Hasan adalah anak yang lahir dan dibesarkan oleh keluarga yang taat pada agama Islam. Baik Ayah maupun Ibu, kedua-duanya berasal dari keluarga yang alim pula, sehingga Hasan tumbuh menjadi pribadi yang memiliki ilmu agama yang kuat dan juga sebagai pemuda yang sederhana yang tidak suka dengan gaya hidup yang terlalu kebarat-baratan.

Hasan awalnya memiliki tiga saudara, namun karena suatu penyakit ketiga-tiganya pun meninggal. Akhirnya keluarga Hasan mengadopsi Fatimah, anak dari paman Hasan. Dari kecil ia selalu dibayang-bayangi oleh Ibunya tentang kejamnya neraka dan indahnya surga yang membuat ia takut dan semakin kuat saja ketaatannya.

Ketika berjanjak dewasa, Hasan melanjutkan pendidikannya di Bandung, tepatnya di sekolah MULO. Saat bersekolah di Bandung, Tumbuhlah benih-benih asmara antara Hasan dengan gadis berparas cantik bernama Rukmini. Akan tetapi hubungan percintaan Hasan dengan Rukmini harus berakhir kandas, karena keluarga Hasan tidak menyetujui jika ia menikah dengan seseorang yang bukan berasal dari kalangan mereka, yaitu keluarga raden. Hingga akhirnya Rukmini telah dijodohkan oleh orangtuanya dengan seorang saudagar kaya dari Jakarta. Hal tersebut membuat ia kecewa dan frustasi, tetapi kekecewannya tersebut malah menuntunnya menjadi pribadi yang lebih

taat pada agama.

Suatu hari Hasan bertemu dengan Rusli, sahabat lamanya ketika ia masih kecil. Di sana juga ia melihat seorang gadis yang membuatnya terpesona pada pandangan Kartini. Gadis yang bernama kartini tersebut dikenalkan oleh Rusli sebagai adiknya. Kartini adalah seorang janda. Ia dinikahkan paksa kedua orang tuanya dengan seorang rentenir arab tua yang kaya, Kartini memutuskan untuk kabur dari rumahnya dengan membawa banyak warisan. Kartini pun hidup menjadi seorang wanita yang tangguh. Hubungan Kartini dengan Rusli sangat akrab, namun Kartini menganggap Rusli adalah kakaknya, orang yang dapat melindunginya.

Sejak awal bertemunya Hasan dengan Kartini, rupanya ia mulai menaruh hati padanya. Ia pun mulai senang berkunjung ke rumah Rusli untuk sekedar bercakap-cakap mengenai Kartini, tapi beruntungnya setiap kali ia ke rumah Rusli, ia pasti menjumpai Kartini di sana. Awalnya ia merasa senang, namun lama-lama ia pun cemburu dan menganggap pergaulan antara Rusli dan Kartini bukan sekedar hubungan kakak dan adik.

Suatu ketika, Hasan menyadari bahwa Rusli dan Kartini adalah seorang yang tidak percaya tuhan atau atheis. Di setiap pembicaraan mereka, Hasan selalu tidak bisa mengendalikan diri atas argumen-argumen yang dikeluarkan Rusli yang logis adanya. Ia pun sempat emosi dan memutuskan untuk tidak lagi b ertemu dengan Rusli dan Kartini, tapi akhirnya ia menyadari bahwa hal tersebut salah dan memutuskan untuk membantu mereka kembali ke jalan yang benar.

Pada akhir usaha Hasan mengalami jalan buntu karena ia harus berhadapan dengan golongan mereka yang memiliki pengetahuan yang luas dan pengalaman hidup yang lebih banyak darinya. Usaha hasan menjadi tidak berarti ketika ia berkenalan dengan teman rusli yang lain, yakni Anwar. Anwar juga seorang atheis, dan karena kepandaian Anwar dan Rusli dalam menyampaikan pendapat, akhirnya Hasan mulai terpengaruh. Kealiman yang selama ini melekat dalam dirinya pelan-pelan mulai luntur. Hasan mulai tidak percaya keberadaan Tuhan dan mulai berhenti beribadah.

Kepercayaan Hasan terhadap adanya tuhan mulai hancur ketika ia menjalin hubungan dengan kartini. Hasan menjadi pribadi yang selalu ia hindari sebelumnya. Akhirnya pernikahan Hasan dan Kartini pun dilaksanakan. Kedua orang tua Hasan tidak menyetujui pernikahan tersebut dan tidak merestuinya. Mereka pun mengusir Hasan dan tidak lagi menganggapnya sebagai anak.