Tolong berikan contoh paraton 2 paragraf

Berikut ini adalah pertanyaan dari bentarblues pada mata pelajaran B. Indonesia untuk jenjang Sekolah Menengah Atas

Tolong berikan contoh paraton 2 paragraf

Jawaban dan Penjelasan

Berikut ini adalah pilihan jawaban terbaik dari pertanyaan diatas.

Jawaban:

Di dalam sebuah wacana, wacana dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu wacana tulis dan wacana lisan. Wacana merupakan satuan bahasa di atas tataran kalimat yang di gunakan untuk berkomunikasi dalam kontek sosial, satuan bahasa itu dapat berupa rangkaian kalimat atau ujaran. Dalam sebuah wacana tulis terdapat paragraf, sedangkan dalam wacana lisan atau wicara terdapat paraton. dan pada kesempatan ini kami akan membahas tentang paraton, paraton merupakan istilah lain dari paragraf dalam bentuk bahasa lisan, paraton adalah satuan-satuan struktural wacana lisan yang berupa ‘paragraf-paragraf wicara ‘ cara-cara untuk menandai batas-batas ‘paragraf-paragraf wicara’ yang terdapat dalam kebiasaan umum, yaitu orang-orang yang di minta untuk membaca teks-teks tertulis keras-keras. Mereka memakai isyarat-isyarat intonasi untuk menandai permulaan paragraf baru. ‘paragraf wicara’ atau paraton, seperti paragraf ortografis, di identifikasi dengan penanda-penanda batasnya. Kemudian, penandaan permulaan paraton merupakan suatu alat yang dapat di pakai penutur untuk menunjukan pergeseran topik

Pada permulaan suatu paraton, penutur secara khas memakai suatu ungkapan pengantar untuk memberitahukan apa yang secara khusus ingin di bicarakan. Ungkapan pengantar itu secara fonologis di buat menonjol dan seluruh klausa atau kalimat pertama dalam paraton di ucapkan dengan tinggi-nada (pitch) yang di naikan. Akhir paraton di tandai dengan cara yang serupa, yaitu dengan ‘isyarat pergantian’ (turn signal) yang di bicarakan oleh para peneliti wacana percakapan sebagai proses interaksi sosial (Duncan, Sacks, dkk dalam brown dan yule, 101 : 1996), yakni dengan tinggi nada yang sangat rendah, bahkan pada unsur-unsur leksikal, hilangnya amplitudo dan jeda yang panjang sekali. Selain itu, penutur dapat memakai frase peringkas, yang sering mengulangi ungkapan pengantar, tidak perlu rendah tinggi nadanya, tetapi juga di ikuti jeda yang panjang, biasanya lebih dari satu detik. Selain itu, sama halnya dengan paragraf, ungkapan-ungkapan adverbial yang di bacakan penutur dapat di jadikan sebagai penanda pergeseran topik, jika ungkapan tersebut memisahkan kelompok kalimat sebelumnya dengan kelompok kalimat berikutnya.

Brown dan yule (104-105) menjelaskan penanda-penanda batas paraton dalam wacana lisan, sebagai berikut.

1. Jeda yang sangat panjang, di identifikasi sebagai akhir paraton dalam wacana lisan.

2. Ciri-ciri intonasi yang di pergunakan penutur untuk menunjukan pergeseran topik dalam apa yang mereka bicarakan

3. Gerakan-gerakan badan, sebagai pemberi isyarat tentang perubahan penutur dalam percakapan, yang memungkinkan adanya perubahan topik.

4. Terdapatnya berbagai macam ‘pengisi’ seperti, ‘baik’, ‘mmm’, ‘kamu tahu’, ‘OK’, dan sebagainya.

Ketika mulai dengan paraton baru, penutur menandai, dua ungkapan sebagai penonjol berdasarkan intonasi. Contoh analisis paraton sederhana yang di praktikan oleh salah satu guru kelas XII PP Nurul Qomar kepada salah satu siswa didiknnya, yaitu Dian Purnama Sari. Dian membacakan sebuah tulisan pidato (Tukan, 114:2006) dengan menggunakan metode ekstemporer, Pidatonya sebagai berikut.

(1) Sebelumnya izinkanlah saya menceritakan pengalaman saya tadi pagi. (2) Ketika saya hendak menghadiri forum ini, di jalan saya melihat kecelakaan yang terjadi antara pengendara sepeda motor dan sebuah sedan. (3) Kecelakaan tersebut terjadi karena pelanggaran terhadap rambu-rambu lalu lintas oleh pengendara mobil sedan tersebut. (4) Sungguh kasihan sekali pengendara sepeda motor yang di kendarainya pun rusak berat.

Baiklah para hadirin

(5) Peristiwa di atas merupakan salah satu bukti bahwa kesadaran hukum belum membudaya dalam masyarakat kita. (6) Bila kesadaran hukum sudah membudaya, biarpun tengah malam, saat lampu merah menyala, si pengendara wajib menghormati laju kendaraanya. (7) Hal ini selain menunjukan akan kesadaran hukum, juga guna menjaga keselamatan orang

Penjelasan:

semoga bermanfaat

maaf kalok salah Ω︵Ω

Semoga dengan pertanyaan yang sudah terjawab oleh xpren dapat membantu memudahkan mengerjakan soal, tugas dan PR sekolah kalian.

Apabila terdapat kesalahan dalam mengerjakan soal, silahkan koreksi jawaban dengan mengirimkan email ke yomemimo.com melalui halaman Contact

Last Update: Wed, 17 Aug 22