Gurindam adalah sebuah puisi lama dari tradisi sastra Melayu yang terdiri dari dua bait. Setiap bait terdiri dari dua larik, dan setiap larik memiliki delapan atau sembilan suku kata. Jadi, keseluruhan gurindam terdiri dari empat larik dengan jumlah suku kata yang sama pada setiap barisnya.

Gurindam terdiri dari dua bagian, yaitu bait pertama yang disebut sebagai pembuka dan bait kedua disebut sebagai isi atau inti. Pembuka biasanya menyajikan ide atau nilai yang menjadi tema dari gurindam, sementara isi atau inti menyajikan pelajaran atau nasehat.

Dalam penulisan gurindam, penulis sering menggunakan peribahasa atau ungkapan yang dikenal dalam bahasa Melayu sebagai istilah. Peribahasa atau ungkapan ini seringkali digunakan untuk memberikan ilustrasi atau contoh konkret dalam penyampaian pesan moral atau nasehat yang disampaikan dalam isi gurindam.

Secara umum, struktur gurindam sangat terikat dengan aturan dan pola tertentu, termasuk dalam pilihan kata, irama, dan penekanan suku kata. Meskipun demikian, banyak penulis dan penyair yang berhasil menghasilkan gurindam yang indah dan penuh makna, sehingga sastra gurindam tetap diminati dan dihargai hingga saat ini.