Kue Kejujuran     “Waktu liburan ke Capadoccia, Turki, kami sekeluarga

Berikut ini adalah pertanyaan dari david11sep6 pada mata pelajaran B. Indonesia untuk jenjang Sekolah Menengah Pertama

Kue Kejujuran    “Waktu liburan ke Capadoccia, Turki, kami sekeluarga naik balon udara. Menegangkan sekali lho. Semua yang di darat jadi kelihatan kecil sekali,” kata Biyan sambil menjentikkan kelingkingnya.

“Waktu ke Inggris, ayah mengajakku ke Cadbury Land. Di sana semuanya terbuat dari cokelat. Nyam,” sahut Laura.

“Ayahku ‘kan seorang diplomat. Jadi, saat beliau berkeliling dunia, aku juga ikut. Asyik sekali lho,” Kira menimpali.

“Kalau kamu, Amran? Apa yang menjadi pengalaman kebanggaanmu?” tanya Laura.

Amran terdiam.

Semua temannya pernah liburan ke luar negeri, sedangkan ia hanya liburan ke rumah kakek dan neneknya di desa. Itu pun hanya naik kerbau saat membajak sawah dan menombak ikan di sungai. Bagi Amran, itu tidak keren.

“Oh ... Eh ... aku pernah ikut kursus memasak masakan Italia. Aku peserta termuda lho,” sahut Amran asal.

Biyan, Laura, dan Kira serempak melongo.

“Benarkah? Wah, berarti kamu jago masak dong?” Kira bertanya dengan antusias.

Amran menaikkan bahunya sedikit. “Ah, tidak juga, tetapi kalau cuma membuat piza sih, gampang,” tukas Amran dengan bangga.

“Eh, bagaimana kalau besok kita ke rumah Amran untuk mencicipi piza buatannya?” usul Biyan.

“Wah! Ide bagus. Besok ‘kan libur. Aku pasti datang!” seru Laura.

“Lho? Lho? Eh ...,” Amran menggaruk kepalanya.

“Ayolah, Amran. Anak kelas tiga SD bisa masak saja sudah hebat lho, apalagi kamu bisa bikin piza. Itu keren sekali!” puji Kira.

Teng. Teng. Teng. Bel berbunyi tiga kali. Waktu istirahat telah usai. Biyan, Laura, Kira, dan Amran kembali masuk ke kelas mereka.

“Ibu bisa masak piza?” tanya Amran kepada ibunya yang berdiri di depan pintu rumah.

Ibu menaikkan alisnya. “Pulang sekolah kok langsung tanya tentang piza? Cium tangan dulu dong,” sahut ibu.

Amran buru-buru mencium tangan ibunya. “Bisa, Bu?” Amran mengulang pertanyaannya.

“Kalau bikin sosis Solo, onde-onde, kue lumpur, dan dadar gulung, Ibu bisa, tapi kalau piza ....”

“Bisa dong, Bu.”

“Hm ... enggak. He he ....”

“Yah. Ibu ....”

“Memangnya kenapa sih. Kamu ingin makan piza? Beli saja daripada repot.” Aku bilang kepada teman-teman kalau aku bisa bikin piza, Bu. Terus, besok mereka mau main ke rumah dan makan piza buatanku.”

“Lho, kamu ‘kan nggak bisa buat piza.”

“Iya, Bu. Aku bohong supaya dianggap keren,” suara Amran terdengar lirih.

“Ibu tidak bisa membuat piza, Amran. Ibu hanya bisa membuat kue tradisional. Lagi pula, kue tradisional juga tidak kalah enak dengan piza. Ibu yakin teman- temanmu pasti akan menyukainya,” kata Ibu sambil tersenyum.

Amran sibuk di dapur sedari subuh. Ia bahkan ikut ibu ke pasar untuk membeli bahan-bahan kue. Bau harum memenuhi dapur. Amran sampai menelan ludah dibuatnya. Kurang lebih pukul sepuluh pagi, terdengar suara teman-teman Amran memanggil. Amran bergegas membukakan pintu dan mempersilakan teman-temannya duduk di teras rumahnya. “Aku sengaja tidak sarapan lho,” kata Laura sambil memegangi perutnya. Aku juga,” sahut Kira dan Biyan berbarengan. “Aku masuk dulu, ya,” kata Amran. Tak lama kemudian ia bolak-balik membawa berbagai macam kue. Setelah itu, Amran duduk menghadap teman-temannya. “Aku minta maaf, Teman-Teman. Aku sebenarnya tidak bisa membuat piza. Aku berbohong kepada kalian agar dianggap keren. Kalian semua punya pengalaman keren tentang luar negeri. Sementara, pengalamanku cuma membantu kakek menanam padi, naik kerbau, dan menombak ikan. Karena ibuku tidak bisa membuat piza, akhirnya kami membuat kue-kue ini,” lanjut Amran. Sejenak suasana menjadi hening. “Lho, siapa bilang menanam padi dan naik kerbau itu tidak keren?” tanya Laura memecah keheningan. “Aku juga ingin lho, naik kerbau. Seumur-umur belum pernah,” sahut Kira. “Apalagi menombak ikan. Pengalamanmu lebih keren daripada kami bertiga,” kata Biyan. “Ya, sudah. Lupakan saja soal piza. Lebih baik kita serbu kue-kue ini,” Laura menimpali. “Sosis Solonya enak!” seru Kira dan Biyan berbarengan. Bukan main bangganya hati Amran saat melihat teman-temannya lahap menyantap kue hidangannya. Dari balik pintu ibu tersenyum seraya mengacungkan jempolnya kepada Amran.

Apa makna dari cerita ini?​

Jawaban dan Penjelasan

Berikut ini adalah pilihan jawaban terbaik dari pertanyaan diatas.

  • Maknanya adalah kita tidak boleh berkata bohong ataupun berpura pura ,karena itu akan berdampak pada diri kita sendiri

Semoga dengan pertanyaan yang sudah terjawab oleh ferry0745 dapat membantu memudahkan mengerjakan soal, tugas dan PR sekolah kalian.

Apabila terdapat kesalahan dalam mengerjakan soal, silahkan koreksi jawaban dengan mengirimkan email ke yomemimo.com melalui halaman Contact

Last Update: Tue, 12 Apr 22