buatkan saya cerita tentang sejarah minimal 3​

Berikut ini adalah pertanyaan dari putumaheswara279 pada mata pelajaran Sejarah untuk jenjang Sekolah Menengah Pertama

Buatkan saya cerita tentang sejarah minimal 3​

Jawaban dan Penjelasan

Berikut ini adalah pilihan jawaban terbaik dari pertanyaan diatas.

Aku lahir di Papua 12 Januari 1997, Namun saat ini aku tinggal di kota Jakarta dan menjadi salah satu siswa di kelas X, SMA Negeri 21 Jakarta Jurusan IPS.

Aku memiliki hobi-hobi yang berkaitan dengan tumbuh-tumbuhan dan juga berolahraga, terutama olahraga jogging. Bagiku tumbuhan dan kesehatan adalah dua hal penting yang berkaitan antara satu dengan lainnya.

Semasa kecil aku pernah tinggal di dekat sungai Ciliwung, setiap musim hujan rumahku pasti kebanjiran oleh luapan sungai tersebut. Aku bersama keluargaku kemudian mengungsi ke tempat pengungsian sementara sampai banjir mereda. Hal itu terus saja terulang dari tahun ke tahun seperti tanpa ada pemecahan.

Menginjak tahun pertama di SMA, aku mulai sadar bahwa permasalahan banjir sebetulnya bukan sekadar tanggung jawab pemerintah saja.

Aku adalah seorang gadis yang lahir di Trenggalek, Jawa Timur pada tahun 1999. Aku dibesarkan dalam keluarga yang sederhana, namun berkecukupan.

Ayahku adalah seorang montir yang bekerja di salah satu bengkel di kotaku. Sedangkan ibuku berjualan soto ayam.

Meskipun berasal dari keluarga yang sederhana, tetapi aku memiliki mimpi yang tinggi untuk menjadi orang sukses.

Aku ingin membahagiakan kedua orang tuaku dengan menjadi orang yang dapat membantu orang lain. Masalahnya adalah aku memiliki keterbatasan fisik.

Aku terlahir sebagai anak yang buta warna, sehingga memiliki kesulitan dalam mengenali jenis-jenis warna melalui indra penglihatanku.

Semuanya terlihat seperti hitam putih, sehingga aku merasa bahwa hidupku sangat membosankan dan menyedihkan.

Keterbatasanku ini juga berdampak pada lingkungan sosialku yang membuat aku minder. Saat teman-teman membicarakan warna saat memilih baju, aku hanya bisa diam saja.

Tidak hanya itu, saat di kelas pun aku juga sering salah dalam menyebutkan warna ketika ditanya oleh guru.

Akhirnya, aku berkata jujur bahwa aku memiliki mata yang buta warna. Teman-teman seperti tidak percaya dengan apa yang aku katakan. Mereka terlihat seperti iba sekaligus merasa bersalah.

Guruku pun akhirnya memaklumi kekuranganku dan tidak bertanya apapun kepadaku tentang warna suatu benda atau objek.

Meskipun demikian, aku tetap merasa pesimis karena menganggap bahwa masa depanku akan terasa suram dengan kekuranganku ini.

Aku tidak akan bisa menjadi profesi apapun yang memiliki martabat yang dapat mengangkat derajat orang tuaku.

Suatu hari, guru Bimbingan Konseling (BK) memberikan konseling dan sesi diskusi untuk setiap anak. Saat tiba giliranku, aku diminta untuk bercerita mengenai kesulitan dalam mengikuti proses belajar.

Aku pun menceritakan apa adanya semua yang aku rasakan. Aku juga mengungkapkan keresahanku tentang masa depanku. Akhirnya, guruku memberikan solusi atas permasalahan yang aku hadapi.

Beliau berkata bahwa aku bisa bekerja di perusahaan asuransi asalkan aku ikut kuliah terlebih dahulu.

Ada salah satu kampus swasta di kotaku yang memberikan beasiswa untuk mahasiswa berprestasi.

Singkat cerita, aku kuliah dengan mengambil jurusan akuntansi sesuai dengan arahan guru BK. Aku memang memiliki beberapa kesulitan dalam belajar, namun para dosen selalu bersedia membantuku.

Sekarang, aku sangat bersyukur bisa bekerja di salah satu perusahaan asuransi ternama di kotaku.

Meskipun memiliki keterbatasan, aku dapat membuktikan kepada orang lain bahwa aku bisa meraih cita-citaku dan membahagiakan orang tuaku.

Aku adalah seorang anak yang tumbuh dengan serba kekurangan. Ayahku sudah meninggal sejak usiaku 9 tahun, sedangkan ibuku bekerja sebagai buruh laundry.

Penghasilan yang pas-pasan membuat hidup kami sangat sederhana. Hingga akhirnya, kakakku memutuskan untuk bekerja sebagai TKW di Taiwan.

Semenjak itu, kehidupan keluarga kami lebih baik dari sebelumnya. Ibu tetap bekerja, namun penghasilannya ditabung untuk biaya sekolahku.

Kami makan untuk sehari-hari dengan uang yang kakakku kirimkan. Beberapa tahun kemudian, aku duduk di bangku kelas 12.

Pada masa ini, banyak siswa dihadapkan pada kebimbangan dalam memilih jalan hidup. Entah itu bekerja, kuliah, atau bahkan menikah.

Ibuku menyuruh untuk bekerja sebagai TKW seperti kakakku karena gajinya cukup besar jika dirupiahkan. Namun, aku tidak ingin bekerja kasar.

Aku sadar bahwa rantai kemiskinan diawali karena minimnya ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, aku memilih untuk kuliah.

Ibu sempat sedih mendengar keinginanku. Mengingat, kuliah membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Apalagi jika kuliah di luar kota, maka harus mempertimbangkan biaya kos, makan, dan sebagainya.

Semoga dengan pertanyaan yang sudah terjawab oleh a19halidazialolo dapat membantu memudahkan mengerjakan soal, tugas dan PR sekolah kalian.

Apabila terdapat kesalahan dalam mengerjakan soal, silahkan koreksi jawaban dengan mengirimkan email ke yomemimo.com melalui halaman Contact

Last Update: Wed, 15 Feb 23