Perguruan tinggi memiliki peran strategis dalam upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM). Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa pendidikan tinggi merupakan tumpuan pembangunan bangsa. Di era perubahan yang menghadirkan berbagai macam tantangan dan peluang saat ini, perguruan tinggi harus mampu menghasilkan lulusan yang berkualitas dan beradaptasi untuk dapat bersaing di dunia kerja.  Perguruan tinggi perlu menghasilkan lulusan yang siap menghadapi tantangan  masa depan yang tidak pasti. Namun hingga saat ini, harus kita akui bahwa dunia pendidikan tinggi di Indonesia dirundung berbagai permasalahan. Seperti sistem pendidikan tinggi yang birokratis dan terlalu kompleks serta cenderung membatasi “kebebasan” mahasiswa.

Birokrasi juga dapat menghambat perguruan tinggi  untuk mengembangkan diri. Belum lagi kualitas lulusan perguruan tinggi yang  belum memenuhi tuntutan dunia kerja. Setelah lulus dari perguruan tinggi, Anda sering kali perlu mengikuti berbagai kursus pelatihan yang ditawarkan oleh lembaga pendidikan dan bisnis untuk mengembangkan keterampilan yang Anda butuhkan. Kampus masih dianggap sebagai tempat yang penuh dengan buku, teori dan konsep dimana mahasiswa seringkali tidak sesuai dengan kebutuhan (pekerjaan) mereka yang sebenarnya. Oleh karena itu, harus ada terobosan baru dalam sistem pendidikan tinggi untuk benar-benar  mengatasi permasalahan tersebut.  Kampus mandiri

Terkait  hal itu, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Olahraga, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi baru saja mengumumkan pedoman baru. Pada Jumat, 24 Januari 2020, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim mengumumkan Paket Kebijakan Pendidikan “Kebebasan Belajar: Kampus Mandiri”. Kebijakan ini dapat dikatakan segar dan baru bagi pendidikan tinggi. Menciptakan efisiensi dan keterkaitan antara universitas dengan dunia kerja dan industri merupakan langkah awal yang penting. Sebagaimana dijelaskan dalam siaran pers Kemendikbud nomor: 008/Sipres/A6/I/202, ada empat poin dalam kebijakan kampus Merdeka. Pertama, memberikan otonomi kepada Perguruan Tinggi Negeri (PTN) dan Perguruan Tinggi Swasta (PTS) untuk membuka atau mendirikan program studi baru. Kedua, program resertifikasi otomatis terbuka untuk semua peringkat dan bersifat opsional jika universitas atau program sarjana sudah maju. Ketiga, kebebasan unit kerja PTN  dan lembaga pelayanan publik menjadi badan hukum PTN (BTN BH). Keempat,  pemberian hak  untuk mengambil mata kuliah di luar program gelar dan mengubah pengertian kredit semester (SKS). Kebijakan kampus mandiri ini tidak berlaku untuk sektor pendidikan dan kesehatan.

Pembahasan:

Di pada Kamus Besar Bahasa Indonesi (KBBI), esai merupakan karangan prosa yg membahas suatu kasus sepintas kemudian menurut sudut pandang eksklusif penulisnya. Secara umum, esai merupakan sebuah goresan pena prosais yg menyajikan gagasan subjektif-personal mengenai suatu kasus dari sudut pandang eksklusif penulisnya. Dengan pengertian lain, esai merupakan goresan pena berisi opini atau pendapat seorang terhadap sebuah perseteruan aktual atau menarik perhatian. Tulisan jenis esai lebih mengutamakan ketajaman analisis, interpretasi, & refleksi menggunakan kedalaman uraian disertai kekuatan argumentasi.

Dari uraian pada atas bisa dikatakan bahwa esai adalah goresan pena prosa yg bersifat subjektif atau argumentatif pada penyampaiannya. Sebuah esai adalah suatu evaluasi, pandangan, pendirian, atau penilaian penulis terhadap suatu hal buat lalu diambil kesimpulan. Di pada esai wajib  mengandung liputan atau kenyataan yg dikritisi. Menulis esai bertujuan buat meyakinkan pembaca supaya percaya terhadap pendapat, pendirian, atau evaluasi kita mengenai suatu hal. Dengan tujuan tersebut, pendapat yg dituangkan pada esai hendaknya disertai menggunakan data-data atau liputan yg menunjang supaya pembaca konfiden terhadap pendapat penulis.

Esai ditulis menggunakan gaya & karakteristik personal atau individual penulisnya. Gaya & karakteristik itu sebagai pembeda dalam setiap esai yg ditulis sang setiap orang. Sebagai suatu bentuk karangan, esai bisa bersifat informal & formal. Esai informal memakai bahasa populer, yaitu bahasa yg ringan & gampang dipahami sang poly kalangan buat berkomunikasi eksklusif menggunakan pembacanya. Adapun esai formal, memakai pendekatan yg relatif serius. Dalam esai formal, pengarang memakai bahasa standar atau baku & sangat memperhatikan persyaratan penulisan. Namun, baik esai informal juga esai formal, penulis wajib  permanen memakai bahasa yg baik & sahih dan menghindari penggunaan bahasa figuratif, konotatif, atau bahasa kiasan supaya tujuan menyajikan isi goresan pena bisa dipahami menggunakan baik.

Pelajari lebih lanjut :

Materi tentang esai pada yomemimo.com/tugas/12832922

#BelajarBersamaBrainly #SPJ1