Berikut ini adalah pertanyaan dari oktavianaizilla pada mata pelajaran B. Indonesia untuk jenjang Sekolah Menengah Pertama
Jawaban dan Penjelasan
Berikut ini adalah pilihan jawaban terbaik dari pertanyaan diatas.
Jawaban:
Tipografi: puisi Karawang-Bekasi hanya terdiri atas sembilan bait. Bait paling sedikit berisi dua baris, sedangkan paling banyak berisi lima baris. Baris paling panjang berisi 12 kata, yang terletak pada bait ketiga. Sementara baris paling pendek terdiri atas tiga kata.
Diksi: pilihan kata yang dipakai terkesan sederhana namun menyiratkan banyak makna. Chairil lebih menekankan pilihan kata yang biasa dipakai dalam bahasa sehari-hari atau ragam lisan.
Misalnya penggunaan kata “bisa” alih-alih menggunakan kata “dapat” atau kata “tapi” yang pada ragam tulis seharusnya menjadi “tetapi”.
Pencitraan: imaji yang didapat dengan membaca puisi Karawang-Bekasi adalah kesedihan dan ratapan. Penyair seolah mengajak pembaca untuk terus mengenang dan merasakan.
Kata konkrit: kata yang berhubungan dengan imaji atau pencitraan antara lain “tulang-tulang” dan “teriak ‘Merdeka’ dan angkat senjata”. Chairil menggambarkan pahlawan kemerdekaan yang gugur dalam medan perang sebagai “tulang-tulang”.
Sementara Karawang-Bekasi menggambarkan kuburan mereka. Pahlawan tersebut gugur setelah berjuang. Kata “teriak ‘Merdeka’ dan angkat senjata” menggambarkan perjuangan mereka.
Majas: Chairil menggunakan majas ironi dalam kalimat “Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi”. Bicara dalam hening menjadi ironi karena keduanya bertentangan. Sedangkan majas eufimisme ditemukan dalam kata “kami cuma tulang-tulang berserakan”.
Bila kita menyebut tubuh yang sudah meninggal sebagai mayat atau jenazah, Chairil merendahkannya dengan menyebut “tulang-tulang berserakan”.
Versifikasi: rima dalam puisi Karawang-Bekasi beragam, tetapi didominasi rima dengan huruf akhir (i). Sementara ritmanya berseling panjang dan pendek. Porsi ritma pendek lebih banyak sehingga iramanya terkesan cepat. Namun pada baris panjang, iramanya menjadi lambat.
Penjelasan:
Berikut analisis struktur fisik puisi Karawang-Bekasi karya Chairil Anwar.
Kami yang kini terbaring antara Karawang-Bekasi
tidak bisa teriak “Merdeka” dan angkat senjata lagi.
Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami,
terbayang kami maju dan mendegap hati?
Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kami mati muda. Yang tinggal tulang diliputi debu.
Kenang, kenanglah kami.
Kami sudah coba apa yang kami bisa
Tapi kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu nyawa
Kami cuma tulang-tulang berserakan
Tapi adalah kepunyaanmu
Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan
Atau jiwa kami melayang untuk kemerdekaan kemenangan dan harapan
atau tidak untuk apa-apa,
Kami tidak tahu, kami tidak lagi bisa berkata
Kaulah sekarang yang berkata
Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika ada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kenang, kenanglah kami
Teruskan, teruskan jiwa kami
Menjaga Bung Karno
menjaga Bung Hatta
menjaga Bung Sjahrir
Kami sekarang mayat
Berikan kami arti
Berjagalah terus di garis batas pernyataan dan impian
Kenang, kenanglah kami
yang tinggal tulang-tulang diliputi debu
Beribu kami terbaring antara Krawang-Bekasi
Semoga dengan pertanyaan yang sudah terjawab oleh zanetat952 dapat membantu memudahkan mengerjakan soal, tugas dan PR sekolah kalian.
Apabila terdapat kesalahan dalam mengerjakan soal, silahkan koreksi jawaban dengan mengirimkan email ke yomemimo.com melalui halaman Contact
Last Update: Tue, 07 Feb 23