Berikut ini adalah pertanyaan dari keyyyaaaaaa pada mata pelajaran B. Indonesia untuk jenjang Sekolah Menengah Atas
A. Bacalah kutipan novel Maryamah Karpov karya Andrea Hirata berikut ini dengan cermat. Setelah itu jawablah pertanyaannya.Mozaik 21
Tak terasa, sebulan sudah aku di kampung. Tanpa pekerjaan, berijazah universitas, maka profil demografiku dapat digambarkan seperti ini: pangangguran paling intelek di Pantai Timur Belitong. Konsolidasi, itulah yang kulakukan sekarang, konsolidasi. Secara diplomatis istilahnya begitu. Namun, yang sesungguhnya terjadi adalah ungkapan konsolidasi itu untuk membujuk diri sendiri. Sebab, aku ini tak lebih dari jutaan orang muda berijazah perguruan tinggi di negeri ini yang gugup ketar-ketir menghadapi masa depan. Jika melihat tabiat para petinggi dan wakil-wakil rakyat di negeri ini, rasanya suram, suram sekali masa depan itu.
Maka, aku belajar melihat hidupku dari perspektif yang berbeda. Yakni, saat-saat ini kuanggap aku tengah memberi hadiah pada diriku sendiri dengan sedikit berleha-leha di kampung. Cooling down, begitulah kira-kira. Toh, selama ini aku telah mendidik diriku demikian keras, sejak kecil, tanpa rehat, demi pendidikan itu, demi masa depan itu. Karena itu, saban pagi, kunikmati saja saat-saat ketika ibuku menjelma menjadi warta berita RRI pukul tujuh. Merepetlah sindiran tentang mengapa aku tak kunjung bekerja, tentang betapa pemalasnya anak-anak muda Melayu zaman sekarang.
"Sudah kubilang dulu!" cetusnya. "Masuk saja madrasah, mengajar mengaji, cepat-cepat cari istri, dapat pahala, dapat ransum beras!" Ibu sendiri, sangat bangga dengan sepucuk kertas yang menandai dirinya pernah sekolah dua tahun di SR (Sekolah Rakyat). la juga mendapat pendidikan tambahan madrasah. Ijazah SR itu memberinya perbedaan sangat besar dari kebanyakan lelaki dan perempuan angkatannya. Pada masa itu Ibu dianggap sangat terpelajar. Perbedaan ini adalah bisa membaca.
Sari berita Ibu kemudian berulang-ulang soal si A yang anaknya sudah masuk SD, si B yang anaknya kembar tiga, dan si C yang akan segera beranak. "Apa yang kaucari dalam hidupmu itu?!" Aku tafakur seperti orang mengheningkan cipta. Dengan cara apa aku
dapat menerangkan pada Ibu soal konsep ekuilibrium ekonomi? Bahwa aku,
Tak terasa, sebulan sudah aku di kampung. Tanpa pekerjaan, berijazah universitas, maka profil demografiku dapat digambarkan seperti ini: pangangguran paling intelek di Pantai Timur Belitong. Konsolidasi, itulah yang kulakukan sekarang, konsolidasi. Secara diplomatis istilahnya begitu. Namun, yang sesungguhnya terjadi adalah ungkapan konsolidasi itu untuk membujuk diri sendiri. Sebab, aku ini tak lebih dari jutaan orang muda berijazah perguruan tinggi di negeri ini yang gugup ketar-ketir menghadapi masa depan. Jika melihat tabiat para petinggi dan wakil-wakil rakyat di negeri ini, rasanya suram, suram sekali masa depan itu.
Maka, aku belajar melihat hidupku dari perspektif yang berbeda. Yakni, saat-saat ini kuanggap aku tengah memberi hadiah pada diriku sendiri dengan sedikit berleha-leha di kampung. Cooling down, begitulah kira-kira. Toh, selama ini aku telah mendidik diriku demikian keras, sejak kecil, tanpa rehat, demi pendidikan itu, demi masa depan itu. Karena itu, saban pagi, kunikmati saja saat-saat ketika ibuku menjelma menjadi warta berita RRI pukul tujuh. Merepetlah sindiran tentang mengapa aku tak kunjung bekerja, tentang betapa pemalasnya anak-anak muda Melayu zaman sekarang.
"Sudah kubilang dulu!" cetusnya. "Masuk saja madrasah, mengajar mengaji, cepat-cepat cari istri, dapat pahala, dapat ransum beras!" Ibu sendiri, sangat bangga dengan sepucuk kertas yang menandai dirinya pernah sekolah dua tahun di SR (Sekolah Rakyat). la juga mendapat pendidikan tambahan madrasah. Ijazah SR itu memberinya perbedaan sangat besar dari kebanyakan lelaki dan perempuan angkatannya. Pada masa itu Ibu dianggap sangat terpelajar. Perbedaan ini adalah bisa membaca.
Sari berita Ibu kemudian berulang-ulang soal si A yang anaknya sudah masuk SD, si B yang anaknya kembar tiga, dan si C yang akan segera beranak. "Apa yang kaucari dalam hidupmu itu?!" Aku tafakur seperti orang mengheningkan cipta. Dengan cara apa aku
dapat menerangkan pada Ibu soal konsep ekuilibrium ekonomi? Bahwa aku,
Jawaban dan Penjelasan
Berikut ini adalah pilihan jawaban terbaik dari pertanyaan diatas.
Jawaban:
a
Penjelasan:
karna baca buku kutipan itu mem buat kita senag
Semoga dengan pertanyaan yang sudah terjawab oleh bansatbawi dapat membantu memudahkan mengerjakan soal, tugas dan PR sekolah kalian.
Apabila terdapat kesalahan dalam mengerjakan soal, silahkan koreksi jawaban dengan mengirimkan email ke yomemimo.com melalui halaman Contact
Last Update: Thu, 10 Aug 23