Penjelasan:

Pada masa Orde Lama, kebijakan pendidikan di Indonesia lebih didominasi oleh sistem pendidikan sekuler yang berorientasi pada ilmu pengetahuan dan teknologi Barat. Hal ini terkait dengan pengaruh kolonialisme dan modernisasi yang diadopsi oleh pemerintah Indonesia pada masa itu. Sebagai akibatnya, pendidikan agama seperti pendidikan pondok pesantren menjadi terabaikan dalam rumusan kebijakan sistem pendidikan nasional.

Selain itu, pada masa Orde Lama juga terjadi persaingan antara pesantren dengan sekolah-sekolah modern, terutama sekolah-sekolah yang didirikan oleh pemerintah. Sekolah-sekolah modern ini dianggap lebih maju dan modern, serta mampu menghasilkan lulusan yang lebih siap menghadapi era modernisasi dan globalisasi. Hal ini membuat pesantren dianggap kurang relevan dan tidak sejalan dengan arah modernisasi dan kemajuan yang diinginkan oleh pemerintah.

Meskipun demikian, peran pesantren dalam pergerakan merebut kemerdekaan tetap sangat dominan dan tidak bisa dipandang sebelah mata. Pesantren menjadi tempat berkumpulnya para pejuang kemerdekaan dan tempat penyebaran ideologi perjuangan melalui dakwah dan pendidikan agama. Dalam konteks ini, pesantren dapat dianggap sebagai lembaga pendidikan yang berperan penting dalam membentuk karakter dan moral para pejuang kemerdekaan.

Namun, pada masa Orde Lama, kebijakan pemerintah lebih menekankan pada pendidikan sekuler dan mengabaikan peran penting pesantren dalam pembentukan karakter dan moral bangsa. Hal ini menjadi faktor utama mengapa pendidikan pondok pesantren relatif terabaikan dalam rumusan kebijakan sistem pendidikan nasional pada masa Orde Lama.