"Suara Hati"

Suara hati terdengar begitu keras di telingaku. Aku terus berjalan di tengah hiruk pikuk kota, mencoba mengabaikan suara itu yang terus memanggilku. Tapi aku tahu, aku tidak bisa mengelak lama-lama. Akhirnya, aku berhenti di depan sebuah toko kecil yang selalu kusambangi setiap hari.

Aku masuk ke dalam toko dan melihat ibuku yang sedang sibuk menata barang-barang di rak-rak. Ia terlihat begitu lelah, tapi senyumnya tetap terpampang di wajahnya.

"Ma, apa yang kau lakukan di sini? Bukankah kau seharusnya istirahat?" tanyaku cemas.

Ibuku menatapku dan tersenyum lembut. "Aku harus bekerja, anakku. Ini adalah toko kecilku, dan aku harus menjaganya agar tetap berjalan dengan baik."

Aku merasa bersalah. Aku tahu betul bagaimana susahnya ibuku mengelola toko ini sendiri. Aku selalu sibuk dengan kegiatan kuliahku dan jarang membantunya di sini.

"Ma, aku minta maaf. Aku selalu sibuk dengan kuliah dan tidak pernah membantumu di sini. Tapi sekarang, aku akan membantumu mengelola toko ini. Aku tidak ingin kau terus bekerja sendiri."

Ibuku tersenyum dan memelukku. "Terima kasih, anakku. Tapi aku tidak ingin kau mengorbankan kuliahmu hanya demi membantuku di sini. Aku hanya ingin kau menjadi orang yang sukses di masa depan."

Aku menatap ibuku dan merasa bersyukur memiliki ibu yang begitu sayang padaku. Aku akan terus belajar dan bekerja keras agar bisa membahagiakan ibuku di masa depan. Suara hati itu terdengar lagi, tapi kali ini aku tahu pasti apa yang harus kulakukan.