5. Mengapa kulit suami dalam cerita Balahindang tersebut berubah menjadi sisik-sisik

Berikut ini adalah pertanyaan dari hnor82605 pada mata pelajaran B. Indonesia untuk jenjang Sekolah Menengah Pertama

5. Mengapa kulit suami dalam cerita Balahindang tersebut berubah menjadi sisik-sisik seperti seekor Naga? *tolong jawab pertanyaan yg di atas​

Jawaban dan Penjelasan

Berikut ini adalah pilihan jawaban terbaik dari pertanyaan diatas.

Jawaban:

Suatu ketika pada jaman dahulu kala tersebutlah dua orang suami istri beserta anaknya yang pekerjaan mereka sehari-hari adalah bertani. mererka hidup berasal dari bertani dan mengerjakan lahan mereka dengan tekun dan rajin. sehingga mereka selalu berkecukupan. mereka tinggal di daerah yang disebut di Paulinan yang sekarang terkenal dengna bendungannya, sebuah perkampungan di kecamatan Bungur, Kabupaten Tapin.

Pada suatu hari, kedua petani tersebut mencari ikan di batang sebagai lauk untuk makan pada hari itu. Peralatan yang digunakan untuk mencari atau menagkap ikan tersebut adalah tangguk alat penangkap ikan yang terbuat dari bambu yang dipotong kecil-kecil dan disusun sedemikian rupa.

Setelah sekian lama mencari ikan di batang tersebut, tidak ada satu ekor ikan pun yang masuk ke dalam tangguk mereka. Konon ceritanya, itulah legenda terjadinya sungai yang membelah kota Rantau dan kemudian di sebut sungai Tapin.

Perjalanan yang dilakukan oleh sang naga cukup jauh dari hulu ke hilir dan sampai ke Muara Tabirai. Ternyata di Muara tabirai ini ada terdapat liang dan kerena kelelahan setelah melakukan perjalanan panjang, maka sang naga memutuskan untuk beristirahat dan tertidur di dalam liang yang baru ditemukannya. Padahal, liang yang ditempati oleh sang naga Putih tersebut adalah tempat tinggal dari seekor naga yang berwarna Habang yang tadinya pergi mencari makan.

Ketika naga Habang kembali, dia terkejut karena di dalam liangnya sudah terdapat seekor naga yang berwarna Putih, sehingga naga Habang menjadi marah. Dan mulai saat ini, panggillah aku dengan sebutan «Balahindang». Balahindang kemudian kembali ke liangnya di Muara Tabirai dan bersemayam disana.

Diilhami oleh legenda si Balahindang yang membentuk sungai Tapin tersebut, pada masa selanjutnya di jaman dahulu, ada seorang setengah baya bernama Gudabam, membuat dua buah patung naga. Patung tersebut di beri nama Si Rintik dan si Ribut yang konon ceritanya sebagai menghormati kedua naga yang menghuni dan bersemayam di Muara Tabirai tersebut .

Ketika ada perkawinan dan dilakukan acara beantaran pengantin dari Gadung ke daerah Balimau yang melewati sungai Tapin, maka digunakanlah perahu untuk mengantar pengantin dan didepan perahu tersebut diletakkan patung kepala naga si Rintik dan si Ribut.

Penjelasan:

Maaf kalo salah

Semoga dengan pertanyaan yang sudah terjawab oleh febi2783omi dapat membantu memudahkan mengerjakan soal, tugas dan PR sekolah kalian.

Apabila terdapat kesalahan dalam mengerjakan soal, silahkan koreksi jawaban dengan mengirimkan email ke yomemimo.com melalui halaman Contact

Last Update: Fri, 09 Jul 21