Berikut ini adalah pertanyaan dari rohmatulloh7892 pada mata pelajaran B. Indonesia untuk jenjang Sekolah Menengah Pertama
Dahulu kala, di negeri Mezara hidup seorang nenek sihir bernama Kezota. Kezota selalu menculik anak-anak di negeri Mezara. Anak yang bermain terlalu larut akan ditangkap dan dibawanya ke hutan untuk disihir menjadi patung. Kezota memang hanya memakan buah-buahan hutan dan konon, syarat untuk hidup abadi Kezota harus bisa menyihir anak berusia 5 sampai 10 tahun menjadi patung. Kezota berambisi untuk mendapat hidup abadi, itu artinya ia harus menyihir 100 orang anak menjadi 100 patung. Seluruh orangtua di Negeri Mezara sudah resah, karena banyak anak-anak pada usia tersebut yang hilang. Walaupun sudah dicari sampai ke seluruh pelosok negeri, anak-anak yang hilang di negeri Mezara tak kunjung ditemukan. Setiap laki—laki dewasa selalu berjaga-jaga saat menjelang malam, sedangkan ibu-ibu hanya bisa menangis meratapi anaknya yang hilang. Seluruh negeri Mezara berduka dan ketakutan. Ketika menjelang malam sudah tidak ada seorang anak pun yang berani bermain di luar rumah. Di sebuah rumah di tepi hutan, Zentoni berpikir keras. Zentoni baru berumur 10 tahun, namun ia dikenal sebagai anak yang pemberani. Zentoni juga resah, karena ia pun pasti akan menjadi target berikut jika kurang hati-hati. “Tetapi jika ini dibiarkan, lama-lama seluruh anak di Negeri Mezara akan lenyap. Lalu apa yang dapat aku lakukan,” batin Zentoni. Sambil menekur mencari akal, Zentoni akhirnya menemukan jawaban. Hm, aku punya ide. Semoga Dewa merestui. Suatu pagi Zentoni pergi ke hutan melalui jalan yang diduga dilalui Kezota saat menculik ke negeri Mezara. Di sana Zentoni menggali lubang jebakan. Karena tubuhnya kecil, ia mengajak sahabatnya beberapa binatang liar di hutan untuk membantu mebuat jebakan tersebut. Jerapah membantu mematahkan cabang kayu yang kuat untuk dijadikan alat penggali. Kuda dan banteng membantu mengangkut kayu. Gajah dan monyet membantu mengikat tali jebakan. Sedangkan burung-burung kecil membantu menyebar biji randu di sepanjang jalan menuju jebakan. Yaap, akhirnya semua siap, tinggal waktunya beraksi. Hari menjelang malam, Kezota keluar dari tempat persembunyiannya. Artinya pada hari itu akan ada korban lagi. Biasanya Kezota membawa umpan buah-buahan segar untuk membujuk anak-anak agar tertarik mendekatinya. Huh, dasar nenek sihir licik. Kezota hampir mendekati lubang jebakan. Zentoni dan sahabat-sahabatnya telah siaga. Ketika mendengar tapak kaki Kezota melintas, Zentoni memberi aba-aba, “Serbu…!”. Banteng menyeruduk dengan tanduk panjangnya. Wah, Kezota panik dan terjerembab. Tongkat sihirnya terlempar, dengan sigap ditangkap oleh belalai gajah. Kezota tergelincir sepanjang jalan karena telah disirami biji randu, dan “Buuumm…!” bunyi gaduh tanda ada yang jatuh ke dalam lubang. Kuda dan monyet segera menutup lubang dengan anyaman bambu yang sudah diikat ke pohon. Maka tertangkaplah Kezota yang jahat itu. “Horeee… berhasil…!!” sorak Zentoni dan sahabat-sahabatnya. Kezota mengaduh kesakitan di dasar lubang. Sambil menitipkan Kezota, Zentoni pulang ke perkampungan menyampaikan peristiwa yang baru saja terjadi. Dengan dituntun nyala obor, laki-laki dewasa pergi bersama Zentoni ke tempat jebakan. “Wah, hebat kamu Zentoni. Kamu anak yang cerdik dan pemberani. Karena jasamu, sekarang nenek sihir Kezota tertangkap!” puji orang-orang. Zentoni hanya tersipu. “Ini karena bantuan sahabatku binatang-binatang liar!”, ucap Zentoni merendah sambil menepuk-nepuk punggung gajah. Binatang yang lain ikut senang karena sudah turut membantu. Kezota kemudian diarak ke hadapan raja negeri Mezara untuk diadili. Keesokan pagi, Kezota diharuskan menunjukan jalan ke tempat persembunyiannya di tengah hutan, untuk mencabut sihirnya dari anak-anak yang telah dijadikan patung. Sesampainya di istana Kezota, wow… semua terpukau. Istana Kezota tersusun dari buahan-buahan. Rombongan yang sudah lelah dan kehausan langsung menyerbu buah-buahan segar untuk dimakan. Hmmm…. Nyam… nyam… nikmaaaaat… !! “Eit, sudah… sudah.. ayo kita ke halaman belakang”, ajak Zentoni dengan gagah berani diikuti semua laki-laki dewasa. Wah, ternyata di sana sudah ada 99 patung anak. Berarti jika semalam ada seorang anak lagi yang tertangkap maka akan genap 100 patung anak dan si nenek sihir Kezota akan hidup abadi. Lalu bagaimana nasib negeri Mezara jika hal itu terjadi? Zentoni mengangkat tongkat sihir Kezota dan membaca mantra, “Serota serota la noke, fakonara suuum…!” dan ke 99 patung anak hidup kembali. Semua orangtua dengan penuh kerinduan memeluk anaknya yang hilang dan bertangis-tangisan gembira. Hari itu Zentoni dielu-elukan sebagai si anak pemberani. Negeri Mezara kembali tentram. Zentoni mendapat banyak hadiah dari raja. Kezota diarak ke negeri Mezara untuk dihukum seumur hidup di penjara gua.
SOAL : Analisislah kaidah kebahasaan dari cerpen diatas!
Jawaban dan Penjelasan
Berikut ini adalah pilihan jawaban terbaik dari pertanyaan diatas.
Dalam cerpen "Zentoni si Anak Pemberani" karya Jacqualine Bunga, terdapat beberapa kaidah kebahasaan yang dapat dianalisis. Berikut adalah beberapa contoh:
1. Kaidah Tata Bahasa:
- Penggunaan kata kerja yang sesuai dengan subjek dan waktu, contohnya: "Kezota selalu menculik anak-anak", "Zentoni berpikir keras", "Zentoni pergi ke hutan".
- Penggunaan kata ganti kepemilikan yang tepat, contohnya: "Istana Kezota tersusun dari buahan-buahan", "Semua orangtua dengan penuh kerinduan memeluk anaknya".
2. Kaidah Tanda Baca:
- Penggunaan tanda titik, koma, dan tanda seru untuk memisahkan kalimat dan memberikan penekanan, contohnya: "Hm, aku punya ide", "Horeee... berhasil...!!".
- Penggunaan tanda petik untuk menandakan ucapan langsung, contohnya: "Serbu...!", "Wah, hebat kamu Zentoni".
3. Kaidah Penggunaan Kata dan Ungkapan:
- Penggunaan kata-kata deskriptif untuk menggambarkan suasana atau peristiwa, contohnya: "Semua orangtua di Negeri Mezara sudah resah", "Wah, ternyata di sana sudah ada 99 patung anak".
- Penggunaan ungkapan pujian dan penghargaan, contohnya: "Horeee... berhasil...!!", "Wah, hebat kamu Zentoni".
4. Kaidah Pemilihan Kata:
- Penggunaan kata-kata yang sesuai dengan konteks cerita dan menggambarkan karakter atau kejadian, contohnya: "nenek sihir", "lubang jebakan", "patung anak".
5. Kaidah Penyusunan Paragraf:
- Pembagian cerita ke dalam paragraf yang terstruktur dengan jelas, mengikuti alur cerita, dan pemisahan antara adegan dan peristiwa, contohnya: paragraf awal menggambarkan latar belakang cerita, paragraf tengah mengisahkan tindakan Zentoni, dan paragraf akhir memberikan penyelesaian cerita.
Semoga dengan pertanyaan yang sudah terjawab oleh muhammadyogi4753 dapat membantu memudahkan mengerjakan soal, tugas dan PR sekolah kalian.
Apabila terdapat kesalahan dalam mengerjakan soal, silahkan koreksi jawaban dengan mengirimkan email ke yomemimo.com melalui halaman Contact
Last Update: Tue, 15 Aug 23