Berikut ini adalah pertanyaan dari dewisripamarican pada mata pelajaran B. Indonesia untuk jenjang Sekolah Menengah Pertama
Jawaban dan Penjelasan
Berikut ini adalah pilihan jawaban terbaik dari pertanyaan diatas.
Jawaban:
Peri Hujan yang Bersedih adalah salah satu contoh cerita fiksi, yaitu cerita yang sebagian atau seluruh isinya ditulis dengan menggunakan daya khayal, imajinasi, atau pendapat sang penulis. Hal ini dapat kita pastikan karena cerita ini berpusat pada tokoh peri hujan, sosok yang tidak dapat kita temukan di dunia nyata.
Pembahasan
Pada kesempatan ini, soal meminta kita untuk menceritakan kembali cerita tersebut dengan menggunakan bahasa sendiri. Berikut kakak akan mencoba menjawab pertanyaan tersebut.
PERI HUJAN YANG BERSEDIH
Di sebuah kota, hiduplah seorang peri hujan. Ia bertugas membantu Dewi Cuaca dalam membagikan hujan. Pada suatu sore, sang peri duduk di sebuah pohon akasia, lalu ia mendengar sesuatu.
"Lihat, awan mendung muncul. Hujan lebat akan turun sebenar lagi," ujar seorang anak. Mendengar ucapan temannya, temannya hanya bisa menggerutu. Menurutnya, hujan sangat tidak membantu. Setiap kali hujan, ibunya akan menggerutu karena pakaian tidak kering dan ayahnya menggerutu karena harus mencuci motor lagi. Kakaknya juga akan cemberut karena ia akan basah kuyup sepulang sekolah.
Mendengar ujaran mereka, sang peri tertegun. Ia pun akhirnya memutuskan tidak menurunkan hujan disana. Sepuluh hari berselang tanpa hujan, sang Dewi Cuaca akhirnya mengetahui tindakan sang peri hujan. Sang peri lalu meminta maaf dan mengutarakan alasannya.
Mendengar hal itu, sang Dewi pun mengajaknya ke sebuah danau yang terbagi ke dalam beberapa petak. Pada petak pertama, mereka melihat orang-orang membuang sampah sembarangan dan akhirnya berujung menjadi banjir. Pada petak kedua, mereka melihat manusia menebang pohon sembarangan sehingga tak ada lagi pohon untuk menyerap dan menahan air. Pada petak ketiga, mereka melihat beberapa orang menggerutu karena hujan, tapi ada pula yang sangat bahagia karena bisa mengisi penampungan air mereka. Disini, hujan terlihat bersifat adil. Sementara pada petak keempat, tampak dua orang gadis yang pernah dilihat sang peri hujan. Di situ, salah satu dari mereka mengatakan bahwa mereka rindu dengan hujan. Ternyata di depan mereka ada satu bunga yang indah, namun sekarat karena sudah lama tidak turun hujan.
Melihat hal itu, sang peri hujan merasa iba dan bergegas menurunkan hujan disana. Sejak saat itu, peri hujan selalu melakukan tugasnya dengan baik.
Sebagai rujukan, berikut kakak sajikan teks asli yang dimaksud oleh soal.
Aku adalah peri hujan. Aku bertugas membantu Dewi Cuaca membagikan hujan di kotamu. Hanya di kotamu. Karena di tempat lain, ada peri hujan lain yang bertugas.
Sore ini aku bertugas untuk menurunkan hujan. Aku berdiri di pucuk sebuah pohon akasia dan mengamati luas daerah yang akan kuberi hujan. Saat itu aku mendengar sesuatu ...
“Lihatlah, langit tertutup awan mendung. Sebentar lagi pasti akan turun hujan lebat,” ujar seorang anak perempuan kepada temannya.
“Huh, hujan terus,” kata gadis kecil berbando biru.
“Kenapa? Apa kau membenci hujan?” tanya temannya yang berkepang.
Lalu si Bando Biru berkata, “Apa kau tahu? Setiap turun hujan, Mama mengomel karena jemuran pakaian tidak kering. Papa juga menggerutu karena harus mencuci motor lagi. Dan kakak, akan cemberut karena saat pulang sekolah ia basah kuyup.”
“Oh ya? Aku juga sering dengar dari pamanku, beberapa bulan ini hujan menyebabkan banjir di mana-mana,” kata si Kuncir lagi.
Aku tertegun mendengar mereka. Apa manusia sangat membenciku?
Setelah lama berpikir, aku memutuskan untuk tidak menurunkan hujan hari itu. Akan kulaporkan pada Dewi Cuaca bahwa aku sudah melakukannya. Aku memang berbohong. Itu karena aku tak mau dibenci siapapun.
Sejak hari itu aku selalu berbohong pada Dewi Cuaca. Ia mungkin tak tahu karena tak pernah menungguiku sampai selesai bertugas.
Pada hari yang kesepuluh, seperti biasa aku pulang ke puri awanku setelah berkeliling di kotamu. Saat itulah aku bertemu Dewi Cuaca.
“Apa tugasmu sudah selesai?” tanyanya ramah.
Aku hanya mengangguk dan tak berani menyahut.
“Lalu kenapa sayapmu terlihat begitu kusam dan berdebu? Jika seorang peri benar-benar sudah melaksanakan tugasnya, maka sayapnya akan terlihat biru berkilau karena basah oleh air hujan.”
Aku terkejut karena tak menyangka Dewi Cuaca akan mengamati itu.
“Maafkan aku, Dewi,” kataku sambil menangis. Lalu kuceritakan alasanku melakukan itu semua. Dewi Cuaca mendengar ceritaku sambil memelukku.
...
Pelajari lebih lanjut
Pada materi ini, kamu dapat belajar tentang cerita fiksi:
Detil jawaban
Kelas: VIII
Mata pelajaran: Bahasa Indonesia
Bab: Bab 1 - Sastra
yang bersedih, bahasa sendiri, ejaan
Penjelasan:
semoga membantu
Semoga dengan pertanyaan yang sudah terjawab oleh pratamaraffi901 dapat membantu memudahkan mengerjakan soal, tugas dan PR sekolah kalian.
Apabila terdapat kesalahan dalam mengerjakan soal, silahkan koreksi jawaban dengan mengirimkan email ke yomemimo.com melalui halaman Contact
Last Update: Sat, 10 Dec 22