Berikut ini adalah pertanyaan dari pingkykusuma2 pada mata pelajaran B. Indonesia untuk jenjang Sekolah Menengah Atas
“Cukup! Cukup! Cukup!” seru seorang lelaki tua yang cepat-cepat tertatih-tatih menuruni jenjang surau. “Siapa dia dan mengapa sampai terjadi begini?” tanya lelaki itu. “Coba lihat, anak lngusan ini sudah setengah mati. Kalian apakan dia? Kalian telah menghajarnya beramai-ramai, bukan? Adakah kalian mau membunuhnya?”“la pencuri, eh pengitil, Pak...,” sahut salah seorang anak muda. “Pencuri-pencuri tak boleh dikasihani, bukankah begitu?” Dan mereka yang setuju menyambutnya dengan teriakan-teriakan. Mereka yang tidak setuju cuma menggerutu, “Terlalu, terlalu, terlalu,...”
Apa yang telah dicurinya?” tanya lelaki tua itu.
“Sepasang sandal bekas,” jawab anak muda di sebelahnya.
“Masa sandal bekas mesti ditebus dengan nyawa?”
“Tapi, ia pencuri, Pak. Mungkin sandal itu punya Bapak yang terletak di serambi surau...”
“Aku tak punya sandal, tak pernah pakai sandal,” kata lelaki tua itu jengkel. "Kalian memang keterlaluan, ah. Kalian tahu? Di kota-kota besar banyak garong, perampok, jambret, penodong berkeliaran di mana-mana. Apa saja mereka curi, mereka rampoki, sampai-sampai pasar-pasar berlantai lima pun mereka curi...."
, tak tahu, Pak. Yang kami ketahui itu adalah pencuri. Lalu, kami sergap....”
“Lalu, kalian hakimi sendiri seenaknya...,” sambung laki-laki tua itu. “Mengapa tidak kalian serahkan kepada Kepala Desa?"
“Lho, masak Bapak tidak tahu. Kepala Desa kita kan sudah ditahan lantaran korupsi.”
“Kepada Pak Carik.”
“Pak Carik malah sudah sejak lama minggat melarikan kas desa. Untuk membawanya ke kota juga repot. Tidak mungkin. Jadi, ....”
Mereka lalu terdiam, dan setelah lama terdiam salah seorang di antara mereka lalu menyarankan, “Bagaimana kalau kami serahkan saja pencuri ini kepada Bapak? Bapak kan sesepuh di dusun kita ini? Terserah kepada Bapak mau diapakan pencuri, eh pengutil ini...”
Seketika, laki-laki tua itu tepekur. Kemudian, ujarnya, “Baiklah, sekarang bubarlah kalian, tinggalkan tempat ini." Orang-orang menuruti perintahnya. Mereka bubar meninggalkan tempat itu.
Laki-laki tua itu lalu mengangkat tubuh yang terkapar di tanah, memapahnya ke surau, dan di sana ia membasuh luka-luka di wajah pemuda itu dengan sapu tangannya yang kumal. Setelah pemuda itu sadar dari pingsannya, lelaki tua itu berkata, “Aku tak bisa menghukummu, sebab aku sendiri juga tidak bersih daripada dosa. Biarlah Tuhan yang akan menghukummu. Sekarang, bertobatlah, dan cepat-cepat tinggalkan dusun ini. Bawalah sandalku kalau kau mau. Jangan ulangi perbuatanmu yang bodoh ini. Engkau masih muda. Pergunakan akal sehatmu!”
Lama pemuda tanggung itu menatap laki-laki tua di hadapannya. Tidak sepatah kata pun dapat diucapkannya. Setidaknya untuk menyatakan terima kasih atas belas kasih orang tua itu terhadap dirinya. Ia lalu bangkit sambil menggaet sandal usang yang celaka itu, lalu diam-diam meninggalkan laki-laki tua yang baik hati, menyingkir jauh-jauh dari dusun mungil terpencil di lembah sunyi yang barangkali akan tetap dikenangnya selama hidupnya.
Apa tanggapan kalian terhadap isi cerita tersebut?
Apa yang telah dicurinya?” tanya lelaki tua itu.
“Sepasang sandal bekas,” jawab anak muda di sebelahnya.
“Masa sandal bekas mesti ditebus dengan nyawa?”
“Tapi, ia pencuri, Pak. Mungkin sandal itu punya Bapak yang terletak di serambi surau...”
“Aku tak punya sandal, tak pernah pakai sandal,” kata lelaki tua itu jengkel. "Kalian memang keterlaluan, ah. Kalian tahu? Di kota-kota besar banyak garong, perampok, jambret, penodong berkeliaran di mana-mana. Apa saja mereka curi, mereka rampoki, sampai-sampai pasar-pasar berlantai lima pun mereka curi...."
, tak tahu, Pak. Yang kami ketahui itu adalah pencuri. Lalu, kami sergap....”
“Lalu, kalian hakimi sendiri seenaknya...,” sambung laki-laki tua itu. “Mengapa tidak kalian serahkan kepada Kepala Desa?"
“Lho, masak Bapak tidak tahu. Kepala Desa kita kan sudah ditahan lantaran korupsi.”
“Kepada Pak Carik.”
“Pak Carik malah sudah sejak lama minggat melarikan kas desa. Untuk membawanya ke kota juga repot. Tidak mungkin. Jadi, ....”
Mereka lalu terdiam, dan setelah lama terdiam salah seorang di antara mereka lalu menyarankan, “Bagaimana kalau kami serahkan saja pencuri ini kepada Bapak? Bapak kan sesepuh di dusun kita ini? Terserah kepada Bapak mau diapakan pencuri, eh pengutil ini...”
Seketika, laki-laki tua itu tepekur. Kemudian, ujarnya, “Baiklah, sekarang bubarlah kalian, tinggalkan tempat ini." Orang-orang menuruti perintahnya. Mereka bubar meninggalkan tempat itu.
Laki-laki tua itu lalu mengangkat tubuh yang terkapar di tanah, memapahnya ke surau, dan di sana ia membasuh luka-luka di wajah pemuda itu dengan sapu tangannya yang kumal. Setelah pemuda itu sadar dari pingsannya, lelaki tua itu berkata, “Aku tak bisa menghukummu, sebab aku sendiri juga tidak bersih daripada dosa. Biarlah Tuhan yang akan menghukummu. Sekarang, bertobatlah, dan cepat-cepat tinggalkan dusun ini. Bawalah sandalku kalau kau mau. Jangan ulangi perbuatanmu yang bodoh ini. Engkau masih muda. Pergunakan akal sehatmu!”
Lama pemuda tanggung itu menatap laki-laki tua di hadapannya. Tidak sepatah kata pun dapat diucapkannya. Setidaknya untuk menyatakan terima kasih atas belas kasih orang tua itu terhadap dirinya. Ia lalu bangkit sambil menggaet sandal usang yang celaka itu, lalu diam-diam meninggalkan laki-laki tua yang baik hati, menyingkir jauh-jauh dari dusun mungil terpencil di lembah sunyi yang barangkali akan tetap dikenangnya selama hidupnya.
Apa tanggapan kalian terhadap isi cerita tersebut?
Jawaban dan Penjelasan
Berikut ini adalah pilihan jawaban terbaik dari pertanyaan diatas.
Jawaban:
Tidak boleh meremehkan orang lain, dan bantuhlah orang yang membutuhkan bantuan
Semoga dengan pertanyaan yang sudah terjawab oleh Raineyliem dapat membantu memudahkan mengerjakan soal, tugas dan PR sekolah kalian.
Apabila terdapat kesalahan dalam mengerjakan soal, silahkan koreksi jawaban dengan mengirimkan email ke yomemimo.com melalui halaman Contact
Last Update: Mon, 25 Apr 22