Artikel ilmiahberikut mengenaibidang pangan dan perikanan.

Mi merupakan salah satu jenis olahan pangan yang populer Asia Timur dan Asia Tenggara. Penemuan bersejarah oleh Lu et al. (2014) membuktikan bahwa mi berasal dari daratan Cina. Mi berdasarkan proses pembuatannya diklasifikasikan menjadi mi basah, mi kering dan mi instan.

Mi kering adalah salah satu jenis makanan yang diminati konsumen karena rendah lemak, mudah dan cepat penyajiannya. Bahan baku utama mi kering yang selama ini dikenal adalah terigu, namun mi kering menurut Astawan (2008) juga dapat dibuat dari bahan baku campuran terigu dengan tepung lain, tergantung tujuannya.

Peningkatan konsumsi mi seiring dengan peningkatan impor terigu karena Indonesia bukan negara yang memproduksi gandum. Terigu menurut Rosell et al. (2014) dapat menyebabkan alergi, asma, respon autoimun dan sensitif gluten terhadap beberapa orang. Mi kering di pasaran kaya akan karbohidrat namun rendah akan gizi lain seperti protein dan serat pangan.

Tepung rumput laut Eucheuma spinosum dan tepung ikan patin dapat menjadi pengganti terigu untuk membuat mi kering kaya protein, serat pangan dan mineral. Tepung rumput laut menurut Sozer et al. (2007) dapat menjadi hidrokoloid alami karena rendahnya gluten pada mi akibar substitusi tepung non-terigu dapat mempengaruhi kualitasnya. Ikan patin (Pangasius pangasius) berpotensi untuk diolah menjadi bahan baku tepung ikan sebagai sumber protein (Murtidjo, 2001).

Penelitian mengenai mi kering yang disubstitusi dengan tepung rumput laut telah dilakukan oleh Firdaus et al. (2019) yang menunjukkan kadar protein yaitu 14,11% dan kadar karbohidrat yaitu 71,29%. Penelitian mi kering yang disubstitusi dengan gabungan tepung ikan dan tepung rumput laut juga telah dilakukan oleh Pankyamma et al. (2017).

Berikut adalah daftar pustaka berdasarkan referensi yang dikutip pada paragraf di atas.

Astawan, M. 2008. Membuat Mi dan Bihun. Niaga Swadaya. Depok.

Firdaus, M. dan Setijawati, D. 2014. The effect of Lactobacillus acidophilus microcapsule which encapsulated by kappa caragenan toward in vivo functional test. RJLS. 1(1): 27–36.

Lu, H., X. Yang, Q. Li dan C. Wang. 2014. Component and simulation of the 4000-year-old noodles excavated from the archaeological site of Lajia in Qinghai, China. Chin. Sci. Bull. 59(35): 5136-5152.

Murtidjo, B. A. 2001. Beberapa Metode Pengolahan Tepung Ikan. Kanisius. Yogyakarta.

Pankyamma, V., J. Debbarma, B. M. Rao dan M. M. Prasad. 2017. Nutritional and physical characteristics of noodles incorporated with green seaweed (Ulva reticulata) and fish (Pangasianodon hypophthalmus) mince. Indian Journal Fisheries. 90-95.

Rosell, C. M., Barro, F., Sousa, C. and Mena, M. C. 2014. Cereals for developing gluten-free products and analytical tools for gluten detection. Journal of Cereal Science. 59(3): 354-364.

Sozer, N., A. C. Dalgic dan A. Kaya. 2007. Thermal, textural and cooking properties of spaghetti enriched with resistant starch. Journal of Food Engineering. 81: 476-484.

Pembahasan

Artikel ilmiah umumnya disertai dengan kutipandandaftar pustaka. Daftar pustaka merupakan suatu daftar yang memuat atau menunjukkan referensi. Daftar pustaka biasanya terletak pada halaman belakang dari artikel ilmiah. Penulisan daftar pustaka juga memiliki aturan yang sistematis.

Pelajari lebih lanjut

Materi tentang penulisan daftar pustaka yomemimo.com/tugas/2860772

#BelajarBersamaBrainly #SPJ1