Keesokan paginya koran-koran lokal memuat berita tentang pemogokan buruh PT. Duta Muzaffar Shah itu besar-besar dihalaman satu.banyak applaus yang diucapkan kepadaku. Aku dinilai telah membuat satu peliputan fantastis dan lengkap sesuai dengan kaidah jurnalistik. Tapi semua itu tidak membuatku gembira. Aku tidak menemukan satu alasanpun untuk bergembira atas hasil kerjaku itu. Sebab, hati kecilku tidak mungkin berpuas diri, sementara para buruh itu masih saja teronggok dan haknya tertindaas.mungkinkah aku bersorak ria diatas penderitaan mereka? Beberapa hari kemudian, terjadilah peristiwa yang tidak kalah hebohnya. Salah satu buruh PT. Duta Muzaffar Shah yang kemariin berunjuk rasa, hilang. Sampai berminggu-minggu, berbulan-bulan tidak ada kabar beritanya. Kemana gerangan sang buruh itu pergi. Menghilang, hilang, dihilangkan ataukah diculik? Atau justru buruh itu telah moksa, seperti orang-orang zaman dahulu? Tidak ada yang tahu. *Akibat konflik dalam kutipan cerpen tersebut adalah ...​