Berikut ini adalah pertanyaan dari fadhilkahf05 pada mata pelajaran B. Indonesia untuk jenjang Sekolah Menengah Pertama
dengan penuh kemeriahan dan berbagai perayaan. Hiruk pikuk di malam hari seakan tiada
hentinya. Jalan-jalan terlihat penuh dan sesak, langit malam dipenuhi dengan nyala
kembang api dengan berbagai macan jenis dan warna. Para pemuda pemudinya juga
terlihat berkumpul, bahkan mereka rela bertahan hingga larut malam demi menantikan
detik-detik pergantian tahun. Baik tua maupun muda, kaya-miskin, laki-laki dan
perempuan, semua turut dalam kegembiraan. Ada yang merayakannya dengan meniup
terompet, ada juga yang berlibur bersama keluarga, ada yang berkumpul di jalan,
menyalakan kembang api, berpesta ria dan sebagainya.
Melihat asal-usulnya dan perayaan yang ada. Islam tidak pernah mengajarkan
demikian dalam syariatnya. Karena, dalam islam hanya terdapat dua hari raya besar.
Yaitu, hari raya idul fitri dan hari raya idul adha. Selain itu, islam melarang kepada umatnya
untuk ikut dalam perayaan hari raya agama lain bahkan menjadikannya sebagai tradisi.
Masyarakat sendiri pun belum mengetahui bahkan menyadari bahwa apa yang dilakukan
dalam perayaan tahun baru Masehi tidak dibenarkan dalam syariat islam.
Mengapa islam melarang umatnya melarang tahun baru masehi? Karena, ikut
merayakan tahun baru masehi berarti mengikuti tradisi jahiliyah. Tahun baru masehi
merupakan perayaan besar bangsa romawi yang dilakukan setiap awal tahun. Hal ini
dilakukan untuk menghormati dewa Janus (January).
Adapun pesta tahun baru pertama kali dicetuskan oleh Julia Caesar pada tahun 45
SM. Yang mengubah sistem kalender romawi menjadi berdasarkan system perhitungan
matahari. Untuk selanjutnya, perayaan ini juga dimeriahkan oleh orang Kristen. Maka,
meramaikan tahun baru masehi dapat memberi dampak pada keimanan seseorang,
karena seorang muslim begitu mengagungkan perayaan agama lain. Merayakan tahun
baru, sama saja mengikuti perayaan orang kafir/ tasyabbuh. Seperti, umat Kristen yang
menggunakan lonceng dalam peribadatannya, kemudian orang Yahudi yang meniupkan
terompet sebelum peribadatannya, dan kaum majusi yang menggunakan api dalam
peribadatannya. Dan semua tradisi itu hadir dalam satu waktu, yaitu ketika tahun baru.
Meniup terompet, membunyikan lonceng, dan bermain petasan. slam tidak pernah
mengajarkan Muslim berhura-hura dalam suasana pesta setiap menyambut tahun baru.
Allah berfirman dalam Q.S Al hasr ayat 18
Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang
memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah
kepada Allah. Sungguh, Allah Maha teliti terhadap apa yang kamu kerjakan.
Dalam surah tersebut dijelaskan bahwa, setiap Muslim diperintahkan untuk selalu
berinstropeksi diri apa yang telah dilakukan dan apa yang akan dilakukan ke depan.
Penanggalan masehi adalah sebutan untuk penanggalan atau penomoran tahun
yang digunakan pada kalender Julian dan Gregorion. Tahun baru masehi identik dengan
menyalakan kembang api, sejalan dengan penggunaan api yang menjadi tradisi Kaum
Majusi. Begitu pula meniup terompet yang disebut menjadi tradisi Yahudi dan
menyembuyikan lonceng sebagai tradisi Nasrani. Rasulullah Saw bersabda :
“Dari Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma, dia berkata bahwa Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda, ‘Barang siapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia
termasuk golongan mereka.’”
Selain hadist tersebut, Allah Swt juga melarang kita menghadiri atau mengikuti perayaan
hari raya orang musyrik dalam firmanNya Q.S Al Furqan : 72
Artinya : Dan orang-orang yang tidak memberikan kesaksian palsu, dan apabila mereka
bertemu dengan (orang-orang) yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak
berfaedah, mereka berlalu dengan menjaga kehormatan dirinya.
Selain itu, perayaan yang berlebihan akan menimbulkan mudharat yang besar bagi
diri seseorang. Karena, perayaan identik denugan menyalakan petasan, ataupun
menghamburhamburkan uang. Lebih dari itu, akan timbul maksiat jika para kaum
pemudanya saling berbaur dan merayakan tahun baru masehi. Sebagai seorang muslim
hendaknya kita menyikapi secara bijak tahun baru masehi ini. mungkin dengan melakukan
amalan-amalan yang lebih bermanfaat, seperti berdzikir, sholat malam, atau pun
memperbaiki diri untuk menjadi kepribadian yang lebih baik.
tolong di rangkum singkat tidakc afa afa
Jawaban dan Penjelasan
Berikut ini adalah pilihan jawaban terbaik dari pertanyaan diatas.
Jawaban:
Penghujung tahun 2022 tiba dan sebentar lagi akan memasuki tahun 2023. Perayaan tahun baru biasanya dilakukan dengan kemeriahan, termasuk hiruk pikuk malam hari, jalan-jalan yang penuh dan sesak, dan kembang api di langit malam. Banyak orang, baik tua maupun muda, kaya atau miskin, laki-laki atau perempuan, merayakannya dengan cara berbeda, seperti meniup terompet, berlibur bersama keluarga, berkumpul di jalan, atau merayakan dengan kembang api. Namun, Islam tidak mengajarkan perayaan tahun baru dalam syariatnya, hanya ada dua hari raya besar dalam Islam yaitu hari raya idul fitri dan hari raya idul adha. Islam juga melarang umatnya untuk ikut dalam perayaan hari raya agama lain, bahkan menjadikannya sebagai tradisi. Perayaan tahun baru Masehi merupakan tradisi jahiliyah yang dimulai oleh Julia Caesar pada tahun 45 SM, yang merupakan perayaan bangsa Romawi untuk menghormati dewa Janus. Perayaan ini juga dimeriahkan oleh orang Kristen. Merayakan tahun baru masehi dapat merusak keimanan seseorang karena merupakan perayaan orang kafir atau tasyabbuh dengan tradisi seperti meniup terompet, membunyikan lonceng, atau bermain petasan. Islam tidak mengajarkan Muslim untuk berhura-hura dalam suasana pesta seperti ini.
Semoga dengan pertanyaan yang sudah terjawab oleh mrezafahlevi995 dapat membantu memudahkan mengerjakan soal, tugas dan PR sekolah kalian.
Apabila terdapat kesalahan dalam mengerjakan soal, silahkan koreksi jawaban dengan mengirimkan email ke yomemimo.com melalui halaman Contact
Last Update: Tue, 21 Mar 23