setelah hampir sebulan di RS ayah dibawa pulang ke rumah.

Beberapa hari kemudian, ayah meninggal. Suatu hal yang sudah pasti terjadi dalam waktu dekat dan harusnya aku bisa tegar. Tapi gagal, aku justru histeris pada waktu itu. Meskipun aku adalah anak yang paling sering berselisih paham dengan ayah bagaimana pun aku pernah menjadi putri kecilnya yang pernah ia sayang. Sama seperti keinginan anak perempuan kecil lainnya yang selalu menjawab ingin menikah dengan ayahnya di waktu TK dan pernah menjadikan ayah sebagai seorang raja bagiku.

Akhirnya Ibu menjadi tulang punggung keluarga sendirian, menyuruhku kembali ke Malang seusai liburan untuk tetap fokus pada kuliahku. Alhamdulillah aku lulus meskipun lebih lambat dari target, dengan dana minim dari hasil berjualan dan uang pensiun yang tidak seberapa ibu cukup pandai mengelola keuangan. Seringnya aku membuat ibu khawatir, menjadikanku pulang ke Tarakan untuk mencari pekerjaan berharap dari gajiku kelak aku bisa membantu ibu baik secara finansial maupun pekerjaan rumah. Selain itu, ibu juga berharap bisa berkumpul dengan ketiga anaknya.

Setahun lebih aku menganggur dengan berusaha membawa amplop kesana-kemari, interview di beberapa tempat yang hingga saat ini tak kunjung mendapat panggilan, hingga uang habis untuk remeh-temeh seperti cetak foto, fotocopy, nge-print CV, dan beli amplop. Tidak jarang dalam diam dan sepi aku menangis dan iri melihat teman-temanku yang mempunyai uang sendiri dan justru membantu orang tua mereka, sedangkan aku masih memeras keringat ibuku.

Pada hari aku bekerja, semuanya terungkap! Senyum manis dan perkataan yang bos tersebut bicarakan palsu. Dia sangat semena-mena pada karyawan hingga menyebut mereka “kacung”, aku melamar dan diterima sebagai admin bahkan dia berkata bahwa anaknya yang akan mengajari aku software komputer namun beberapa saat aku menyadari bahwa di ruangan itu sama sekali tidak ada komputer dan hanya ada sebuah printer, aku bekerja tidak sesuai dengan perjanjian bahkan dia seringkali membentak dan memaki diriku meskipun aku tidak melakukan kesalahan. Aku selalu berpikir untuk bertahan dan bagaimana caranya menghindari bentakan, hingga pada suatu titik dia memperlakukan diriku di luar batas dan akhirnya aku resign dari perusahaan tersebut.

Aku pulang dengan tangisan karena merasa harga diriku terkoyak, meminta maaf pada ibu karena tidak jadi membuat dia menikmati gajiku. Aku merasa tertekan dan berpikir bahwa dunia ini tidak adil. Kenapa Tuhan memberikan aku hukuman seperti ini, apa salahku? Mengapa ini harus terjadi padaku? Apalagi yang harus aku lakukan, Tuhan?

ayah kapan kita bertemu di alam muJika berbicara tentang sebuah pilihan berarti akan ada beberapa pertimbangan sebelum kita menentukan pilihan yang kita ambil. Permasalahan dari pilihan yang aku ambil sangatlah sederhana.Ibu memberiku sebuah nama yang cukup indah, Amelia Gradis Taranita dan biasa memanggilku Adis. Konon, Adis adalah sebuah tokoh favorit di novel yang pernah ia baca dulu. Aku tidak tahu dan tidak pernah membaca novel yang ia maksud. Aku hanya berharap tokoh Adis dalam novel tersebut mempunyai kisah indah atau paling tidak berakhir indah.Aku kuliah di perguruan tinggi swasta Malang sedangkan keluargaku berada di Tarakan. Terkejut ketika aku menerima telepon dari Ayah dengan suara terbata memintaku pulang ke kotaku. Ayah dan aku sangat jarang sekali mempunyai kecocokan, kami selalu bertengkar dan meributkan suatu hal walaupun itu sepele. Perginya aku ke Malang untuk kuliah merupakan kesepakatan keluarga yang diambil diam-diam supaya percekcokan di antara kami berkurang. Namun ternyata via telepon pun kami masih sering ribut bahkan hingga merembet ke keluarga besar.Untuk itu ayah selalu melarangku pulang ke rumah meskipun itu libur lebaran, sebagai gantinya aku diharuskan ke rumah nenek. Aku adalah sosok yang keras kepala, aku menabung dari sisa uang bulanan untuk membeli tiket pesawat ke kotaku walaupun aku selalu tahu apa yang akan terjadi, yaitu sebuah keributan besar di antara kami.Maka, aku selalu ingat saat ketika ayah memintaku pulang sebelum kepergiannya untuk pertama dan terakhir kalinya. Tanpa pikir panjang, aku segera menyelesaikan urusan akademikku dan memohon kepada beberapa dosen untuk memberikan aku tugas UAS take home. Walaupun beberapa dosen tidak memberikannya, aku sangat tidak peduli termasuk dengan IPK nanti.Aku sampai di rumah pada malam hari, berencana pergi ke rumah sakit keesokan harinya. Besoknya, ayah sudah tidak dapat lagi melihatku, untuk mengenaliku pun butuh bantuan dari ibuku. Dikarenakan ayah sudah tidak bisa tertolong karena memang sudah jelas terlihat bahwa ayah mendekati ajal, akhirnya setelah hampir sebulan di RS ayah dibawa pulang ke rumah.Beberapa hari kemudian, ayah meninggal. Suatu hal yang sudah pasti terjadi dalam waktu dekat dan harusnya aku bisa tegar. Tapi gagal, aku justru histeris pada waktu itu. Meskipun aku adalah anak yang paling sering berselisih paham dengan ayah bagaimana pun aku pernah menjadi putri kecilnya yang pernah ia sayang. Sama seperti keinginan anak perempuan kecil lainnya yang selalu menjawab ingin menikah dengan ayahnya di waktu TK dan pernah menjadikan ayah sebagai seorang raja bagiku.Akhirnya Ibu menjadi tulang punggung keluarga sendirian, menyuruhku kembali ke Malang seusai liburan untuk tetap fokus pada kuliahku. Alhamdulillah aku lulus meskipun lebih lambat dari target, dengan dana minim dari hasil berjualan dan uang pensiun yang tidak seberapa ibu cukup pandai mengelola keuangan. Seringnya aku membuat ibu khawatir, menjadikanku pulang ke Tarakan untuk mencari pekerjaan berharap dari gajiku kelak aku bisa membantu ibu baik secara finansial maupun pekerjaan rumah. Selain itu, ibu juga berharap bisa berkumpul dengan ketiga anaknya.Setahun lebih aku menganggur dengan berusaha membawa amplop kesana-kemari, interview di beberapa tempat yang hingga saat ini tak kunjung mendapat panggilan, hingga uang habis untuk remeh-temeh seperti cetak foto, fotocopy, nge-print CV, dan beli amplop. Tidak jarang dalam diam dan sepi aku menangis dan iri melihat teman-temanku yang mempunyai uang sendiri dan justru membantu orang tua mereka, sedangkan aku masih memeras keringat ibuku.Pada hari aku bekerja, semuanya terungkap! Senyum manis dan perkataan yang bos tersebut bicarakan palsu. Dia sangat semena-mena pada karyawan hingga menyebut mereka “kacung”, aku melamar dan diterima sebagai admin bahkan dia berkata bahwa anaknya yang akan mengajari aku software komputer namun beberapa saat aku menyadari bahwa di ruangan itu sama sekali tidak ada komputer dan hanya ada sebuah printer, aku bekerja tidak sesuai dengan perjanjian bahkan dia seringkali membentak dan memaki diriku meskipun aku tidak melakukan kesalahan. Aku selalu berpikir untuk bertahan dan bagaimana caranya menghindari bentakan, hingga pada suatu titik dia memperlakukan diriku di luar batas dan akhirnya aku resign dari perusahaan tersebut.Aku pulang dengan tangisan karena merasa harga diriku terkoyak, meminta maaf pada ibu karena tidak jadi membuat dia menikmati gajiku. Aku merasa tertekan dan berpikir bahwa dunia ini tidak adil. Kenapa Tuhan memberikan aku hukuman seperti ini, apa salahku? Mengapa ini harus terjadi padaku? Apalagi yang harus aku lakukan, Tuhan?

Semoga dengan pertanyaan yang sudah terjawab oleh dimas161926 dapat membantu memudahkan mengerjakan soal, tugas dan PR sekolah kalian.

Apabila terdapat kesalahan dalam mengerjakan soal, silahkan koreksi jawaban dengan mengirimkan email ke yomemimo.com melalui halaman Contact

Last Update: Thu, 09 Jun 22