Lagi-lagi, perempuan setengah abad yang ramah itu menyambutku dengan senyum merekah. Logat jawanya yang kental begitu renyah terdengar kala ia mempersilahkanku duduk. Tak luput mata ini memandangi gerak-geriknya yang cekatan menyiapkan jenang pesananku." Monggo,mas," ujar Mbok Sarni. Kini, Seporsi jenang terhampar di hadapan membawa lamunanku ke beberapa minggu yang lalu. saat di mana perasaanku benar-benar hancur. Setelah tahu bahwa Papa dan Mama bukanlah orang tua kandungku. Suap demi suap jenang yang seharusnya manis itu terasa getir. Mataku pun semakin menghangat menahan luapan air mata yang mulai membuncah keluar. Setelah penggulatan batin yang panjang, tekadku kini sudah bulat. Ku peluk tubuh tua renta itu sembari lirih berbisikanku di dekapannya " aku Angga, anak lelakimu yang hilang dua puluh tahun lalu, mbok" *Jelaskan apa pesan pada cerita diatas!