prolog drama "Majalah Dinding"

Berikut ini adalah pertanyaan dari sastyamauliann22 pada mata pelajaran B. Indonesia untuk jenjang Sekolah Menengah Pertama

Prolog drama "Majalah Dinding"

Jawaban dan Penjelasan

Berikut ini adalah pilihan jawaban terbaik dari pertanyaan diatas.

Jawaban:

MAJALAH DINDING

Bakdi Soemanto

Para Pelaku:

Anton

Kardi

Rini

Trisno

Wilar

Pentas menggambarkan sebuah ruangan kelas waktu pagi hari. Tampak di sana beberapa meja kursi, kurang begitu teratur rapi. Beberapa papan majalah dinding tersandar di dinding dan di meja.

Seorang pemuda pelajar sedang duduk di atas meja. Ia bersilang tangan. Pemuda itu Anton namanya. Ia adalah Pemimpin Redaksi majalah dinding itu. Sedangkan Rini, Sekretaris Redaksi, duduk di kursi.

Waktu itu hari minggu, Anton tampak kusut. Wajahnya muram. Ia belum mandi, hanya mencuci muka dan gosok gigi. Ia terburu-buru ke sekolah karena mendengar berita dari Witar, Wakil Pimpinan Redaksi, bahwa majalah dinding itu dibreidel oleh Kepala Sekolah, gara-gara karikatur Trisno mengejek Pak Kusno, guru karate.

Seorang pelajar lainnya, Kardi, sedang menekuni buku. Ia adalah eseis yang mulai dikenal tulisan-tulisannya lewat majalah dinding itu.

1. Anton : Kardi.

2. Kardi : Ya!

3. Anton : Kau ada waktu nanti sore?

4. Kardi : Ada apa sih?

5. Anton : Aku perlu bantuanmu menyusun surat protes itu.

6. Rini : Kurasa tak ada gunanya kita protes. Kita sudah kalah. Bagi kita, Kepala Sekolah bukan guru lagi. Bukan pendidik. Ia berlagak penguasa.

7. Kardi : Itu tafsiranmu, Rin. Menurutku dia tindakannya itu mendidik.

8. Anton : Mendidik, tetapi mendidik pemberontak. Bukan mendidik anak-anaknya sendiri. Gila.

9. Kardi : Masak begitu?

10. Anton : Kalau mendidik anaknya kan bukan begitu caranya.

11. Kardi : Tentu saja tidak. Ia bertindak dengan caranya sendiri.

12. Rini : Sudahlah. Kalau kalian menurut aku, sebaiknya kita protes diam. Kita mogok. Nanti, kalau sekolah tutup tahun, kita semua diam. Mau apa Pak Kepala Sekolah itu, kalau kita diam. Tenaga inti masuk staf redaksi semua.

13. Anton : Tapi masih ada satu bahaya.

14. Rini : Bahaya?

15. Kardi : Nasib Trisno, karikaturis kita itu?

16. Anton : Bisa jadi dia akan celaka.

17. Rini : Lalu

18. Anton : Kita harus selesaikan masalah ini

19. Rini : Caranya?

20. Anton : Kita harus buka front terbuka.

21. Kardi : Itu nggak taktis, Bung!

22. Anton : Habis, kalau main gerilya kita kalah.

23. Kardi : Baik. Tapi front terbuka juga berbahaya.

24. Rini : Orang luar bisa itu. Sekolah cemar.

25. Kardi : Betul!

26. Anton : Aoakah sudah tak ada jalan keluar lagi? Kita mati kutu?

27. Kardi : Ada, tapi jangan grasa-grusu. Kita harus ingat, ini bukan perlawanan melawan musuh. Kita berhadapan dengan orang tua kita sendiri. Jadi jangan asal membakar rumah, kalau marah.

28. Anton : Baik, filsuf! Apa rencanamu?

29. Trisno masuk. Nafasnya terengah-engah. Peluhnya berleleran.

30. Rini : Kau dari mana, Tris?

31. Anton : Dari rumah Pak Kepala Sekolah?

32. Kardi : Dari rumah Kepala Sekolah dan kau dimarahi?

33. Trisno : Huuuuuhhhh. Disemprot ludah pagi hari bacin.

34. Rini : Ngapain ke sana? Kan tidak dipanggil?

35. Anton : Kau goblog, Tris! Masak pagi-pagi ke sana.

36. Kardi : Sebaiknya kau nggak ke sana sebelum berembug dengan kita.

37. Rini : Haaaahh! Individualisme itu mbok dikurangi.

38. Anton : Kau selalu begitu setiap kali.

39. Kardi : Terus disemprot apa?

40. Trisno : Kalian itu yang goblog kabeh.

41. Anton : Lho!

42. Rini : Aku goblog? Secantik ini goblog?

43. Trisno : Belum tahu sudah disemprot.

44. Kardi : Pak Kepala ke rumahmu?

45. Trisno : Iya. Terus aku mau rembukan gimana sama kalian. Belum bernapas sudah dicekik.

46. Rini : Ibumu tahu?

47. Trisno : Untung mereka ke gereja pagi.

48. Anton : Terus?

49. Trisno : Pokoknya aku didesak, ide itu ide siapa. Sudah dapat izin dari kau belum?

50. Anton : Jawabmu?

51. Trisno : Aku bilang, ide itu ide...

52. Anton : Ide Anton?

53. Trisno : Ide Albertus Sutrisno sang pelukis! Dengar!

54. Rini : Tapi kau bilang sudah ada persetujuan dari Pimpinan Redaksi?

55. Trisno : Tidak, Rin, kulindungi kekasihmu yang belum mandi ini.

56. Anton : Kau bilang apa pada si Botak kincling itu?

57. Trisno : Aku bilang bahwa tanpa sepengetahuan Anton, aku pasang karikatur itu. Sepenuhnya tanggung jawab saya. Dengar?

58. Kardi : Edaaann. Pahlawan tenan iki.

59. Rini : Ooooooo, hebat kau, Tris. Berbahagialah Yayuk yang punya kekasih macam kau!

60. Trisno : Ah, Rin, mbok jangan gitu. Nanti aku nggak bisa tidur kaubilang Yayuk pacarku.

61. Anton : Kenapa kau bilang begitu? Menghina aku, Tris? Aku yang suruh kau melukis itu. Aku penanggung jawabnya. Akulah yang mestinya digantung...bukan kau!

62. Kardi : Lho, lho, sabar-sabar, sabaaaar!

63. Anton : Ayo, kau mesti ralat pernyataan itu.

64. Kardi : Begini, Ton, maksudku agar kau...

65. Anton : Tidak. Aku tidak butuh perlindunganmu. Aku mesti digantung, bukan kau!

66. Trisno : Begini, Ton, maksudku, bahwa aku telah...

67. Anton : Sudah! Aku tahu kau berlagak pahlawan, agar orang-orang menaruh perhatian kepadamu, sehingga dengan demikian kau...

68. Rini : Anton! Ini apa? Ini apa?

69. Kardi : Anton, sabaaar. Kau mau bunuh diri apa bagaimana? Masak, sedang gawat malah bertengkar sendiri.

70. Anton : (membisu)

Semoga dengan pertanyaan yang sudah terjawab oleh TheoJakeson dapat membantu memudahkan mengerjakan soal, tugas dan PR sekolah kalian.

Apabila terdapat kesalahan dalam mengerjakan soal, silahkan koreksi jawaban dengan mengirimkan email ke yomemimo.com melalui halaman Contact

Last Update: Sat, 24 Jun 23