Penjelasan:

Jika dipetik satu-satu ada beberapa permasalahan dengan satu masalah inti yaitu: ketidaknyamanan dalam keluarga.

Di sini Tinah, tokoh utama korbannya adalah korbannya, yang bertanggung jawab oleh orang-orang yang digambarkan di gambar di atas bangunan yang mendukung Mashdar Zainal ini. Beban tersebut antara lain: pasangan yang pemarah dan mata keranjang, mertua yang galak, adik ipar yang tidak tahu diri, dan satu lagi masalah akan tetapi tidak menjadi begitu masalah bagi tokoh tersebut, ia adalah anaknya yang mempunyai keterbatasan berbicara (sudah 7 tahun umurnya) tapi masih belum dapat berbicara anak seusianya).

Alur dalam cerpen ini campuran (alur maju dan alur mundur). Diawali dengan adegan Tinah meraupi muka dengan sambal. Kemudian diikuti penjelasan / pengenalan masalah. Kemudian penulis menceritakan apa saja yang terjadi di rumah yang Tinah mungkin seperti ruangan penyiksaan.

Yang menjadi sorotan di sini adalah seperti yang tertera pada judul. Ya, benar, "cabai" atau sambal. Mengapa sambal, terlengkap di cerita. Hanya samballah sesuatu yang dipuji dan dari sosok sosok Tinah oleh orang-orang yang ada di rumah itu. Mereka tidak bisa makan tanpa sambal.

Sampai akhirnya kesabaran Tinah habis. Saat mertua dan adik iparnya pergi kondangan, suaminya pulang marah-marah karena makan siang saat itu hanya tempe-tahu saja, tanpa sambal. Dengan Kemarahan yang sudah di ujung tanduk Tinah mengulek cabai. Alih-alih akan menghidangkan, malah malah meraupkannya di wajah si suami. Kebayang rasanya. Selepas itu Tinah langsung pergi meninggalkan rumah bersama anaknya.

Semoga bisa membantu ya ❤️