Buatlah mosi dari pertanyaan dibawah ini: pelaksanaan pembelajaran daring disekolah

Berikut ini adalah pertanyaan dari madewisnu064 pada mata pelajaran B. Indonesia untuk jenjang Sekolah Menengah Atas

Buatlah mosi dari pertanyaan dibawah ini: pelaksanaan pembelajaran daring disekolah adalah salah satu model pembelajaran yang dilakukan pada masa pandemi Covid-19 adalah mengutamakan kesehatan dan keselamatan para peserta didik,para pendidik, tenaga kependidikan, keluarga,dan masyarakat pada umumnya,dalam rangka pemenuhan layanan pendidikan selama masa pandemi. tolong jawab besok mau dikumpul​

Jawaban dan Penjelasan

Berikut ini adalah pilihan jawaban terbaik dari pertanyaan diatas.

                   semoga bisa membantu anda

     mari kita saling menghargai pendapat orang!!

Wajahnya mulai terlihat basah oleh keringat yang sedari tadi menyapu keriput kulit tuanya. Sesekali ia berhenti dibawah pepohonan yang rimbun teduh.

Ketika ia mengecek panci dagangannya yang masih penuh dan belum satupun laku terjual, ketika itu pula ia melihat wajah istri dan anaknya.

Ia menyeka keringat dengan handuk yang ia gantungkan di lehernya lalu kembali mengayuh sepedanya. Desa demi desa ia singgahi. Setiap desa terlihat sama, karena berdiri posko-posko covid-19 di setiap perbatasannya.

Mengingat memang sedang marak dan merebaknya virus yang berhasil mengguncang dunia akhir-akhir ini.

Pada setiap pintu masuk desa, orang yang baru diwajibkan melapor dan bahkan bisa berujung larangan masuk. Hal ini mengherankan karena setiap warga desanya yang merantau di kota-kota besar justru diperbolehkan masuk meskipun mendapat gelar dadakan sebagai ODP (Orang Dalam Pengawasan).

Lantas kenapa orang-orang yang jelas memiliki riwayat berpergian jauh seperti rantauan tersebut justru boleh-boleh saja masuk.

Sementara para pedagang keliling yang mungkin berasal dari beberapa desa tetangga justru banyak yang mendapat penolakan atau kesulitan untuk masuk karena jalannya dipagari rentetan bambu sedang atau besar yang memblokade jalan.

Rasa lelahnya tidak boleh sia-sia. Ia harus pulang dengan membawa rupiah. Hanya itu yang ada dalam benak pak tumin. Tapi sayang, raga rentannya justru tak sepaham dengan inginnya. Kakinya mulai lelah mengayuh. Ia berhenti di sebuah warung kopi kecil pinggir jalan.

Pak Tumin: Punten bu ngiring calik.

Ibu warung: Mangga pak.

Perutnya yang belum terisi sedari pagi sedikit memprotes keberadaannya. Ia bingung, mengingat belum sepeserpun uang yang ia dapat.

Mata sayunya sesekali melirik hamparan ubi goreng dan aneka gorengan lainnya. Tapi apa daya, ia harus mengubur dalam rasa inginnya. Melihat gelagat pak tumin seperti itu, si ibu pemilik warung tersebut mengerti dan merasa iba

Ibu warung: Pak silahkan ambil saja pak

Pak tumin: Ah terimakasih bu, saya hanya numpang duduk saja

Karena merasa malu, tak berapa lama pak tumin pamit

Pak tumin: Ibu terimaksih

Ibu warung: Tunggu dulu pak! ini saya bungkuskan beberapa gorengan untuk bapak

Pak tumin: Tapi bu, saya tidak punya uang, dagangan saya belum laku sama sekali

Ibu warung: Tidak usah pak, saya ikhlas, ini buat bapak di jalan, saya tahu bapak lapar, dari tadi saya tidak sengaja mendengar suara perut bapak hehe

Pak Tumin: Ah terimaksih bu terimakasih…

Ibu warung: Sama-sama pak

Pak tumin: Kalau begitu saya pamit bu

Wajah pak tumin sedikit sumringah melihat beberapa gorengan yang dibungkus koran tersebut. Sebenarnya bisa saja ia memakan dagangannya sendiri untuk sekadar memuaskan rasa laparnya.

Tapi ia berpikir bahwa jika cilok-cilok itu berhasil ditukar dengan uang, maka ia bisa merasakan rasa kenyang dan rasa bahagia itu bersama anak dan istrinya juga.

Tak jauh kemudian ia berhenti untuk menyantap gorengan pemberian tadi. Ternyata di dunia ini masih ada orang-orang yang baik pikirnya. Ia kembali menyetandarkan sepedanya, lalu duduk di batu pinggir jalan.

Ia membuka bungkusan itu, terlihat ada 5 buah gorengan yang sudah dingin. Ia melahap satu buah gorengan ubi sambil membaca tulisan yang ada dalam koran pembungkus tersebut. Ia menjumpai sebuah puisi yang berbunyi seperti ini

Tuhan Mengajarkan Melalui Corona

Karya KH Mustafa Bisri

Vatikan sepi

Yerusalem sunyi

Tembok ratapan Dipagari

Paskah tak pasti

Ka’bah tutup

Shalat jumat dirumahkan

Umroh batal

Shalat tarawih ramadhan mungkin juga bakal sepi

Corona datang

Seolah-olah membawa pesan bahwa ritual itu rapuh

Bahwa “hura-hura” atas nama tuhan itu semu

Bahwa simbol dan upacara itu banyak yang hanya menjadi topeng dan komoditi dagangan saja.

Ketika corona datang

Engkau dipaksa mencari tuhan

Bukan di Basilika Santo Petrus

Bukan di Ka’bah

Bukan di dalam Gereja

Bukan di Masjid

Bukan di Mimbar Khotbah

Bukan di Majelis Taklim

Bukan dalam misa Minggu

Bukan dalam sholat jumat

Melainkan,

Pada kesendirianmu

Pada mulutmu yang terkunci

Pada hakikat yang senyap

Pada keheningan yang bermakna.

Corona mengajarimu

Tuhan itu bukan (melulu) pada keramaian

Tuhan itu bukan (melulu) pada ritual

Tuhan itu ada pada jelan keputusasaanmu dengan dunia yang berpenyakit.

Corona memurnikan agama

Bahwa tidak ada yang boleh tersisa.

Kecuali Tuhan itu sendiri!

Tidak ada lagi indoktrinasi yang menjajah nalar.

Tidak ada lagi sorak sorai

memperdagangkan nama Tuhan.

Datangi, temui dan kenali DIA di dalam relung jiwa dan hati nuranimu sendiri

Temukan DIA di saat yang teduh di mana engkau hanya sendiri bersamaNya.

Penjelasan:

Semoga dengan pertanyaan yang sudah terjawab oleh reyforsholland dapat membantu memudahkan mengerjakan soal, tugas dan PR sekolah kalian.

Apabila terdapat kesalahan dalam mengerjakan soal, silahkan koreksi jawaban dengan mengirimkan email ke yomemimo.com melalui halaman Contact

Last Update: Sat, 17 Jul 21