Jawaban:

Tidak semua negara mempunyai bahasanya sendiri. Misalkan India. Negara India terdiri dari banyak suku bangsa, hampir sama seperti Indonesia, tapi mereka tidak mempunyai bahasa nasional. Setiap orang dari suku bangsa berbeda bicara dengan bahasanya sendiri-sendiri. Bahkan, bahasa Hindi, bahasa yang cukup terkenal dan sering dipakai di drama India pun, hanya dikuasai oleh sebagian orang terutama di daerah New Delhi dan Mumbai. Ketiadaan bahasa nasional membuat masyarakat India sering berselisih paham.

Orang-orang India masih lebih beruntung daripada orang-orang di Papua Nugini. Sebagai negara bekas jajahan Inggris, orang India rata-rata pandai berbahasa Inggris sehingga mereka bisa berkomunikasi dengan bahasa Inggris (meskipun demikian, bahasa Inggris juga bukan bahasa resmi mereka). Hal yang berbeda terjadi di Papua Nugini. Mereka saling tidak mengerti bahasa satu sama lain hingga sering memicu pertikaian bahkan sampai peperangan antar suku. Nah, bisa dibayangkan, bukan, bagaimana kondisi masyarakat Indonesia yang multikultural jika tidak ada bahasa Indonesia? Kesalahpahaman kecil saja bisa membuat bangsa kita terpecah belah.

Bahasa Indonesia sebenarnya juga bahasa yang cukup mudah untuk dipelajari. Tidak ada grammar seperti di bahasa Inggris ataupun bentuk feminim-maskulin-netral seperti di bahasa Jerman dan Spanyol yang bikin kita pusing tujuh keliling. Bahasa Indonesia juga menggunakan huruf latin, bukan huruf non-latin seperti di bahasa Korea, Mandarin, dan Jepang. Meski kita tetap memiliki pedoman dalam berbahasa, yaitu PUEBI dan KBBI, akan tetapi pedoman ini lebih sering digunakan dalam teks tertulis. Sedangkan dalam teks lisan, kita lebih bebas dan tidak terlalu terikat dengan kaidah tersebut.

Pada intinya, satu-satunya hal yang patut membuat kita bangga memiliki bahasa Indonesia adalah karena bahasa Indonesia turut mempersatukan semua orang Indonesia dari Sabang sampai Merauke, dari Pulau Miangas hingga Pulau Rote.