Jawaban:

Detak Jantung

Karya : Isah Bela Mulyawati

Wah, indahnya.

Aku menghentikan langkah dan mendongak, menyaksikan kumpulan kapas halus yang terlukis di atas kanvas biru dan perlahan-lahan sinar halus datang di antara keduanya. Langit cerah menyambutku, angin perlahan meniup rambutku lembut.

Cuaca cerah pada hari pertama masuk sekolah pasti merupakan pertanda baik; aku percaya itu. Aku memejamkan mata dan merentangkan kedua tangan, menarik napas dalam-dalam, lalu menghembuskannya perlahan. Segarnya....

Hari ini merupakan favoritku, saat orang-orang sibuk dengan aktifitasnya masing-masing, aku berjalan kaki di kota yang baru kukenal, terasa seperti berada di tengah suasana yang asing, sangat berbeda dari kampungku yang dulu, banyak bangunan yang menghiasi dan kendaraan mewah disini. Jalan setapak menuju sekolah baruku yang kupijak kini bukan tanah yang basah dan licin tetapi beton yang kokoh, sekolah baruku, dinaungi oleh pohon-pohon raksasa berbatang kekar, dengan dahan-dahan yang amat kuat.

Hari ini menyenangkan!

Baru sesaat menikmati suasana pagi yang indah hari ini, seseorang tiba-tiba menabrakku kencang dari belakang. Aku kehilangan kesetimbangan, lalu terdorong ke depan; untung saja tidak sampai jatuh.

Kubuka mata dengan gusar, tetapi sekelilingku telah sepi, padahal tadi masih banyak murid-murid berseragam berlalu-lalang di sekitarku. Aku melihati ke kiri dan ke kanan dengan heran, yang terlihat hanyalah sosok seorang murid perempuan yang sedang berlari sambil sesekali menoleh ke belakang untuk memastikan bahwa aku baik-baik saja. Tubuhnya pendek dan sedikit gemuk, dengan kuciran rambut seperti ekor kuda, seragam putih dan abu yang ia pakai serupa denganku, tetapi miliknya terlihat sedikit kebesaran di badannya. Dia terus berlari tetapi tidak melihatku ia terpaku di tempat, tapi ia hanya berteriak dengan suaranya yang tinggi “ayooo! Kamu akan terlambat, cimit!” Sedetik kemudian sosoknya kembali berlari, lalu menghilang dengan cepat dibalik gerbang sekolah yang bercat hitam.

Cimit? Bahasa apa itu...sudah menabrak sembarangan, dipanggil cimit pula, dasar orang kota.

Sambil bersungut sungut, ku lirik jam yang melingkari pergelangan tanganku dan seketika terkesiap. Dia benar, sebentar lagi aku akan terlambat! Lekas ku berlari, dari kejauhan samar-samar terdengar suara bel yang berbunyi, aku terus berlari dengan kecepatan maksimal menuju gerbang yang sebentar lagi akan tertutup rapat. Penjaga sekolah yang mengenakan kaos hitam dan memegang serentengan kunci hanya bergeleng-geleng kepala saat melihatku melesat masuk.

Aku merasa, aku tahu apa yang dipikirkannya. Satu hal itu jugalah yang aku gumamkan saat berlari menuju lapangan upacara tempat penerimaan murid baru akan berlangsung.

Bodohnya Syiana Starisya, baru hari pertama, masa sudah terlambat!

maaf kalo salah