Gerakan bawah tanah merupakan salah satu bentuk perlawanan rakyat Indonesia terhadap pendudukan Jepang selama Perang Dunia II. Para tokoh gerakan bawah tanah melakukan berbagai kegiatan untuk melawan kekuasaan Jepang, antara lain:

Pembentukan jaringan intelijen: Para tokoh gerakan bawah tanah membentuk jaringan intelijen untuk mengumpulkan informasi tentang kegiatan Jepang, seperti rencana serangan atau perekrutan tenaga kerja paksa. Informasi tersebut kemudian digunakan untuk mempersiapkan aksi perlawanan yang lebih efektif.

Pengumpulan senjata: Para tokoh gerakan bawah tanah juga melakukan pengumpulan senjata dari berbagai sumber, baik itu milik tentara Jepang yang ditemukan atau disita, maupun hasil produksi sendiri. Senjata-senjata tersebut kemudian digunakan untuk aksi perlawanan.

Pembuatan pamflet dan selebaran: Para tokoh gerakan bawah tanah membuat pamflet dan selebaran untuk membangkitkan semangat perlawanan rakyat. Pamflet dan selebaran tersebut berisi ajakan untuk mengusir penjajah, memperjuangkan kemerdekaan, dan menjaga keutuhan bangsa.

Melakukan sabotase: Para tokoh gerakan bawah tanah melakukan sabotase terhadap fasilitas dan infrastruktur milik Jepang, seperti jalur kereta api, jembatan, dan markas militer. Tindakan sabotase ini bertujuan untuk mengganggu kegiatan Jepang dan menghambat gerak pasukan penjajah.

Membentuk kelompok perlawanan: Para tokoh gerakan bawah tanah membentuk kelompok-kelompok perlawanan dengan anggota yang terlatih dan disiplin. Kelompok perlawanan ini bertugas untuk melaksanakan aksi-aksi perlawanan terhadap Jepang, seperti serangan terhadap markas militer atau konvoi pasukan penjajah.