3.Jelaskan cara dokter mendiagnosis penyakit asma dengan menggunakan inhaler!

Berikut ini adalah pertanyaan dari daniwidya0108 pada mata pelajaran B. Indonesia untuk jenjang Sekolah Menengah Atas

3.Jelaskan cara dokter mendiagnosis penyakit asma dengan menggunakan inhaler! ​

Jawaban dan Penjelasan

Berikut ini adalah pilihan jawaban terbaik dari pertanyaan diatas.

Jawaban:

Jadikan jawaban terbaik ya

Penjelasan:

Untuk mengetahui apakah seorang pasien menderita penyakit asma, dokter perlu melakukan sejumlah tes. Namun sebelum tes dilakukan, dokter biasanya akan mengajukan pertanyaan seputar gejala yang dirasakan, misalnya apakah pasien suka mengalami sesak napas, nyeri dada, mengi, sulit bicara, dan kondisi bibir atau kuku berubah warna menjadi kebiruan.

Jika jawabannya positif, maka selanjutnya dokter akan bertanya mengenai waktu kemunculan gejala tersebut. Misalnya apakah ketika malam hari atau dini hari, ketika berolahraga, ketika merokok, ketika berada di dekat binatang berbulu, ketika tertawa, ketika merasa stres, atau tidak bisa diprediksi. Selain itu, dokter juga perlu menanyakan apakah pasien memiliki keluarga yang memiliki riwayat penyakit asma atau alergi.

Jika seluruh keterangan yang diberikan oleh pasien mengarah pada penyakit asma, maka selanjutnya dilakukan pemeriksaan fisik dan tes laboratorium. Tes laboratorium bisa dilakukan untuk memperkuat bukti. Tes yang paling sering dilakukan adalah spirometri. Di dalam tes ini, pasien akan diminta dokter untuk menarik napas dalam-dalam dan mengembuskannya secepat mungkin ke sebuah alat yang dinamakan spirometer. Tujuan tes ini adalah untuk mengukur kinerja paru-paru dengan berpatokan kepada volume udara yang dapat pasien embuskan dalam satu detik dan jumlah total udara yang diembuskan. Adanya hambatan pada saluran pernapasan yang mengarah kepada asma dapat diketahui oleh dokter setelah membandingkan data yang didapat dengan ukuran yang dianggap sehat pada orang-orang seusia pasien. Selain berpatokan pada ukuran sehat, asma juga bisa dideteksi melalui spirometri dengan cara membandingkan data awal dengan data setelah pasien diberikan obat inhaler. Jika setelah diberikan inhaler hasilnya menjadi lebih bagus, maka pasien kemungkinan besar menderita asma.

Tes berikutnya yang bisa dipakai untuk mendiagnosis asma adalah tes kadar arus ekspirasi puncak. Di dalam tes yang dibantu dengan alat bernama peak flow meter (PFM) ini , kecepatan udara dari paru-paru dalam sekali napas yang bisa diembuskan oleh pasien akan diukur guna mendapatkan data tingkat arus ekspirasi puncak (PEFR). Dokter biasanya menyarankan pasien untuk membeli sebuah PFM untuk digunakan di rumah, serta membuat sebuah catatan PEFR tiap harinya. Selain itu, pasien juga akan disarankan untuk mencatat tiap gejala yang muncul agar dokter bisa mengetahui kapan asma memburuk.

Jika pasien merasa bahwa gejala gangguan pernapasan kerap pulih ketika sedang tidak bekerja, kemungkinan pasien mengidap asma yang berkaitan dengan kondisi pekerjaan. Kemungkinan di tempat pasien bekerja terdapat zat-zat yang memicu kambuhnya gejala asma. Hal ini biasanya terjadi pada orang-orang yang berprofesi sebagai perawat, pegawai pabrik pengolahan bahan kimia, staf laboratorium, tukang cat, tukang las, pekerja pengolahan kayu, pengurus hewan, dan pekerja pengolahan makanan. Untuk mendukung diagnosis, biasanya dokter akan meminta pasien melakukan tes aliran ekspirasi puncak (PEFR) dengan menggunakan peak flow meter (PFM), baik di tempat bekerja maupun di luar lingkungan kerja. Dari data yang didapat, dokter bisa memperkirakan apakah pasien mengidap asma akibat pekerjaan.

Jika Anda terdiagnosis mengidap asma akibat paparan zat di lingkungan pekerjaan, informasikan hasil diagnosis tersebut kepada perusahaan tempat Anda bekerja, terutama pada bagian layanan kesehatan kerja. Perusahaan memiliki tanggung jawab untuk menjamin kesehatan karyawan.

Contohnya, apabila asma Anda dipicu kandungan zat yang ada pada bahan baku produksi, maka minta perusahaan untuk memberi Anda perlengkapan yang dapat melindungi diri dari paparan zat tersebut atau memindahkan Anda ke divisi lain yang tidak melibatkan pengolahan secara langsung. Hal ini bisa coba Anda ajukan apabila perusahaan tidak memungkinkan untuk mengganti bahan-bahan produksi tersebut dengan bahan-bahan yang lebih aman.

Jika dalam waktu setahun Anda tetap sering terkena asma ketika berada di tempat kerja, maka pertimbangkan untuk mencari pekerjaan baru.

Tes lainnya

Selain spirometri dan tes kadar arus ekspirasi puncak, beberapa tes lainnya mungkin dibutuhkan pasien untuk memperkuat dugaan asma atau membantu mendeteksi penyakit-penyakit selain asma.

Semoga dengan pertanyaan yang sudah terjawab oleh MuhammadZhakyFauzan dapat membantu memudahkan mengerjakan soal, tugas dan PR sekolah kalian.

Apabila terdapat kesalahan dalam mengerjakan soal, silahkan koreksi jawaban dengan mengirimkan email ke yomemimo.com melalui halaman Contact

Last Update: Sun, 05 Dec 21