Berikut ini adalah pertanyaan dari MangGarox01 pada mata pelajaran B. Indonesia untuk jenjang Sekolah Menengah Pertama
tinggi. Mereka duduk berbincang-bincangdi halaman sambil memperhatikan suasana di
sekitarnya. Tiba-tiba seekor burung gagak hinggap di ranting dekat mereka.
Si ayah lalu menunjuk ke arah gagak lalu bertanya,
“Nak, apakah burung itu?”
“Burung gagak,” jawab si anak.
Si anak mengangguk-angguk. Namun, sejurus kemudian sekali lagi mengulangi pertanyaan yang
sama. Si anak menyangka ayahnya kurang mendengar jawaban tadi, lalu menjawab dengan
sedikit kuat.
“Itu burung gagak, Ayah”
Akan tetapi, sejurus kemudian si ayah bertanya lagi pertanyaan yang sama.
Si anak merasa agak keliru dan sedikit bingung dengan pertanyaan yang sama diulang-ulang, lalu
menjawab dengan lebih kuat,
“Burung gagak!” Si ayah terdiam seketika.
Namun, tidak lama kemudian, sekali lagi sang ayah mengajukan pertanyaan yang serupa
sehingga membuat si anak hilang kesabaran dan menjawab dengan nada yang kesal kepada si
ayah.
“Itu gagak, Ayah.” Tetapi agak mengejutkan si anak karena si ayah sekali lagi membuka mulut
hanya untuk bertanya hal yang sama. Kali ini si anak benar-benar hilang kesabaran dan menjadi
marah.
‘Ayah! Saya tak tahu Ayah paham atau tidak, tetapi sudah lima kali Ayah bertanya soal yang
sama dan saya sudah juga memberikan jawabannya. Apa lagi yang Ayah mau saya katakan?”
Anak itu menghardik.
“Itu burung gagak, burung gagak, Ayah…!, kata si anak dengan nada yang begitu marah.
Si ayah lalu bangun menuju ke dalam rumah meninggalkan si anak yang kebingungan. Sesaat
kemudian si ayah keluar lagi dengan membawa sesuatu di tangannya. Dia mengulurkan benda itu
kepada anaknya yang masih geram dan bertanya-tanya. Diperlihatkannya sebuah buku harian
yang sudah usang.
“Coba kau baca apa yang pernah Ayah tulis di dalam buku harian ini,” pinta si ayah.
Si anak setuju dan mambaca paragraf yang berikut.
“Hari ini aku sedang di halaman melayani anakku yang genap berumur lima tahun. Tiba-tiba
seekor gagak hinggap di pohon berhampiran. Anakku terus menunjuk ke arah gagak dan
bertanya,
“Ayah, apa itu?”
Dan aku menjawab,
“Burung gagak.”
Walau bagaimana pun, anakku terus bertanya soal yang serupa dan setiap kali aku menjawab
dengan jawaban yang sama hingga 25 kali anakku bertanya demikian. Demi rasa cinta dan
sayangku, aku terus menjawab untuk memenuhi perasaan ingin tahunya.
“Aku berharap hal ini menjadi suatu pendidikan yang berharga untuk anakku kelak.”
Setelah selesai membaca paragraf tersebut, si anak mengangkat muka memandang wajah si Ayah
yang kelihatan sayu. Si Ayah dengan perlahan bersuara,”Hari ini Ayah baru bertanya soal yang
sama sebanyak lima kali dan kamu telah hilang kesabaran serta marah.”
Lalu, si anak seketika itu juga menangis dan bersimpuh di kedua kaki ayahnya memohon ampun
atas apa yang telah ia perbuat.
Buatlah ungkapan peduli, simpati, empati berdasarkan teks inspiratif di atas!!
Jawaban dan Penjelasan
Berikut ini adalah pilihan jawaban terbaik dari pertanyaan diatas.
Jawaban:
a. Ungkapan peduli:
Sang ayah tampak memperhatikan anaknya dan mencoba memberikan pendidikan yang berharga dengan cara yang ia anggap tepat.
b. Ungkapan simpati:
Ketika anaknya merasa kesal dan bingung, sang ayah bisa memahami perasaannya dan tidak marah, bahkan menyimpan paragraf di buku harian yang ia tulis untuk mengenang momen tersebut.
c. Ungkapan empati:
Dalam paragraf di buku harian, sang ayah menunjukkan empati terhadap anaknya yang ingin tahu dengan terus menjawab pertanyaan yang sama, meskipun ia sendiri mungkin sudah merasa bosan atau lelah dengan pertanyaan tersebut.
Semoga dengan pertanyaan yang sudah terjawab oleh patrasabang97 dapat membantu memudahkan mengerjakan soal, tugas dan PR sekolah kalian.
Apabila terdapat kesalahan dalam mengerjakan soal, silahkan koreksi jawaban dengan mengirimkan email ke yomemimo.com melalui halaman Contact
Last Update: Thu, 11 May 23