Berikut ini adalah pertanyaan dari suryaridhoi759 pada mata pelajaran B. Indonesia untuk jenjang Sekolah Menengah Atas
Jawaban dan Penjelasan
Berikut ini adalah pilihan jawaban terbaik dari pertanyaan diatas.
Penjelasan:
Joko Tingkir alias Sultan Hadiwijaya meninggal dan dimakamkan di Dusun Butuh, Desa Gedongan, Kecamatan Plupuh, Sragen. Tak jauh dari jasad Raja Pajang itu bersemayam, ada bongkahan kayu keropos tak berbentuk sepanjang sekitar empat meter yang diyakini sebagai bekas perahu Joko Tingkir.
Kayu itu diletakkan di bangunan beratap asbes di Punden Domba. Kayu itu dulunya bagian dari perahu atau gethek yang dinaiki Joko Tingkir menuju. Konon, perahu itu didorong sekawanan buaya saat Joko Tingkir melintasi Bengawan Solo pada awal abad XVI.
Perahu tersebut ditempatkan di dekat pohon kesambi yang umurnya lebih tua daripada umur gethek tersebut. Lingkungan sekitar pohon kesambi itu disebut Punden Domba.
Di sebelah timur punden itu terdapat sendang tetapi dibuat seperti sumur yang dikenal dengan nama Sendang Klampok karena dulu ada pohon klampok, yakni seperti sejenis jambu air. Kini, pohon klampok itu tiada dan tergantikan dengan pohon beringin.
“Dulu pernah ada banjir karena luapan Bengawan Solo. Perahu itu bisa berjalan sendiri sampai Dukuh Jaten [masih wilayah Karangudi] dan saat menjelang surut, perahu itu kembali lagi ke lokasi sekarang,” ujar Suwarno, 62, warga RT 015, Dukuh Butuh, saat berbincang dengan Solopos.com, Oktober 2020.
Cerita itu dibenarkan sesepuh Dukuh Butuh, Mbah Naryo, 76, saat ditemui secara terpisah pada waktu yang sama. Mbah Naryo yang tinggal di RT 014, Butuh, pernah menyaksikan dengan mata kepala sendiri peristiwa perahu Joko Tingkir berjalan sendiri saat ia masih kecil. Saat itu, kata dia, perahu itu masih relatif utuh yang panjangnya sampai 15 meter.
“Dulu ada rantai yang terbuat dari emas dan cadiknya. Sekarang rantai dan cadik itu sudah menghilang menjadi gaib. Cerita dari simbah-simbah dulu, Kiai Karebet [Joko Tingkir] menaiki perahu itu muter-muter dan akhirnya tiba di dukuh ini bisa menemukan apa yang dibutuhkan sehingga diberi nama Dukuh Butuh. Tempat muter-muter itu jadi Dukuh Nguter,” kata Mbah Naryo.
Mbah Naryo mencatat Dukuh Butuh yang ada di Sragen berkaitan dengan petilasan Joko Tingkir. Ia mencatat ada empat dukuh dengan nama Butuh. Ia tak mengetahui asal muasal perahu Joko Tingkir itu. Ia menduga perahu itu dibuat dari berbagai jenis kayu dan disabda jadi perahu.
Semoga dengan pertanyaan yang sudah terjawab oleh sifa140786 dapat membantu memudahkan mengerjakan soal, tugas dan PR sekolah kalian.
Apabila terdapat kesalahan dalam mengerjakan soal, silahkan koreksi jawaban dengan mengirimkan email ke yomemimo.com melalui halaman Contact
Last Update: Tue, 29 Nov 22