Erupsi vulkanik dapat diklasifikasikan berdasarkan sifat dan kekuatannya, yaitu:

1. Erupsi eksplosif: erupsi yang melepaskan sejumlah besar gas, abu, dan material vulkanik dengan kecepatan tinggi. Erupsi ini sangat berbahaya karena dapat menyebabkan letusan besar yang menghancurkan sekitarnya dan menimbulkan dampak jangka panjang pada lingkungan. Contoh erupsi eksplosif adalah letusan Gunung Vesuvius pada tahun 79 Masehi.

2. Erupsi efusif: erupsi yang mengeluarkan lava yang cair secara lambat, mengalir keluar dari kawah dan menyebar di sekitarnya. Erupsi ini cenderung kurang berbahaya dibandingkan erupsi eksplosif, tetapi tetap berdampak pada lingkungan sekitarnya. Contoh erupsi efusif adalah erupsi Gunung Merapi di Yogyakarta pada tahun 2010.

3. Erupsi freatik: erupsi yang terjadi akibat interaksi antara magma dan air tanah yang menghasilkan ledakan pendek dan keras. Erupsi ini juga dapat disebabkan oleh tekanan gas yang tinggi di bawah permukaan. Contoh erupsi freatik adalah erupsi Gunung Krakatau pada tahun 1883.

4. Erupsi phreatomagmatic: erupsi yang terjadi ketika air tanah bertemu dengan magma, menciptakan ledakan kuat yang menghasilkan material vulkanik yang bercampur dengan air. Contoh erupsi phreatomagmatic adalah letusan Gunung Kelud pada tahun 2014.

Setiap jenis erupsi vulkanik memiliki karakteristik dan dampak yang berbeda-beda, sehingga pemahaman tentang jenis erupsi ini penting dalam manajemen risiko bencana alam terkait erupsi gunung berapi.