Ayah banyak bercerita perihal sepeda motor padaku. Aku menikmatinya. “Kalau adik sudah besar nanti, mau jadi apa?” tanya ayah padaku. “Aku mau jadi pembalap, Yah, kayak Valentino Rossi,” jawabku spontan. Ayah pun memujiku, lalu mengajukan pertanyaan padaku.

“Tapi pembalap mesti mengerti anggota yang terpenting dari sepeda motor. Adik tahu apa itu?” Aku pun berpikir sepanjang hari itu, apa ya yang paling penting? Keesokan harinya ketika sarapan, aku menjawab pertanyaan ayah kemarin. Menurutku, bagian yang terpenting dari sepeda motor adalah roda karena tanpa roda, motor tidak mampu berjalan.Mendengar jawabanku, ayah berkata, “Wah pintarnya, namun sayangnya bukan itu, sayang,” jawab ayah. Aku pun tidak menyerah dan memikirkan kembali jawabannya.

Pada suatu pagi yang cerah, Andi dan ayahnya berbincang-bincang di teras rumah mereka. Keduanya tampak menikmati pembicaraan mereka.

Ayah: Kalau adik sudah besar nanti, mau jadi apa?

Andi: Aku mau jadi pembalap, Yah, kayak Valentino Rossi

(mendengar ucapan ini, sang ayah menunjukkan raut wajah tanda memuji sang anak)

Ayah: Tapi pembalap mesti mengerti anggota yang terpenting dari sepeda motor. Adik tahu apa itu?

Andi: (terdiam)

Kedua pemeran meninggalkan tempat. Pencahayaan berfokus pada Andi yang digambarkan merenungi dengan serius maksud perkataan ayahnya.

Latar berubah menjadi keesokan harinya, setelah sarapan.

Andi: Yah, menurutku, bagian yang terpenting dari sepeda motor adalah roda karena tanpa roda, motor tidak mampu berjalan.

Ayah: Wah pintarnya, namun sayangnya bukan itu, sayang

Andi: (terkejut, lalu kembali merenung)

Penjelasan:

maaf kalo salah

* semoga membantu *