Berikut ini adalah pertanyaan dari antiww11 pada mata pelajaran B. Indonesia untuk jenjang Sekolah Menengah Atas
Tempias air sungai Selopamioro yang mengular mengenai wajah Arif yang murung dan keruh .Aku tahu dia sedang tidak konsentrasi, bahkan keberadaan gadis jelita yang akan menjadi model produk usaha yang kurintis tak mampu membuat Kematian dari kabar kematian. Pandangan Arif terbelah dua , antara kamera dan layar ponsel . Berkali -kali kaki Arif gemetar saat membidik senyum gadis jelita yang berdiri tepat di samping pancaran cahaya matahari di tepi sungai Selopamioro .Saya tahu lensanya gagal. fokus .Tapi naifnya,saya tidak bisa membuat apa-apa atas guncangan yang dialami Arif .Saya hanya fokus pada waktu yang terasa bergerak terasa tergesa-gesa.Arif meminta model perempuan yang masih memegang produk kecantikan untuk istirahat."saya gagal fokus ,Hamid ,ais!" Awan tebal berarak ,kesiur angin menerbangkan aroma tak sedap dari sungai Selopamioro. "Banyak janji yang belum sempat kutepati "keluhnya kemudian ."Janji?" aku yang sejak awal pemotretan lebih memilih diam melihat tingkah gelisah Arif,sontak bertanya .Arif menggeleng -gelengkan kepala.Saya tahu Arif sering mengabaikan janji.Janji untuk mengembangkan usaha tenggelam .Uang dan waktu orang tuaku habis ,kini janji itu terus menagih .
"Ini adalah kesempatan terakhir mu."Pesan Bapak tempo hari."Kali ini harus ada hasil . Pemotretan ini akan menjadi titik kepercayaan Bapakku Rif."Arif bertambah murung ,mendung di matanya yang menggantung.
Arif tidak akan melihat Hamid untuk yang terakhir.Bukan karena jarak kami yang jauh dari rumah Hamid tapi janji untuk menghasilkan foto bagus telah mengikatnya.Kami belum mendapatkan frame yang diinginkan, sedangkan matahari akan segera jatuh tapi Arif tidak peduli.
"Baru tadi pagi dia struk.Siang koma,sore meninggal."Suara Arif gemetar."Beberapa hari lalu kami masih mengobrol di warung Pak Parmi .Meneguk segelas kopi pagi seperti biasa.Hamid tidak pernah mengeluh dan hanya bicara seperlunya."Kenangnya.
Cahaya matahari di taman petang pelan pelan turun mengiringi kesedihannya yang diam -diam memudarkan gairah. Keinginan meminta Arif untuk melanjutkan semakin kuat tapi segera kuurungkan saat melihatnya menangis sambil memandang foto Hamid berdua dengannya di Poto profil WhatsApp.."Dia orang baik",gerutunya sambil memegang kamera.Ditatapnya langit berwarna merah jingga.
Sudah lama Hamid memintaku untuk memotretnya sambil mengayuh sepeda kesayangannya."Hamid tampak lesu dan tak bergairah saat kutawarkan jadwal untuk memotret sepedanya tempo hari.
"Kematian Hamid ini gara -gara atasnya itu!"Serunya mengikuti kepalan tangan."Pemimpin seharusnya menjadi benteng jika anak buahnya ada masalah bukan malah menekan dan menyalahkannya."Arif menggeratkan giginya ,dadanya naik turun." Delapan jam kerja ,rasanya omong kosong bagi Hamid .Hari libur hanya sebatas tanggal merah di kalender. Kemudian komunikasi lewat WhatsApp telah merindukan mimpi bertemu keluarga ,teman tanpa beban.Atasanya tidak mau tahu segala perintahnya kudu dilaksanakan .Kata Hamid atasnya memang tidak mengancam.Arif berhenti.
Arif menatapku,"Atasan Hamid jarang jarang di kantor dan punya kerjaan sampingan itu kenapa kerjaan di kantor ditumpukkan ke Hamid."
"Kok bisa orang suka itu dipilih"?."Harusnya pemimpin dipilih karena jiwa pemimpin.Jiwa pemimpin itu dilahirkan bukan melahirkan mungkin dia lahir sebagai penjilat."Arif semakin jengkel."Ya begitulah atasan Rif ,tidak pernah merasakan kelembutan dari bawah."
"Tapi dia keterlaluan .Coba kamu lihat wajah Hamid pernahkah dia tertawa lepas? tersenyum saja dia kaku."Dia lugu ,matanya seperti memendam masalah dengan wajah murung ,tetapi seperti yang dikatakan Arif yang tampak dari sifat Hamid adalah rasa tidak enak menolak permintaan orang lain dan mudah dimanfaatkan. "Kamu bisa membayangkan ,kata teman kantornya Hamid,mendengar nama atasanya saja mereka ketakutan.Hanya atasan yang ditakuti yang berwajah menakutkan seperti set...!Kataku menyela.
"Bahkan untuk memotret sepedanya saja tidak sempat. Hamid,Hamid."Arif kembali menggelengkan kepala."Kalau bukan karena Hamid aku tidak mungkin bisa membeli tele ini." Arif melangkah maju menuju tempat pemotretan."Pasti dia sangat tertekan .Aku dengar si Harsono , atasanya itu sedang sibuk mengembangkan bisnis di luar pekerjaannya.Enak betul jadi dia,cuma perintah lalu dapet duit bulanan.Belum lagi vendor -vendornya."Arif terus berbicara sambil membawa peralatannya ke mobil.
Langkahku sedikit gemetar mengikuti debar dada tak beraturan.Bukan,bukan karena sudah selesai .Tapi Harsono ?apa benar?Batinku .Aku semakin yakin saat Harsono,ayahku memposting foto almarhum Hamid bersama Arif di status WhatsApp dengan tulisan terimakasih karyawan terbaikku.
Matahari mulai tenggelam,Dadaku kembali kelam.
Sebutkan majas yang terdapat dalam cerpen tersebut beserta bukti nya!
"Ini adalah kesempatan terakhir mu."Pesan Bapak tempo hari."Kali ini harus ada hasil . Pemotretan ini akan menjadi titik kepercayaan Bapakku Rif."Arif bertambah murung ,mendung di matanya yang menggantung.
Arif tidak akan melihat Hamid untuk yang terakhir.Bukan karena jarak kami yang jauh dari rumah Hamid tapi janji untuk menghasilkan foto bagus telah mengikatnya.Kami belum mendapatkan frame yang diinginkan, sedangkan matahari akan segera jatuh tapi Arif tidak peduli.
"Baru tadi pagi dia struk.Siang koma,sore meninggal."Suara Arif gemetar."Beberapa hari lalu kami masih mengobrol di warung Pak Parmi .Meneguk segelas kopi pagi seperti biasa.Hamid tidak pernah mengeluh dan hanya bicara seperlunya."Kenangnya.
Cahaya matahari di taman petang pelan pelan turun mengiringi kesedihannya yang diam -diam memudarkan gairah. Keinginan meminta Arif untuk melanjutkan semakin kuat tapi segera kuurungkan saat melihatnya menangis sambil memandang foto Hamid berdua dengannya di Poto profil WhatsApp.."Dia orang baik",gerutunya sambil memegang kamera.Ditatapnya langit berwarna merah jingga.
Sudah lama Hamid memintaku untuk memotretnya sambil mengayuh sepeda kesayangannya."Hamid tampak lesu dan tak bergairah saat kutawarkan jadwal untuk memotret sepedanya tempo hari.
"Kematian Hamid ini gara -gara atasnya itu!"Serunya mengikuti kepalan tangan."Pemimpin seharusnya menjadi benteng jika anak buahnya ada masalah bukan malah menekan dan menyalahkannya."Arif menggeratkan giginya ,dadanya naik turun." Delapan jam kerja ,rasanya omong kosong bagi Hamid .Hari libur hanya sebatas tanggal merah di kalender. Kemudian komunikasi lewat WhatsApp telah merindukan mimpi bertemu keluarga ,teman tanpa beban.Atasanya tidak mau tahu segala perintahnya kudu dilaksanakan .Kata Hamid atasnya memang tidak mengancam.Arif berhenti.
Arif menatapku,"Atasan Hamid jarang jarang di kantor dan punya kerjaan sampingan itu kenapa kerjaan di kantor ditumpukkan ke Hamid."
"Kok bisa orang suka itu dipilih"?."Harusnya pemimpin dipilih karena jiwa pemimpin.Jiwa pemimpin itu dilahirkan bukan melahirkan mungkin dia lahir sebagai penjilat."Arif semakin jengkel."Ya begitulah atasan Rif ,tidak pernah merasakan kelembutan dari bawah."
"Tapi dia keterlaluan .Coba kamu lihat wajah Hamid pernahkah dia tertawa lepas? tersenyum saja dia kaku."Dia lugu ,matanya seperti memendam masalah dengan wajah murung ,tetapi seperti yang dikatakan Arif yang tampak dari sifat Hamid adalah rasa tidak enak menolak permintaan orang lain dan mudah dimanfaatkan. "Kamu bisa membayangkan ,kata teman kantornya Hamid,mendengar nama atasanya saja mereka ketakutan.Hanya atasan yang ditakuti yang berwajah menakutkan seperti set...!Kataku menyela.
"Bahkan untuk memotret sepedanya saja tidak sempat. Hamid,Hamid."Arif kembali menggelengkan kepala."Kalau bukan karena Hamid aku tidak mungkin bisa membeli tele ini." Arif melangkah maju menuju tempat pemotretan."Pasti dia sangat tertekan .Aku dengar si Harsono , atasanya itu sedang sibuk mengembangkan bisnis di luar pekerjaannya.Enak betul jadi dia,cuma perintah lalu dapet duit bulanan.Belum lagi vendor -vendornya."Arif terus berbicara sambil membawa peralatannya ke mobil.
Langkahku sedikit gemetar mengikuti debar dada tak beraturan.Bukan,bukan karena sudah selesai .Tapi Harsono ?apa benar?Batinku .Aku semakin yakin saat Harsono,ayahku memposting foto almarhum Hamid bersama Arif di status WhatsApp dengan tulisan terimakasih karyawan terbaikku.
Matahari mulai tenggelam,Dadaku kembali kelam.
Sebutkan majas yang terdapat dalam cerpen tersebut beserta bukti nya!
Jawaban dan Penjelasan
Berikut ini adalah pilihan jawaban terbaik dari pertanyaan diatas.
Jawaban:
Arif yang tampak dari sifat Hamid adalah rasa tidak enak menolak permintaan orang lain dan mudah dimanfaatkan. "
Kata verbal :
- antara kamera dan layar ponsel . Berkali kali kaki
- bergerak terasa tergesa-gesa.
- "dia sedang tidak berkonsentrasi"
- kesempatan terakhir kalimu ini
- tumpukan jiwa kepemimpinan kpd seseorang
- sebatas tanggal di kalender
Kata kunci dari bacaan tersebut : Tempias air sungai yang begitu deras, suasana mendung dimana-mana, Cahaya matahari di taman petang
Semoga Bermanfaat
Semoga dengan pertanyaan yang sudah terjawab oleh YagamiLight898 dapat membantu memudahkan mengerjakan soal, tugas dan PR sekolah kalian.
Apabila terdapat kesalahan dalam mengerjakan soal, silahkan koreksi jawaban dengan mengirimkan email ke yomemimo.com melalui halaman Contact
Last Update: Sun, 23 Apr 23