Ringkasan cerpen ulat daun emas

Berikut ini adalah pertanyaan dari aguspriyadi659 pada mata pelajaran B. Indonesia untuk jenjang Sekolah Menengah Atas

Ringkasan cerpen ulat daun emas

Jawaban dan Penjelasan

Berikut ini adalah pilihan jawaban terbaik dari pertanyaan diatas.

Jawaban:

                                         Ulat Daun Emas

      Tidakkah kau perhatikan bagaimana sesungguhnya dia seperti ulat? Merayapi dahan-dahan, untuk kemudian berpesta daun segar. Pakaian-pakaian bagus dan mahal yang dikenakan bagai bulu-bulu halus yang menghiasi permukaan kulit ulat, tampak indah namun bikin gatal. Setiap omongan besarnya tak lebih dari kotoran yang muncrat ketika ulat kena injak, hijau-pekat dan menjijikkan!

       Kuiyakan tanpa mengangkat wajah, tak ingin konsentrasi terpecah. Tatapan dan pikiran kupusatkan pada permukaan kain yang terhampar. Kuluruskan pita meteran, menandai kain di titik angka 32 sebagai batas seperempat lingkar dada, lalu membuat lengkung dari ujung garis bahu hingga titik 32 tadi untuk kerung lengan.

Bukan sekali ini H. Sappak memesan jahitan gamis menjelang keberangkatannya ke tanah suci. Tepatnya, sehabis panen tembakau dia pergi umrah, tiap itu pula bikin gamis baru sebelum berangkat, persiapan untuk dipakai sepulang dari sana, karena gamis-gamis produk Arab tak ada yang pas dengan ukuran badannya.

Tahun kemarin minta kerah koko yang dihiasi bordiran benang perak campur emas, dikasih kancing bulat emas, ujung lengan dan kantong dada juga dibordir dengan warna senada. Tidak perlu dikasih kantong samping. Panjang gamis cukup separuh betis dengan tepi bawah dibentuk oval.

Kuangkat kepala, menatapmu yang duduk di seberang hamparan kain dan masih menggenggam segulung benang yang kaupinjam kemarin. Ada gugat berakar di matamu. Kau menatap kain putih yang belum kupotong dengan wajah beku seperti dahan gundul kehilangan daun.

Terbayang di benakku sepasang mata anakmu yang begitu bernyala semangat, membantumu selama menanam dan merawat pohon tembakau. Katamu, dia tak pernah mengeluh meskipun harus bangun sebelum subuh, berangkat menyiram melawan gigil yang meringkus badan mengilukan tulang. Tidak merasa malu apalagi jijik menyunggi sakarung pupuk kandang. Tak peduli kulitnya kering menghitam akibat matahari bengis memanggang.

Semoga dengan pertanyaan yang sudah terjawab oleh nikadekseniastiti dapat membantu memudahkan mengerjakan soal, tugas dan PR sekolah kalian.

Apabila terdapat kesalahan dalam mengerjakan soal, silahkan koreksi jawaban dengan mengirimkan email ke yomemimo.com melalui halaman Contact

Last Update: Mon, 07 Jun 21