Buat teks editorial yang bertemakan Pendidikan VS kapitalis​

Berikut ini adalah pertanyaan dari dukaeditor pada mata pelajaran B. Indonesia untuk jenjang Sekolah Menengah Atas

Buat teks editorial yang bertemakan Pendidikan VS kapitalis​

Jawaban dan Penjelasan

Berikut ini adalah pilihan jawaban terbaik dari pertanyaan diatas.

Jawaban:

Teks editorial pendidikan Vs kapitalis :

Pernyataan Pendapat

Kenapa pendidikan di Indonesia masih jauh tertinggal dari negara lain?

Seharusnya revolusi mental yang dikumandangkan oleh Presiden Jokowi bukan hanya sekedar slogan, melainkan amanah sekaligus beban bersama yang harus dibenahi bersama-sama.

Bagaimanapun juga, pendidikan tak bisa dilepaskan dari sektor lain, oleh karenanya untuk memajukan pendidikan pemerintah tak bisa mengandalkan dinas terkait semata, harus ada dukungan dari sektor lain, terutama dalam hal ekonomi.

Argumentasi

Ada beberapa faktor yang membuat pendidikan di Indonesia tetap terpuruk, pertama adalah soal kesejahteraan para pengajar, kedua adalah fasilitas, ketiga adalah stigma dan kecenderungan masyarakat dalam menyikapi pendidikan, dan yang terakhir adalah mental korup dan gampang menyerah yang menjangkiti sebagian besar pegawai pemerintah dan masyarakat.

Meski pemerintah telah mengalokasikan dana 20% dari APBN dan APBD, namun pada praktinya hal tersebut tak sepenuhnya terwujud.

Tidak semua daerah mengalokasikan APBD sebesar 20% untuk pendidikan dan sementara itu, dana dari APBN banyak diselewengkan untuk kepentingan pihak-pihak tertentu.

Bahkan, pihak sekolah itu sendiri tak luput dari dosa menyelewengkan dana dalam pengertian dana tersebut tak sepenuhnya disalurkan untuk kepentingan siswa.

Apa buktinya?

Gampang saja, uang siapa yang dipergunakan untuk membeli kebutuhan kantor seperti misalnya kopi, teh, gula, susu, makanan, dan hal remeh temeh lainnya? Berapa banyak jumlah sekolah yang memiliki kamar mandi/toilet yang layak?

Lalu dari pihak dinas pendidikan daerah setempat yang sering mengadakan rapat di tempat-tempat mahal atau dengan menggunakan konsumsi mahal, uang siapakah itu? Perlukan rapat di tempat-tempat semacam restoran dan cafe?

Hal ini dianggap wajar karena dinas lainnya melakukan hal serupa. Betapa tidak, bahkan DPR saja memberikan contoh buruk dalam mengelola keuangan negara, seolah mereka semua tidak bisa bekerja jika tidak dengan menggunakan fasilitas mewah.

Bayangkan dengan pemerintah masa lalu, guru-guru masa lalu, prajurit masa lalu yang berkarya dengan keringat, darah, dan air mata untuk kemerdekaan Indonesia.

Jangankan fasilitas mewah, rapat dengan hidangan seadanya saja sudah untung.

Negara barangkali belum sepenuhnya berhasil dalam memajukan pendidikan. Lantas, bagaimana dengan masyarakat sendiri?

Banyak masyarakat yang menempatkan dan menggantungkan pendidikan anak hanya di sekolah saja. Sementara itu, mendidik anak seharusnya dilakukan terus menerus baik di sekolah atau di rumah seiring dengan pertumbuhannya.

Apakah jika anak sudah tamat sekolah maka tidak perlu lagi pendidikan?

Pada praktinya, pendidikan seolah berhenti ketika anak sudah tamat sekolah.

Seharusnya tidak demikian, orang tua harus selalu punya cara dan punya sesuatu untuk diajarkan kepada anak-anaknya, demikianpula sebaliknya sehingga setiap orang tak pernah berhenti belajar.

Jika hal ini terjadi, tanpa subsidi dari pemerintahpun pendidikan akan berjalan dengan baik karena masyarakat hidup dengan kultur dan kesadaran untuk butuh belajar.

Pada kenyataannya tidak sepenuhnya demikian, masyarakat Indonesia sudah terlalu lelah untuk memikirkan nasib mereka sehingga tak sempat berfikir dalam tentang pendidikan.

Pernyataan Ulang Pendapat

Pendidikan dianggap selesai dengan bersekolah dan kuliah (dalam hal ini, pendidikan bergantung pada peran pemerintah dalam menyediakan fasilitas dan SDM).

Padahal, makna kata mendidik itu lain dengan mengajar. Mendidik lebih luas dari mengajari anak mata pelajaran sekolah.

Mendidik seorang anak tak hanya agar si anak pintar, naik kelas, dan lulus, tapi juga harus menjadi manusia yang bermoral baik, bermartabat, berkembang, serta mampu menciptakan kebaruan dalam hidup bermasyarakat dan berbudaya.

Oleh sebab itulah pendidikan tak cukup dilakukan di sekolah dan oleh karenanya seorang pendidik (guru, orang tua, teladan) tak boleh lelah untuk mendorong anak tetap bersemangat berusaha melampaui keterbatasannya.

Teks Editorial Kapitalis

Penjelasan:

Semoga dengan pertanyaan yang sudah terjawab oleh killuazoldyck562 dapat membantu memudahkan mengerjakan soal, tugas dan PR sekolah kalian.

Apabila terdapat kesalahan dalam mengerjakan soal, silahkan koreksi jawaban dengan mengirimkan email ke yomemimo.com melalui halaman Contact

Last Update: Wed, 14 Jul 21