konjungsi atau kata penghubung pada fabel semua istimewa​

Berikut ini adalah pertanyaan dari najwaraudhah61 pada mata pelajaran B. Indonesia untuk jenjang Sekolah Menengah Pertama

Konjungsi atau kata penghubung pada fabel semua istimewa​

Jawaban dan Penjelasan

Berikut ini adalah pilihan jawaban terbaik dari pertanyaan diatas.

Jawaban:

Ulu, sebuntut katak hijau, sedang bangun di pinggir kolam. Hai itu langit sangat petang dan hari menyerupai itulah yang Ulu sukai. Tidak usang kemudian air mulai menetes perlahan-lahan dari angkasa.

"Hujan sudah tiba!" Ulu berteriak dengan girang. Ulu pun mulai bersenanndung sambil melompat-lompat mengitari kolam. Ia melihat tiruant yang kecil sedang berteduh di balik bunga matahari.

"Wahai tiruant, hujan sudah datang tidakboleh bersembunyi!" seru Ulu kepada tiruant yang sedang berusaha keras menghindari tetesan air hujan.

Semut menghela napas dan menantap Ulu dalam-dalam. "Ulu, saya tidak suka dengan ujan. Kamu lihat betapa mungilnya tubuhku? Air hujan akan menyeret dan menenggelamkanku ke kolam! Aku tidak sanggup berenang sepertimu, makanya saya berteduh," sahut Semut.

"Makanya Semut, kamu harus latihan berenang! Aku semenjak berupa berudu sudah sanggup berenang, masa kamu tidak bisa? berenang itu sangat gampang, julurkan saja kakimu," Ulu menjulurkan kakinya, "dan tendang ke belakang menyerupai iti! Ups, maaf, kakimu kan pendek," Sambi tertawa, Ulu melompat meninggalkan tiruant.

Semut spesialuntuk sanggup menatap Ulu dengan kesal. Semut tidak sanggup berenang lantaran ia berjalan.

Ulu kembali berseru, "Hujan sudah tiba! Hujan sudah tiba! Oh, Hai Ikan! Au sangat suka dengan hujan, bagaimana denganmu? Ulu berhenti di pinggir bak dan berbicara kepada Ikan yang sedang berenang di dalam kolam. Ikan mendongakkan kepalanya ke atas dan berbicara kepada Ulu. "Aku tidak sanggup mencicipi hujan Ulu. Lihatlahh, saya tinggal bersama air. Bagaimana caranya saya sanggup menikmati hujan menyerupai engkau Ulu?" Ikan pun kembali berputar-putar di dalam kolam.

"Hah! murung sekali hidupmu Ikan! Seandainya engkau sanggup menyerupai aku, sanggup hidup di dalam dua dunia, darat dan air, mungkin engkau akan sanggup mencicipi kebahagiaan ini. Nikmati saja air kolammu lantaran engkau idak akan sanggup pernah mencicipi rintikan hujan di badanmu!"

Apa yang Ulu katakan sangat menusuk hati Ikan. Ikan menatap ke arah tubuhnya yang ersisik, lalau menatap ke arah tubuh licin Ulu. Ikan yang ersedih hati pun berenang meninggalkan Ulu ke sisikolam yang lain. Ulu pun kembali melompat-lompat di sekitar bak dan kembali bersenandung.

Saat Ulu datang di bawah pohon, ia melihat Burung sedang bertengger i dhan pohon dan memmembersihkankan bulunya. Ulu menerka Burung juga sama menyerupai Semut dan Ikan yang tidak sanggup menikmati hujan.

"Hai Burung, kenapa kamu tdak mau keluar dan menikmati hujan? Apakah engkau takut bulumu basah? Atau apakah engkau takut karam ke dalam bak menyerupai Semut? Ataukah memang engkau tidak sanggup menikmati indahnya hujan menyerupai Ikan?" Sesudah berkata demikian, Ulu tertawa kencang-kencang.

Burung menatap ke arah Ulu yang masih tertawa, "Hai Ulu, apakah kamu sanggup naik ke mari?"

Ulu kebingunan, "Apa maksudmu, Burung?"

"Apakah kamu sanggup memanjat naik ke mari, Ulu?"

"Apa yang kamu maksud, Burung? Tentu saja saya tidak bisa!" Ulu cemberut dan menatap ke arah dua kakinya,. Ulu menyesal punya kaki yang pendek sehinga tidak sanggup terbang.

"Ulu, tidakkah engkau tahu bahwa Sang Pencipta membuat kita dengan k3unikan yang tidak sama-beda? Aku tidak sanggup berenang sepertimu dan ikan, tetapi saya sanggup terbang mengitari angkasa,"  burung kembali berkata dengan bijak. "Itulah yang kumaksud, Ulu. Kita masing-masing mempunyai kelebihan sendiri-sendiri.  Semut tidak sanggup berenang sepertimu, tetapi ia sanggup menyusup ke tempat-tempat kecil yang tidak sanggup kamu lewati. Ikan tidak sanggup melompat-lompat sepertimu, tetapi ia bernapas di bawah air. Kamu tidak seharusnya menghina mereka!"

Ulu mulai menyadari bahwa tindakannya salah. Diam-diam Ulu berpikir bahwa tindakannya itu tidak benar. Ia seharusnya tidak menyombongkan kelebihan dan menghina kawan-kawannya.

"Maafkan saya Burung." ucap Ulu seraya menatap sendu ke arah Semut, Ikan yang semenjak tadi memperhatikan pembicaraan mereka. "Maafkan saya Semut, Ikan, selama ini saya sudah menyinggung perasaanmu." Sejak ketika itu, Ulu mulai menghargai kawan-kawannya dan mereka pun menyukainya kembali.

Semoga dengan pertanyaan yang sudah terjawab oleh raekim1221 dapat membantu memudahkan mengerjakan soal, tugas dan PR sekolah kalian.

Apabila terdapat kesalahan dalam mengerjakan soal, silahkan koreksi jawaban dengan mengirimkan email ke yomemimo.com melalui halaman Contact

Last Update: Fri, 09 Jul 21