Jawaban:

•[Fiksi]

Rania berjalan di sepanjang lorong sekolah yang sepi dengan langkah pelan. pandangannya tertunduk pada sepatu kanvas putih yang dikenakannya. tanpa memperhatikan langkah, Rania berjalan tak tentu arah.

jam menunjukkan pukul 16.36 WIB. Rania menghembuskan napas kasar, mengusap wajahnya dengan tangan kanan cepat sembari menutup mata sebentar.

tiba-tiba, dari arah tenggara, suara denting piano terdengar. Rania menghentikan langkahnya lantaran terkejut. dengan penasaran, Rania menarik langkahnya menuju Ruang Musik di sisi tenggara sekolah.

dari balik pintu, Rania bisa mendengar suara denting Piano. Rania mengenali lagunya, Fur Elise karya Bethoven, lagu favoritnya. dengan ragu, Rania memutar knop pintu dan mendorongnya masuk.

suara musik terhenti seketika. derai angin menyapu tengkuk Rania, terasa dingin. Rania melongokkan kepalanya ke kanan dan ke kiri tanpa melihat siapapun dalam Ruang musik itu.

dengan langkah ragu, Rania melangkah melewati ambang pintu, mendekati Grand Piano berwarna hitam yang terbuka. kertas partitur yang terbuka tersibak karena angin.

kembali, Rania memutar kepalanya pada ruangan yang kosong itu. 'aneh, padahal aku mendengar suara musik dari tempat ini. apa aku salah?'

Rania memutar kembali kepalanya ke depan. kali ini, dia melihatnya. seorang gadis seusianya dengan surai coklat terang berdiri di bawah jendela yang terbuka. punggungnya menghadap Rania, tanpa bisa Rania lihat wajahnya.

"Emm.. excuse me?" ucap Rania ragu.

sesaat hening. "bagaimana kamu bisa berada disini?"

Rania terhenyak mendengar suara merdu yang dikeluarkan gadis bersurai coklat tadi. "Sorry?" Rania membuka mulut setelah sadar.

"Kamu tahu siapa aku?" suara gadis itu kembali terdengar. Rania mengernyitkan alis, bingung. "Oh, tampaknya kamu tidak mengenaliku?"

perlahan tapi pasti, gadis bersurai coklat itu berbalik. Rania tercengang karena parasnya yang luar biasa indah. matanya bertubrukan dengan netra biru gelap gadis tadi. dan pada saat itu, Rania tersadar.

Imelda Stauton. Gadis jenius di bidang musik yang sering membawa pulang trofi untuk sekolah sedang berdiri dihadapannya.

mata Rania bergetar. dia terkejut karena fakta baru lainnya.

"kasihan sekali, ya. dia masih muda, prestasinya juga sangat tinggi. tapi dia harus mengalami kecelakaan seperti ini."

"jika dia diberi kesempatan lagi, aku yakin dia pasti akan menjadi salah satu musisi yang hebat di masa depan."

"baiklah murid-muridku tersayang sekalian. mari kita doakan salah satu teman sekaligus saudari kita di sekolah ini, semoga dia mendapat tempat terbaik disisi-Nya."

"mengheningkan cipta, untuk saudari kita..."

-Imelda Stauton..

sudah tiada.

Semoga suka

sekedar di baca juga gpp