Berikut ini adalah pertanyaan dari kasrihanapi pada mata pelajaran B. Indonesia untuk jenjang Sekolah Menengah Atas
Manusia perlu makan sebagai salah satu syarat untuk menyambung hidup. Namun, pernahkah kita sadari bahwa sering kali kita menyaksikan makanan di piring kita? Hal itu terjadi karena beberapa alasan. Ada yang beranggapan bahwa menghabiskan isi piring hingga tandas merupakan perilaku orang rakus. Ada juga yang menganggap tidak pernah makan makanan yang enak. Oleh karena itulah, kita menyaksikan makanan untuk menjaga gengsi walaupun sebenarnya kita masih sanggup menghabiskannya. Dari data food sustainability indeks 2016-2017 terungkap bahwa secara internasional, Indonesia menempati posisi kedua dengan setiap orang menyisakan makanan sebanyak 300 kilogram untuk kurun waktu selama satu tahun. Bahkan data dari International Food Research Institute (IFPRI) mengatakan bahwa Indonesia mempunyai global index sebesar 21,9 persen. Hal ini termasuk dalam kategori serius. Berdasarkan data tersebut dapat di simpulkan bahwa sepertiga dari seluruh makanan yang diproduksi di Indonesia, sebanyak 1,3 ton terbuang sia sia setiap tahunnya. Sungguh memprihatinkan. Di sisi lain masih ada saudara saudara kita yang kelaparan karena kesulitan makan. Melihat kenyataan yang ada bagaimana kita menyikapi situasi ini?
Ada beberapa kelompok masyarakat dan organisasi sosial yang telah bergerak untuk mengumpulkan makanan yang tersisa. Mereka mengemas ulang makanan yang masih layak dikonsumsi dengan cara mengambil dari beberapa tempat makan, seperti kantin, rumah makan, kafe, dan warung tegal. Bahkan salah satu organisasi sosial memiliki program sosial berbagi makanan dengan menggandeng penyelenggaraan resepi atau pesta pernikahan.
Dari pengalaman yang ada, hampir semua pesta tersebut ada "kelebihan" (untuk tidak mengatakan "ada sisa") makanan yang berlimpah. Kelebihan makanan tersebut hampir pasti dibuang bila tidak ada yang memanfaatkannyam kelebihan makana tersebut kemudian di kemas secara menarik dan higienis lalu diberikan kepada mereka yang membutuhkan, seperti tukang becak, tukang parkir, anak jalanan, pemulung, atau disalurkan ke panti asuhan, panti sosial, bahkan asrama mahasiswa.
Aktivasi seperti itu membutuhkan rasa solidaritas dan kepedulian sosial dari mereka yang mampu melihat peluang dan mau meluangkan waktu untuk berbagi kepada sesama yang memerlukan. Mampu melihat kenyataan bahwa banyak makanan layak saji yang berpotensi untuk dibuang padahal masih sangat bermanfaat. Mau bersusah payah menyisihkan waktu untuk mengumpulkan "kelebihan" makanan dan membagikannya kepada yang membutuhkan.
Mariah kita mulai dari diri kita sendiri untuk melakukan gerakan "Stop Buang Makanan". Bila mengambil makanan hendaknya secukupnya saja, jangan "lapar mata". Lebih baik menambah lagi dari pada menyisakan makanan. Ini selaras dengan Waste4Change, sebuah organisasi peduli lingkungan, yang mengajak kita untuk "makan bijak" guna mengurangi sampah dan limbah organik makanan.
Bila membeli makanan, tetapi porsinya terlalu banyak, lebih baik disisihkan terlebih dahulu agar bisa dimanfaatkan orang lain. Bila memasak hendaknya kreatif. Masaklah bahan makanan sesuai dengan keperluan. Semaksimal mungkin manfaatkan bagian-bagian dari bahan makanan yang sering kali hanya dibuang. Olah kembali makanan yang tidak habis. Ingat bahwa membuang makanan sama dengan mencuri dari meja mereka yang miskin dan kelaparan.
Berdasarkan teks tersebut dapat disimpulkan bahwa kita sering menyisakan makanan. Bahkan, Indonesia menduduki peringkat kedua secara internasional dengan setiap orang menyisakan makanan sebanyak 300 kilogram selama setahun. Kenyataan ini menggerakkan beberapa kelompok untuk mengumpulkan makanan yang tersisa dan masih layak dikonsumsi. Selanjutnya, makanan tersebut dikemas dan distribusikan kepada warga yang membutuhkan. Oleh sebab itu, marilah kita tanamkan dalam diri kita untuk melakukan gerakan "Stop Buang Makanan".
Jawaban dan Penjelasan
Berikut ini adalah pilihan jawaban terbaik dari pertanyaan diatas.
Jawaban:
Berdasarkan teks tersebut dapat disimpulkan bahwa kita sering menyisakan makanan. Bahkan, Indonesia menduduki peringkat kedua secara internasional dengan setiap orang menyisakan makanan sebanyak 300 kilogram selama setahun. Kenyataan ini menggerakkan beberapa kelompok untuk mengumpulkan makanan yang tersisa dan masih layak dikonsumsi. Selanjutnya, makanan tersebut dikemas dan distribusikan kepada warga yang membutuhkan. Oleh sebab itu, marilah kita tanamkan dalam diri kita untuk melakukan gerakan "Stop Buang Makanan".
Semoga dengan pertanyaan yang sudah terjawab oleh antoniagea47 dapat membantu memudahkan mengerjakan soal, tugas dan PR sekolah kalian.
Apabila terdapat kesalahan dalam mengerjakan soal, silahkan koreksi jawaban dengan mengirimkan email ke yomemimo.com melalui halaman Contact
Last Update: Sun, 22 May 22