Pengolahan bahan dasar dengan cara tradisional menggunakan tenaga manusia atau yang biasa disebut dengan tenaga R (tenaga kerja) merupakan cara yang telah dilakukan sejak zaman dulu. Pada saat itu, manusia memanfaatkan alat dan teknologi sederhana untuk mengolah bahan dasar seperti beras, jagung, singkong, dan lainnya.

Cara tradisional tersebut melibatkan banyak orang yang melakukan berbagai tahapan pengolahan secara manual seperti membersihkan bahan baku, memotong, mengulek, dan menggiling dengan menggunakan alat-alat yang sederhana seperti lesung, batu giling, dan lainnya. Tenaga manusia yang dilibatkan juga harus memiliki kemampuan dan keterampilan khusus untuk melakukan proses pengolahan dengan baik dan benar.

Meskipun terlihat sederhana, namun cara tradisional ini memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihannya adalah dapat mempertahankan kualitas dan cita rasa yang khas dari bahan dasar yang diolah. Selain itu, cara ini juga memperlihatkan kearifan lokal dalam mengolah bahan makanan yang sangat berguna untuk melestarikan budaya dan tradisi.

Namun, cara pengolahan tradisional juga memiliki kelemahan. Salah satu kelemahannya adalah proses pengolahan yang memakan waktu yang cukup lama dan memerlukan tenaga manusia yang banyak. Hal ini tentu saja menjadi kendala dalam era modernisasi dan perkembangan teknologi yang semakin pesat. Selain itu, cara pengolahan tradisional ini juga tidak efisien dan kurang produktif jika dibandingkan dengan pengolahan bahan dasar dengan menggunakan teknologi modern.

Namun demikian, cara tradisional ini masih banyak digunakan di beberapa wilayah yang terpencil atau pada masyarakat yang masih mempertahankan tradisi dan budayanya. Terlepas dari kelemahan dan kelebihannya, pengolahan bahan dasar dengan cara tradisional menggunakan tenaga manusia dapat dianggap sebagai warisan budaya yang patut dilestarikan.