Jawaban:

Berbicara mengenai demokrasi masih banyak yang bisa dikaji dari hal itu. Yang menurut saya menarik misalnya tentang hubungan demokrasi dan radikalisme agama. Suyatno (2004:135) berpendapat dengan mengemukakan hubungan antara keduanya. Demokrasi dan kebangkitan agama merupakan dua fenomena besar pada akhir abad 20. Uniknya keduanya sangat berhubungan. Di satu sisi tidak adanya demokrasi di Negara-negara muslim dapat menumbuhkan gerakan-gerakan kebangkitan agama, yang kemudian bisa menimbulkan radikalisme agama yang salah satunya bisa berbentuk terorisme. Di sisi lain adanya demokrasi yang mengijinkan adanya kebebasan berbicara, berpikir dan mengemukakan pendapat juga dapat melahirkan gerakan kebangkitan agama yang berujung pada radikalisme dan terorisme. radikalisme identik dengan kekerasan, hal tersebut disebabkan karena gejala dalam realitas sosial yang sering nampak. kelompok radikal sering menggunakan cara-cara kekerasan dalam memenuhi keinginan atau kepentingan mereka. adapun yang dimaksud dengan radikalisme agama adalah "sikap keagamaan yang kaku dan juga sekaligus mengandung kekerasan dalam tindakan".

perkembangan radikalisme di Indonesia lebih terbuka pada masa sekarang ketimbang pada zaman Orde Baru. Tetapi pada zaman Orde Baru justru bibit - bibit radikalisme tertanam pada mereka yang melawan represif Soeharto. setiap agama memiliki potensi radikalisme, namun potensi itu akan muncul ketika terinspirasi atau terpicu oleh kondisi sosial politik yang melingkupinya. Dia menambahkan, pada masa Orde Baru banyak kelompok agama yang dianggap radikal disingkirkan melalui kebijakan pemerintah yang sangat refresif. Oleh karena itu, bibit-bibit radikalisme tumbuh subur dan mendapat momentum kemunculannya ketika era reformasi dibuka.

Penjelasan:

baca sendiri ya