Jawaban:

( Puisi ) Nomor 1 :

Judul : Jadi

Tidak setiap derita jadi luka.

Tidak setiap sepi jadi duri.

Tidak setiap tanda jadi makna.

Tidak setiap jawab jadi sebab.

( Puisi ) Nomor 2 :

Judul : Kepada Bunda

Terkenang di hati mengarang sari.

Yang kupetik dengan berahi

Dalam kebun jantung hatiku

Buat perhiasan Ibunda-Ratu.

( Puisi ) Nomor 3 :

Judul : Ranjang Ibu

Ia gemetar naik ke ranjang.

Sebab menginjak ranjang serasa menginjak rangka tubuh ibunya yang sedang sembahyang.

Dan bila sesekali ranjang berderak atau berderit,

Serasa terdengar gemeretak tulang ibunya yang sedang terbaring sakit.

( Puisi ) Nomor 4 :

Judul : Aku Ingin

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana.

Dengan kata yang tak sempat diucapkan.

Kayu kepada api yang menjadikannya abu

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana.

Dengan isyarat yang tak sempat disampaikan.

Awan kepada hujan yang menjadikannya tiada.

( Puisi ) Nomor 5 :

Judul : Guruku

Ketika aku kecil dan menjadi muridnya.

Dialah di mataku orang terbesar dan terpintar.

Ketika aku besar dan menjadi pintar.

Kulihat dia begitu kecil dan lugu.

Aku menghargainya dulu.

Karena tak tahu harga guru.

Ataukah kini aku tak tahu,

Menghargai guru?

( Puisi ) Nomor 6 :

Judul : Merdeka!

Aku meniti jalan.

Penuh duri nan tajam.

Menyusun gurun-gurun.

Yang kering nan kerontang.

Di mana aku menemukan.

Sosok kau sebagai pahlawan.

Untuk kemerdekaan.

Untuk bangsa.

Suara derap langkah.

Dari sepatu-sepatu besar.

Bersama di medan perang.

Bergegas maju di depan.

( Puisi ) Nomor 7 :

Judul : Bintangku

Bintang

Kau nampak kecil dipelupuk mata

Cahayamu pun berkilau ria

Sungguh, sinarmu menenangkan jiwa

Bintang

Kau begitu indah

Senyummu menemani malam-malam sunyi

Menaburkan kekaguman tersendiri

Merangkai tawa dan canda dihati

( Puisi ) Nomor 8 :

Judul : Sulit

Aku di ujung perbatasan

Dengan rasa sesal tak tertahankan

Aku berbicara padamu

Dengan tertatih bahasa tubuhku

Semurung mendung sederas hujan badai

Bernadakan kesepian

Aku sendiri

Aku menangis

Haruskah menyesal dengan keputusan

( Puisi ) Nomor 9 :

Judul : Musim Gugur

Musim gugur telah tiba

Sayup sayup angin menerpa

Daun pun ikut terbawa

Terombang ambing kemana mana

Burung burung berkicau

Seolah ia berbicara

Sejuknya tiupan angin

Dan gemuruhnya suara air

( Puisi ) Nomor 10 :

Judul : Menyerah

Disudut kota ini

Langit kembali memerah

Mengiringi gelap yg melangkah

Awan semakin kelabu

Sementara jiwa ini masih beradu

Bukan asumsi

Akupun tau ini semua tak pasti

Hanya membunuh waktu saja

( Pantun Jenaka ) Nomor 1 :

Burung perkutut

burung kuthilang

kamu kentut

enggak bilang bilang

( Pantun Jenaka ) Nomor 2 :

Jangan takut

jangan khawatir

itu kentut

bukan petir

( Pantun Jenaka ) Nomor 3 :

Hati siapa tak bimbang

situ botak minta dikepang

( Pantun Jenaka ) Nomor 4 :

Sepandai-pandainya tupai melompat

Polisi lebih pandai melompat

( Pantun Jenaka ) Nomor 5 :

Bola pingpong dimakan gelatik

Biar ompong yang penting cantik

( Pantun Jenaka ) Nomor 6 :

Main karambol jadi lelah

Beli minum di Pasar Tugu

Bangun pagi siap sekolah

Ternyata ini hari minggu

( Pantun Jenaka ) Nomor 7 :

Dalang bangun sangat pagi

Datang untuk mengelap gong

Karena belum sikat gigi

Mulut kamu bau jigong

( Pantun Jenaka ) Nomor 8 :

Di kebun menanam jamur

Malah tumbuh daun bawang

Baju baru saja dijemur

Tau-tau hujan datang

( Pantun Jenaka ) Nomor 9 :

Ada rampok ambil permata

Ternyata apes salah curi

Nenek bingung cari kacamata

Rupanya ada di jidat sendiri

( Pantun Jenaka ) Nomor 10 :

Anak pramuka pakai dasi

Lupa kemeja tak dikancing

Hanya sarapan sepiring nasi

Ikannya habis dicuri kucing