Berikut ini adalah pertanyaan dari ajibuljibul pada mata pelajaran B. Indonesia untuk jenjang Sekolah Menengah Atas
Tolong dibantu kak
Jawaban dan Penjelasan
Berikut ini adalah pilihan jawaban terbaik dari pertanyaan diatas.
Jawaban:
Assalamu'alaikum warahmatullahi wa barakatuh,
Hadirin dan hadirat yang saya hormati,
Sejak dulu bangsa Indonesia bertahan hidup dengan dua hal: budaya dan agama. Kebutuhan primer, sekunder, dan tersier masyarakat dipenuhi melalui produk budaya dan agama. Budaya dan agama seperti gula dan kopi yang saling melengkapi dalam cangkir kopi tubruk. Kopi saja tanpa gula, rasanya terlalu serius sehingga hanya orang-orang tertentu saja yang bisa menikmatinya. Sementara gula saja tanpa kopi, manisnya terlalu legit.
Agama, atau tepatnya spiritualitas, kadang-kadang menjadi parameter penilaian dan kesenangan hidup. Orang jika sudah memanfaatkan hartanya untuk agama, misalnya berhaji atau membangun rumah ibadah. Di sisi lain, orang bisa merasa sangat bersyukur berkat hidupnya terlihat jauh dari makmur. Tak sedikit orang yang berdoa, mengadu kepada Yang Maha Kuasa, ketika ditimpa masalah. Bahkan, demi menggaet seorang gadis pun terkadang menggunakan wirid alias ajian pengasihan. Atau, mengejar materi dengan merapal mantra pesugihan.
lagi melulu mempromosikan puritanisme dan konservatisme, tapi juga perlu mewacanakan dan mengamalkan pengembangan ekonomi umat dan wawasan kebangsaan. Jika anak-anak muda yang agamis plus nasionalis sibuk berkarya, niscaya tak sempat lagi mereka mengkafirkan orang lain. Pada titik ini, agama ditampilkan secara promotif dan bukan konfrontatif, karena agama hakikatnya adalah mempromosikan kebajikan dengan cara-cara yang indah nan menggugah.
Saat ini ada kecenderungan dunia sedang memanas seiring naiknya suhu politik di beberapa negara berpengaruh. Ekstremisme agama berlomba dengan rasialisme budaya. Kondisi ini tentu negatif bagi tugas manusia sebagai makhluk Tuhan yang diberi amanat memperbaiki peradaban dunia. Tuhan menciptakan manusia dengan berbagai keragaman justru karena berbagai keterbatasan yang ada pada diri manusia itu sendiri. Dengan adanya keanekaragaman tersebut manusia yang serba terbatas itu lalu diharapkan bersegera dan berlomba saling mengisi dan melengkapi satu sama lain dalam kebajikan, bukan saling memungkiri, bukan saling memusuhi. Agama mestinya membiasakan kita menjalani amalan: dengan cinta saling mendidik, bukan dengan murka saling menghardik, dengan hati saling mengasihi, bukan dengan benci saling menegasi dan mencaci maki.
Kalau kita menyikapi perbedaan dengan penuh kearifan, maka semuanya akan mendapatkan pencerahan. Itu sangat dimungkinkan jika, sekali lagi, kita menaikkan level keagamaan dan kebudayaan dari sekadar Amaliah menjadi Ilmiah. Contohnya sebetulnya tak kurang. Berapa banyak pasien rumah sakit yang diselamatkan jiwanya oleh tim dokter yang bekerja atas kesamaan ilmu kesehatan dan bukan perbedaan keyakinan agama. Alat laboratorium dapat digunakan untuk memastikan kehalalan suatu produk bagi umat Islam, meskipun teknologinya diciptakan non Muslim. Jemaah haji, peziarah Yerussalem, pengunjung Sungai Gangga, semua menggunakan pesawat yang sama yang entah apa agama yang dianut pembuatnya.
Marilah kita sadari bahwa Bumi yang kita pijak adalah tempat kita semua bersama-sama hidup dan mencari penghidupan. Janganlah serakah agar tak hilang berkah. Di sebagian kalangan pengusaha, tren bisnis telah bergeser dari kompetisi menjadi sinergi, bahkan belakangan muncul istilah ekonomi berbagi. Seyogianya tren seperti ini juga menular di ranah yang lebih luas. Jika politik dan agamawan bergandeng tangan menciptakan ketenangan dengan jiwa kebangsaan, dan lebih jauh lagi dengan jiwa kemanusiaan, maka rakyat dan umat akan berangkulan dalam kemakmuran dan kesejahteraan. Dan itulah sejatinya cita-cita negara ini sebagaimana termaktub dalam konstitusi, sekaligus cita-cita agama itu sendiri.
Sebuah gagasan yang tidak mudah dilakukan. Tapi bukan berarti mungkin. Marilah kita memulai dari diri sendiri dengan sebuah langkah kecil. Detik ini juga mari kita manfaatkan media sosial untuk hal-hal positif saja. Selanjutnya, marilah kita kawal media agar kembali fungsinya bagi negeri, yaitu turut mencerdaskan kehidupan bangsa. Dengan begitu, rakyat Indonesia akan menjadi bangsa yang produktif sehingga dapat menyebarkan peradaban dunia secara positif dan konstruktif.
Demikian, semoga Tuhan membimbing kita ke jalan yang benar dan menjaga keutuhan NKRI. Jayalah
Semoga dengan pertanyaan yang sudah terjawab oleh zm7471529 dapat membantu memudahkan mengerjakan soal, tugas dan PR sekolah kalian.
Apabila terdapat kesalahan dalam mengerjakan soal, silahkan koreksi jawaban dengan mengirimkan email ke yomemimo.com melalui halaman Contact
Last Update: Mon, 02 Jan 23