Quiz!! Jelaskan amanat yang terkandung dalam cerita berjudul Rumah Pohon Buatan

Berikut ini adalah pertanyaan dari elryo pada mata pelajaran B. Indonesia untuk jenjang Sekolah Menengah Atas

Quiz!!Jelaskan amanat yang terkandung dalam cerita berjudul Rumah Pohon Buatan Kakek Tersayang!!
#No Copas

Jawaban dan Penjelasan

Berikut ini adalah pilihan jawaban terbaik dari pertanyaan diatas.

☔ \: Rumah \: Pohon \\ Buatan \: Kakek \: Tersayang☀

Paragraf sebelumnya ada di gambar terlampir

Keesokan harinya aku dikejutkan dengan teriakan seseorang yang memanggil namaku dengan panggilan “Gendut,.. Ndut…! Ndut…!”, teriaknya dari depan rumah. “Hah, Aul sudah datang, asik…!”, ucapku dalam hati sambil berlari menuju sumber suara. “Aul.. masuk yuk..”, ucapku dengan senang. “Kemarin kamu ke Jakarta ngapain..?”, tanyaku. “Keluargaku ada acara jalan-jalan ke Ancol, sudah lama sekali Icha adikku ingin kesana”, jawabnya sambil duduk menemaniku sarapan pagi.

Tidak lama, kakekku mengajak kami ke ladangnya yang tidak jauh dari rumah. Ini kesempatan yang ku tunggu-tunggu, karena hanya setiap liburan sekolah aku bisa bermain-main seperti ini.

Sesampainya di ladang, kakek langsung memberikan tugas kepada kami. “Dimas dan Aul, tugasnya menjaga dan mencari hewan-hewan yang akan mengganggu timun kakek ya”, ucapnya. Aku dan Aul mengelilingi ladang dan kakek membersihkan juga merapihkan beberapa tanaman yang tiangnya roboh.

Oia bagi kalian yang belum tahu, timun atau mentimun itu tidak memiliki pohon jadi harus menggunakan kayu untuk menopangnya sehingga tidak berserakan jika nanti berbuah sehingga mudah untuk memanennya.

“Kek, aku susah mencari hewan-hewan itu.. tubuhku pendek dan tiang-tiang ini juga tinggi, bagaimana kami melihanya..?”, tanyaku ke kakek yang sedang asik bekerja. “Oia, kakek lupa.. kamu lihat di ujung bagian utara, ada pohon tinggi kan..? coba lihat ke atas, kakek sudah siapkan rumah pohon untuk kamu, di sana juga sudah ada ketapel untuk kamu”, jawab kakek sambil berteriak. “Aul, kesana yuk,…”, ajakku sambil berlari dan Aul pun mengikutiku.

Rumah pohon itu tingginya sekitar 2 meter, kakek sudah menyiapkan tangga untuk kami naik. Kami bisa melihat ladang dengan leluasa karena cukup tinggi. Rumah pohon yang dibuatkan kakekku adalah sebuah bangunan sederhana yang dibuat dari kayu yang disusun rapi sebagai lantai dan diberikan atap dari jerami. “Dimas, coba lihat itu sebelah selatan sepertinya ada hewan di sana karena tiang timunnya gerak-gerak”, ucap Aul sambil menunjuk dengan tangan kecilnya. Aku langsung mengambil ketapel yang dibuat kakek dan sudah disediakan batu kecil sebagai pelurunya.

Sebelumnya aku memastikan bahwa itu bukan kakekku, ternyata memang bukan karena aku melihat kakek berada di sebelah utara ladang. Langsung saja aku mengarahkan sasaranku ke sana, wuz… kerikil itu tepat sasaran sepertinya. “Aduh!!.. Aduh!!…”, teriak seseorang yang kesakitan. “Siapa ini yang melempar batu”, teriak wanita tua. Wanita itu ternyata nenekku, aku terkejut dan berlari menuju ke sana untuk meminta maaf.

“Nenek, maafin aku ya Nek”, Nenek langsung memelukku dan mengatakan “Kamu tidak salah, yang salah Nenek tidak memberitahukan kamu kalu Nenek tidak ikut ke ladang”, jawabnya dengan senyuman. Oia ternyata nenek membawa makanan untukku dan Aul. Makanan itu aku bawa ke atas rumah pohon itu.

Kami bermain di sana dan terus waspada menjaga ladang timun Kakek. Sesekali aku berpikir betapa bahagianya bisa hidup di sini, tidak ada kebisingan yang membuat gaduh, tetapi Aul sebaliknya Dia ingin di Jakarta karena di sana enak, ramai dan banyak yang bisa di beli dan dilihat katanya.

Sekian ceritaku~

___________________________________

Soal :

Jelaskan amanat yang terkandung dalam cerita berjudul Rumah Pohon Buatan Kakek Tersayang diatas !!

Jawaban :

Amanat pada cerpen diatas, disampaikan oleh penulis secara tersirat, yaitu :

  • Kebahagiaan, bukan tentang bagaimana kamu mempunyai segalanya yang kamu inginkan, namun kebahagiaan didapatkan dari ketenangan dan kedamaian dalam keluarga dan sahabat.

  • Ketika mau melakukan sesuatu, pastikan hal tersebut benar, sesuai dengan fakta, tanpa mengada-ada atau hanya asal-asalan saja, segalanya butuh pembuktian bukan hanya sekedar teori.

___________________________________

{\boxed{\mathfrak{{\boxed{\mathfrak{ \: Uraian \: Jawaban \: ☀}}}}}}

Amanat adalah Pesan dalam cerita yang ingin disampaikan penulis baik itu secara tersirat maupun tersurat.

Dalam cerita pendek "rumah pohon buatan kakek" diceritakan mengenai bagaimana bahagianya seorang anak yang bernama Dimas karena kakeknya membuatkan ia rumah pohon sehingga kita dapat menyimpulkan amanat yaitu : "kebahagiaan yang sederhana"

Dan ketika kita melihat cerita bagian Dimas membidikkan ketapel mengenai neneknya, kita dapat menyimpulkan amanat yaitu : "ketika melakukan sesuatu kita harus memastikannya dengan benar"

___________________________________

Pelajari lebih lanjut

>>Detail Jawaban<<

☂️ Mapel : Bahasa Indonesia

☂️ Materi : Menganalisis amanat dalam cerita

☂️ Kelas : 5 (SD)

☂️ Kode kategorisasi : -

___________________________________

#SemogaMembantumu

{\boxed{\mathfrak{{\boxed{\mathfrak{✂ \: Semangat}}}}}}

[tex]☔ \: Rumah \: Pohon \\ Buatan \: Kakek \: Tersayang☀[/tex]Paragraf sebelumnya ada di gambar terlampirKeesokan harinya aku dikejutkan dengan teriakan seseorang yang memanggil namaku dengan panggilan “Gendut,.. Ndut…! Ndut…!”, teriaknya dari depan rumah. “Hah, Aul sudah datang, asik…!”, ucapku dalam hati sambil berlari menuju sumber suara. “Aul.. masuk yuk..”, ucapku dengan senang. “Kemarin kamu ke Jakarta ngapain..?”, tanyaku. “Keluargaku ada acara jalan-jalan ke Ancol, sudah lama sekali Icha adikku ingin kesana”, jawabnya sambil duduk menemaniku sarapan pagi.Tidak lama, kakekku mengajak kami ke ladangnya yang tidak jauh dari rumah. Ini kesempatan yang ku tunggu-tunggu, karena hanya setiap liburan sekolah aku bisa bermain-main seperti ini.Sesampainya di ladang, kakek langsung memberikan tugas kepada kami. “Dimas dan Aul, tugasnya menjaga dan mencari hewan-hewan yang akan mengganggu timun kakek ya”, ucapnya. Aku dan Aul mengelilingi ladang dan kakek membersihkan juga merapihkan beberapa tanaman yang tiangnya roboh.Oia bagi kalian yang belum tahu, timun atau mentimun itu tidak memiliki pohon jadi harus menggunakan kayu untuk menopangnya sehingga tidak berserakan jika nanti berbuah sehingga mudah untuk memanennya.“Kek, aku susah mencari hewan-hewan itu.. tubuhku pendek dan tiang-tiang ini juga tinggi, bagaimana kami melihanya..?”, tanyaku ke kakek yang sedang asik bekerja. “Oia, kakek lupa.. kamu lihat di ujung bagian utara, ada pohon tinggi kan..? coba lihat ke atas, kakek sudah siapkan rumah pohon untuk kamu, di sana juga sudah ada ketapel untuk kamu”, jawab kakek sambil berteriak. “Aul, kesana yuk,…”, ajakku sambil berlari dan Aul pun mengikutiku.Rumah pohon itu tingginya sekitar 2 meter, kakek sudah menyiapkan tangga untuk kami naik. Kami bisa melihat ladang dengan leluasa karena cukup tinggi. Rumah pohon yang dibuatkan kakekku adalah sebuah bangunan sederhana yang dibuat dari kayu yang disusun rapi sebagai lantai dan diberikan atap dari jerami. “Dimas, coba lihat itu sebelah selatan sepertinya ada hewan di sana karena tiang timunnya gerak-gerak”, ucap Aul sambil menunjuk dengan tangan kecilnya. Aku langsung mengambil ketapel yang dibuat kakek dan sudah disediakan batu kecil sebagai pelurunya.Sebelumnya aku memastikan bahwa itu bukan kakekku, ternyata memang bukan karena aku melihat kakek berada di sebelah utara ladang. Langsung saja aku mengarahkan sasaranku ke sana, wuz… kerikil itu tepat sasaran sepertinya. “Aduh!!.. Aduh!!…”, teriak seseorang yang kesakitan. “Siapa ini yang melempar batu”, teriak wanita tua. Wanita itu ternyata nenekku, aku terkejut dan berlari menuju ke sana untuk meminta maaf.“Nenek, maafin aku ya Nek”, Nenek langsung memelukku dan mengatakan “Kamu tidak salah, yang salah Nenek tidak memberitahukan kamu kalu Nenek tidak ikut ke ladang”, jawabnya dengan senyuman. Oia ternyata nenek membawa makanan untukku dan Aul. Makanan itu aku bawa ke atas rumah pohon itu.Kami bermain di sana dan terus waspada menjaga ladang timun Kakek. Sesekali aku berpikir betapa bahagianya bisa hidup di sini, tidak ada kebisingan yang membuat gaduh, tetapi Aul sebaliknya Dia ingin di Jakarta karena di sana enak, ramai dan banyak yang bisa di beli dan dilihat katanya.Sekian ceritaku~___________________________________Soal : Jelaskan amanat yang terkandung dalam cerita berjudul Rumah Pohon Buatan Kakek Tersayang diatas !!Jawaban : Amanat pada cerpen diatas, disampaikan oleh penulis secara tersirat, yaitu :Kebahagiaan, bukan tentang bagaimana kamu mempunyai segalanya yang kamu inginkan, namun kebahagiaan didapatkan dari ketenangan dan kedamaian dalam keluarga dan sahabat.Ketika mau melakukan sesuatu, pastikan hal tersebut benar, sesuai dengan fakta, tanpa mengada-ada atau hanya asal-asalan saja, segalanya butuh pembuktian bukan hanya sekedar teori.___________________________________[tex]{\boxed{\mathfrak{{\boxed{\mathfrak{ \: Uraian \: Jawaban \: ☀}}}}}}[/tex]Amanat adalah Pesan dalam cerita yang ingin disampaikan penulis baik itu secara tersirat maupun tersurat.Dalam cerita pendek [tex]☔ \: Rumah \: Pohon \\ Buatan \: Kakek \: Tersayang☀[/tex]Paragraf sebelumnya ada di gambar terlampirKeesokan harinya aku dikejutkan dengan teriakan seseorang yang memanggil namaku dengan panggilan “Gendut,.. Ndut…! Ndut…!”, teriaknya dari depan rumah. “Hah, Aul sudah datang, asik…!”, ucapku dalam hati sambil berlari menuju sumber suara. “Aul.. masuk yuk..”, ucapku dengan senang. “Kemarin kamu ke Jakarta ngapain..?”, tanyaku. “Keluargaku ada acara jalan-jalan ke Ancol, sudah lama sekali Icha adikku ingin kesana”, jawabnya sambil duduk menemaniku sarapan pagi.Tidak lama, kakekku mengajak kami ke ladangnya yang tidak jauh dari rumah. Ini kesempatan yang ku tunggu-tunggu, karena hanya setiap liburan sekolah aku bisa bermain-main seperti ini.Sesampainya di ladang, kakek langsung memberikan tugas kepada kami. “Dimas dan Aul, tugasnya menjaga dan mencari hewan-hewan yang akan mengganggu timun kakek ya”, ucapnya. Aku dan Aul mengelilingi ladang dan kakek membersihkan juga merapihkan beberapa tanaman yang tiangnya roboh.Oia bagi kalian yang belum tahu, timun atau mentimun itu tidak memiliki pohon jadi harus menggunakan kayu untuk menopangnya sehingga tidak berserakan jika nanti berbuah sehingga mudah untuk memanennya.“Kek, aku susah mencari hewan-hewan itu.. tubuhku pendek dan tiang-tiang ini juga tinggi, bagaimana kami melihanya..?”, tanyaku ke kakek yang sedang asik bekerja. “Oia, kakek lupa.. kamu lihat di ujung bagian utara, ada pohon tinggi kan..? coba lihat ke atas, kakek sudah siapkan rumah pohon untuk kamu, di sana juga sudah ada ketapel untuk kamu”, jawab kakek sambil berteriak. “Aul, kesana yuk,…”, ajakku sambil berlari dan Aul pun mengikutiku.Rumah pohon itu tingginya sekitar 2 meter, kakek sudah menyiapkan tangga untuk kami naik. Kami bisa melihat ladang dengan leluasa karena cukup tinggi. Rumah pohon yang dibuatkan kakekku adalah sebuah bangunan sederhana yang dibuat dari kayu yang disusun rapi sebagai lantai dan diberikan atap dari jerami. “Dimas, coba lihat itu sebelah selatan sepertinya ada hewan di sana karena tiang timunnya gerak-gerak”, ucap Aul sambil menunjuk dengan tangan kecilnya. Aku langsung mengambil ketapel yang dibuat kakek dan sudah disediakan batu kecil sebagai pelurunya.Sebelumnya aku memastikan bahwa itu bukan kakekku, ternyata memang bukan karena aku melihat kakek berada di sebelah utara ladang. Langsung saja aku mengarahkan sasaranku ke sana, wuz… kerikil itu tepat sasaran sepertinya. “Aduh!!.. Aduh!!…”, teriak seseorang yang kesakitan. “Siapa ini yang melempar batu”, teriak wanita tua. Wanita itu ternyata nenekku, aku terkejut dan berlari menuju ke sana untuk meminta maaf.“Nenek, maafin aku ya Nek”, Nenek langsung memelukku dan mengatakan “Kamu tidak salah, yang salah Nenek tidak memberitahukan kamu kalu Nenek tidak ikut ke ladang”, jawabnya dengan senyuman. Oia ternyata nenek membawa makanan untukku dan Aul. Makanan itu aku bawa ke atas rumah pohon itu.Kami bermain di sana dan terus waspada menjaga ladang timun Kakek. Sesekali aku berpikir betapa bahagianya bisa hidup di sini, tidak ada kebisingan yang membuat gaduh, tetapi Aul sebaliknya Dia ingin di Jakarta karena di sana enak, ramai dan banyak yang bisa di beli dan dilihat katanya.Sekian ceritaku~___________________________________Soal : Jelaskan amanat yang terkandung dalam cerita berjudul Rumah Pohon Buatan Kakek Tersayang diatas !!Jawaban : Amanat pada cerpen diatas, disampaikan oleh penulis secara tersirat, yaitu :Kebahagiaan, bukan tentang bagaimana kamu mempunyai segalanya yang kamu inginkan, namun kebahagiaan didapatkan dari ketenangan dan kedamaian dalam keluarga dan sahabat.Ketika mau melakukan sesuatu, pastikan hal tersebut benar, sesuai dengan fakta, tanpa mengada-ada atau hanya asal-asalan saja, segalanya butuh pembuktian bukan hanya sekedar teori.___________________________________[tex]{\boxed{\mathfrak{{\boxed{\mathfrak{ \: Uraian \: Jawaban \: ☀}}}}}}[/tex]Amanat adalah Pesan dalam cerita yang ingin disampaikan penulis baik itu secara tersirat maupun tersurat.Dalam cerita pendek [tex]☔ \: Rumah \: Pohon \\ Buatan \: Kakek \: Tersayang☀[/tex]Paragraf sebelumnya ada di gambar terlampirKeesokan harinya aku dikejutkan dengan teriakan seseorang yang memanggil namaku dengan panggilan “Gendut,.. Ndut…! Ndut…!”, teriaknya dari depan rumah. “Hah, Aul sudah datang, asik…!”, ucapku dalam hati sambil berlari menuju sumber suara. “Aul.. masuk yuk..”, ucapku dengan senang. “Kemarin kamu ke Jakarta ngapain..?”, tanyaku. “Keluargaku ada acara jalan-jalan ke Ancol, sudah lama sekali Icha adikku ingin kesana”, jawabnya sambil duduk menemaniku sarapan pagi.Tidak lama, kakekku mengajak kami ke ladangnya yang tidak jauh dari rumah. Ini kesempatan yang ku tunggu-tunggu, karena hanya setiap liburan sekolah aku bisa bermain-main seperti ini.Sesampainya di ladang, kakek langsung memberikan tugas kepada kami. “Dimas dan Aul, tugasnya menjaga dan mencari hewan-hewan yang akan mengganggu timun kakek ya”, ucapnya. Aku dan Aul mengelilingi ladang dan kakek membersihkan juga merapihkan beberapa tanaman yang tiangnya roboh.Oia bagi kalian yang belum tahu, timun atau mentimun itu tidak memiliki pohon jadi harus menggunakan kayu untuk menopangnya sehingga tidak berserakan jika nanti berbuah sehingga mudah untuk memanennya.“Kek, aku susah mencari hewan-hewan itu.. tubuhku pendek dan tiang-tiang ini juga tinggi, bagaimana kami melihanya..?”, tanyaku ke kakek yang sedang asik bekerja. “Oia, kakek lupa.. kamu lihat di ujung bagian utara, ada pohon tinggi kan..? coba lihat ke atas, kakek sudah siapkan rumah pohon untuk kamu, di sana juga sudah ada ketapel untuk kamu”, jawab kakek sambil berteriak. “Aul, kesana yuk,…”, ajakku sambil berlari dan Aul pun mengikutiku.Rumah pohon itu tingginya sekitar 2 meter, kakek sudah menyiapkan tangga untuk kami naik. Kami bisa melihat ladang dengan leluasa karena cukup tinggi. Rumah pohon yang dibuatkan kakekku adalah sebuah bangunan sederhana yang dibuat dari kayu yang disusun rapi sebagai lantai dan diberikan atap dari jerami. “Dimas, coba lihat itu sebelah selatan sepertinya ada hewan di sana karena tiang timunnya gerak-gerak”, ucap Aul sambil menunjuk dengan tangan kecilnya. Aku langsung mengambil ketapel yang dibuat kakek dan sudah disediakan batu kecil sebagai pelurunya.Sebelumnya aku memastikan bahwa itu bukan kakekku, ternyata memang bukan karena aku melihat kakek berada di sebelah utara ladang. Langsung saja aku mengarahkan sasaranku ke sana, wuz… kerikil itu tepat sasaran sepertinya. “Aduh!!.. Aduh!!…”, teriak seseorang yang kesakitan. “Siapa ini yang melempar batu”, teriak wanita tua. Wanita itu ternyata nenekku, aku terkejut dan berlari menuju ke sana untuk meminta maaf.“Nenek, maafin aku ya Nek”, Nenek langsung memelukku dan mengatakan “Kamu tidak salah, yang salah Nenek tidak memberitahukan kamu kalu Nenek tidak ikut ke ladang”, jawabnya dengan senyuman. Oia ternyata nenek membawa makanan untukku dan Aul. Makanan itu aku bawa ke atas rumah pohon itu.Kami bermain di sana dan terus waspada menjaga ladang timun Kakek. Sesekali aku berpikir betapa bahagianya bisa hidup di sini, tidak ada kebisingan yang membuat gaduh, tetapi Aul sebaliknya Dia ingin di Jakarta karena di sana enak, ramai dan banyak yang bisa di beli dan dilihat katanya.Sekian ceritaku~___________________________________Soal : Jelaskan amanat yang terkandung dalam cerita berjudul Rumah Pohon Buatan Kakek Tersayang diatas !!Jawaban : Amanat pada cerpen diatas, disampaikan oleh penulis secara tersirat, yaitu :Kebahagiaan, bukan tentang bagaimana kamu mempunyai segalanya yang kamu inginkan, namun kebahagiaan didapatkan dari ketenangan dan kedamaian dalam keluarga dan sahabat.Ketika mau melakukan sesuatu, pastikan hal tersebut benar, sesuai dengan fakta, tanpa mengada-ada atau hanya asal-asalan saja, segalanya butuh pembuktian bukan hanya sekedar teori.___________________________________[tex]{\boxed{\mathfrak{{\boxed{\mathfrak{ \: Uraian \: Jawaban \: ☀}}}}}}[/tex]Amanat adalah Pesan dalam cerita yang ingin disampaikan penulis baik itu secara tersirat maupun tersurat.Dalam cerita pendek [tex]☔ \: Rumah \: Pohon \\ Buatan \: Kakek \: Tersayang☀[/tex]Paragraf sebelumnya ada di gambar terlampirKeesokan harinya aku dikejutkan dengan teriakan seseorang yang memanggil namaku dengan panggilan “Gendut,.. Ndut…! Ndut…!”, teriaknya dari depan rumah. “Hah, Aul sudah datang, asik…!”, ucapku dalam hati sambil berlari menuju sumber suara. “Aul.. masuk yuk..”, ucapku dengan senang. “Kemarin kamu ke Jakarta ngapain..?”, tanyaku. “Keluargaku ada acara jalan-jalan ke Ancol, sudah lama sekali Icha adikku ingin kesana”, jawabnya sambil duduk menemaniku sarapan pagi.Tidak lama, kakekku mengajak kami ke ladangnya yang tidak jauh dari rumah. Ini kesempatan yang ku tunggu-tunggu, karena hanya setiap liburan sekolah aku bisa bermain-main seperti ini.Sesampainya di ladang, kakek langsung memberikan tugas kepada kami. “Dimas dan Aul, tugasnya menjaga dan mencari hewan-hewan yang akan mengganggu timun kakek ya”, ucapnya. Aku dan Aul mengelilingi ladang dan kakek membersihkan juga merapihkan beberapa tanaman yang tiangnya roboh.Oia bagi kalian yang belum tahu, timun atau mentimun itu tidak memiliki pohon jadi harus menggunakan kayu untuk menopangnya sehingga tidak berserakan jika nanti berbuah sehingga mudah untuk memanennya.“Kek, aku susah mencari hewan-hewan itu.. tubuhku pendek dan tiang-tiang ini juga tinggi, bagaimana kami melihanya..?”, tanyaku ke kakek yang sedang asik bekerja. “Oia, kakek lupa.. kamu lihat di ujung bagian utara, ada pohon tinggi kan..? coba lihat ke atas, kakek sudah siapkan rumah pohon untuk kamu, di sana juga sudah ada ketapel untuk kamu”, jawab kakek sambil berteriak. “Aul, kesana yuk,…”, ajakku sambil berlari dan Aul pun mengikutiku.Rumah pohon itu tingginya sekitar 2 meter, kakek sudah menyiapkan tangga untuk kami naik. Kami bisa melihat ladang dengan leluasa karena cukup tinggi. Rumah pohon yang dibuatkan kakekku adalah sebuah bangunan sederhana yang dibuat dari kayu yang disusun rapi sebagai lantai dan diberikan atap dari jerami. “Dimas, coba lihat itu sebelah selatan sepertinya ada hewan di sana karena tiang timunnya gerak-gerak”, ucap Aul sambil menunjuk dengan tangan kecilnya. Aku langsung mengambil ketapel yang dibuat kakek dan sudah disediakan batu kecil sebagai pelurunya.Sebelumnya aku memastikan bahwa itu bukan kakekku, ternyata memang bukan karena aku melihat kakek berada di sebelah utara ladang. Langsung saja aku mengarahkan sasaranku ke sana, wuz… kerikil itu tepat sasaran sepertinya. “Aduh!!.. Aduh!!…”, teriak seseorang yang kesakitan. “Siapa ini yang melempar batu”, teriak wanita tua. Wanita itu ternyata nenekku, aku terkejut dan berlari menuju ke sana untuk meminta maaf.“Nenek, maafin aku ya Nek”, Nenek langsung memelukku dan mengatakan “Kamu tidak salah, yang salah Nenek tidak memberitahukan kamu kalu Nenek tidak ikut ke ladang”, jawabnya dengan senyuman. Oia ternyata nenek membawa makanan untukku dan Aul. Makanan itu aku bawa ke atas rumah pohon itu.Kami bermain di sana dan terus waspada menjaga ladang timun Kakek. Sesekali aku berpikir betapa bahagianya bisa hidup di sini, tidak ada kebisingan yang membuat gaduh, tetapi Aul sebaliknya Dia ingin di Jakarta karena di sana enak, ramai dan banyak yang bisa di beli dan dilihat katanya.Sekian ceritaku~___________________________________Soal : Jelaskan amanat yang terkandung dalam cerita berjudul Rumah Pohon Buatan Kakek Tersayang diatas !!Jawaban : Amanat pada cerpen diatas, disampaikan oleh penulis secara tersirat, yaitu :Kebahagiaan, bukan tentang bagaimana kamu mempunyai segalanya yang kamu inginkan, namun kebahagiaan didapatkan dari ketenangan dan kedamaian dalam keluarga dan sahabat.Ketika mau melakukan sesuatu, pastikan hal tersebut benar, sesuai dengan fakta, tanpa mengada-ada atau hanya asal-asalan saja, segalanya butuh pembuktian bukan hanya sekedar teori.___________________________________[tex]{\boxed{\mathfrak{{\boxed{\mathfrak{ \: Uraian \: Jawaban \: ☀}}}}}}[/tex]Amanat adalah Pesan dalam cerita yang ingin disampaikan penulis baik itu secara tersirat maupun tersurat.Dalam cerita pendek [tex]☔ \: Rumah \: Pohon \\ Buatan \: Kakek \: Tersayang☀[/tex]Paragraf sebelumnya ada di gambar terlampirKeesokan harinya aku dikejutkan dengan teriakan seseorang yang memanggil namaku dengan panggilan “Gendut,.. Ndut…! Ndut…!”, teriaknya dari depan rumah. “Hah, Aul sudah datang, asik…!”, ucapku dalam hati sambil berlari menuju sumber suara. “Aul.. masuk yuk..”, ucapku dengan senang. “Kemarin kamu ke Jakarta ngapain..?”, tanyaku. “Keluargaku ada acara jalan-jalan ke Ancol, sudah lama sekali Icha adikku ingin kesana”, jawabnya sambil duduk menemaniku sarapan pagi.Tidak lama, kakekku mengajak kami ke ladangnya yang tidak jauh dari rumah. Ini kesempatan yang ku tunggu-tunggu, karena hanya setiap liburan sekolah aku bisa bermain-main seperti ini.Sesampainya di ladang, kakek langsung memberikan tugas kepada kami. “Dimas dan Aul, tugasnya menjaga dan mencari hewan-hewan yang akan mengganggu timun kakek ya”, ucapnya. Aku dan Aul mengelilingi ladang dan kakek membersihkan juga merapihkan beberapa tanaman yang tiangnya roboh.Oia bagi kalian yang belum tahu, timun atau mentimun itu tidak memiliki pohon jadi harus menggunakan kayu untuk menopangnya sehingga tidak berserakan jika nanti berbuah sehingga mudah untuk memanennya.“Kek, aku susah mencari hewan-hewan itu.. tubuhku pendek dan tiang-tiang ini juga tinggi, bagaimana kami melihanya..?”, tanyaku ke kakek yang sedang asik bekerja. “Oia, kakek lupa.. kamu lihat di ujung bagian utara, ada pohon tinggi kan..? coba lihat ke atas, kakek sudah siapkan rumah pohon untuk kamu, di sana juga sudah ada ketapel untuk kamu”, jawab kakek sambil berteriak. “Aul, kesana yuk,…”, ajakku sambil berlari dan Aul pun mengikutiku.Rumah pohon itu tingginya sekitar 2 meter, kakek sudah menyiapkan tangga untuk kami naik. Kami bisa melihat ladang dengan leluasa karena cukup tinggi. Rumah pohon yang dibuatkan kakekku adalah sebuah bangunan sederhana yang dibuat dari kayu yang disusun rapi sebagai lantai dan diberikan atap dari jerami. “Dimas, coba lihat itu sebelah selatan sepertinya ada hewan di sana karena tiang timunnya gerak-gerak”, ucap Aul sambil menunjuk dengan tangan kecilnya. Aku langsung mengambil ketapel yang dibuat kakek dan sudah disediakan batu kecil sebagai pelurunya.Sebelumnya aku memastikan bahwa itu bukan kakekku, ternyata memang bukan karena aku melihat kakek berada di sebelah utara ladang. Langsung saja aku mengarahkan sasaranku ke sana, wuz… kerikil itu tepat sasaran sepertinya. “Aduh!!.. Aduh!!…”, teriak seseorang yang kesakitan. “Siapa ini yang melempar batu”, teriak wanita tua. Wanita itu ternyata nenekku, aku terkejut dan berlari menuju ke sana untuk meminta maaf.“Nenek, maafin aku ya Nek”, Nenek langsung memelukku dan mengatakan “Kamu tidak salah, yang salah Nenek tidak memberitahukan kamu kalu Nenek tidak ikut ke ladang”, jawabnya dengan senyuman. Oia ternyata nenek membawa makanan untukku dan Aul. Makanan itu aku bawa ke atas rumah pohon itu.Kami bermain di sana dan terus waspada menjaga ladang timun Kakek. Sesekali aku berpikir betapa bahagianya bisa hidup di sini, tidak ada kebisingan yang membuat gaduh, tetapi Aul sebaliknya Dia ingin di Jakarta karena di sana enak, ramai dan banyak yang bisa di beli dan dilihat katanya.Sekian ceritaku~___________________________________Soal : Jelaskan amanat yang terkandung dalam cerita berjudul Rumah Pohon Buatan Kakek Tersayang diatas !!Jawaban : Amanat pada cerpen diatas, disampaikan oleh penulis secara tersirat, yaitu :Kebahagiaan, bukan tentang bagaimana kamu mempunyai segalanya yang kamu inginkan, namun kebahagiaan didapatkan dari ketenangan dan kedamaian dalam keluarga dan sahabat.Ketika mau melakukan sesuatu, pastikan hal tersebut benar, sesuai dengan fakta, tanpa mengada-ada atau hanya asal-asalan saja, segalanya butuh pembuktian bukan hanya sekedar teori.___________________________________[tex]{\boxed{\mathfrak{{\boxed{\mathfrak{ \: Uraian \: Jawaban \: ☀}}}}}}[/tex]Amanat adalah Pesan dalam cerita yang ingin disampaikan penulis baik itu secara tersirat maupun tersurat.Dalam cerita pendek [tex]☔ \: Rumah \: Pohon \\ Buatan \: Kakek \: Tersayang☀[/tex]Paragraf sebelumnya ada di gambar terlampirKeesokan harinya aku dikejutkan dengan teriakan seseorang yang memanggil namaku dengan panggilan “Gendut,.. Ndut…! Ndut…!”, teriaknya dari depan rumah. “Hah, Aul sudah datang, asik…!”, ucapku dalam hati sambil berlari menuju sumber suara. “Aul.. masuk yuk..”, ucapku dengan senang. “Kemarin kamu ke Jakarta ngapain..?”, tanyaku. “Keluargaku ada acara jalan-jalan ke Ancol, sudah lama sekali Icha adikku ingin kesana”, jawabnya sambil duduk menemaniku sarapan pagi.Tidak lama, kakekku mengajak kami ke ladangnya yang tidak jauh dari rumah. Ini kesempatan yang ku tunggu-tunggu, karena hanya setiap liburan sekolah aku bisa bermain-main seperti ini.Sesampainya di ladang, kakek langsung memberikan tugas kepada kami. “Dimas dan Aul, tugasnya menjaga dan mencari hewan-hewan yang akan mengganggu timun kakek ya”, ucapnya. Aku dan Aul mengelilingi ladang dan kakek membersihkan juga merapihkan beberapa tanaman yang tiangnya roboh.Oia bagi kalian yang belum tahu, timun atau mentimun itu tidak memiliki pohon jadi harus menggunakan kayu untuk menopangnya sehingga tidak berserakan jika nanti berbuah sehingga mudah untuk memanennya.“Kek, aku susah mencari hewan-hewan itu.. tubuhku pendek dan tiang-tiang ini juga tinggi, bagaimana kami melihanya..?”, tanyaku ke kakek yang sedang asik bekerja. “Oia, kakek lupa.. kamu lihat di ujung bagian utara, ada pohon tinggi kan..? coba lihat ke atas, kakek sudah siapkan rumah pohon untuk kamu, di sana juga sudah ada ketapel untuk kamu”, jawab kakek sambil berteriak. “Aul, kesana yuk,…”, ajakku sambil berlari dan Aul pun mengikutiku.Rumah pohon itu tingginya sekitar 2 meter, kakek sudah menyiapkan tangga untuk kami naik. Kami bisa melihat ladang dengan leluasa karena cukup tinggi. Rumah pohon yang dibuatkan kakekku adalah sebuah bangunan sederhana yang dibuat dari kayu yang disusun rapi sebagai lantai dan diberikan atap dari jerami. “Dimas, coba lihat itu sebelah selatan sepertinya ada hewan di sana karena tiang timunnya gerak-gerak”, ucap Aul sambil menunjuk dengan tangan kecilnya. Aku langsung mengambil ketapel yang dibuat kakek dan sudah disediakan batu kecil sebagai pelurunya.Sebelumnya aku memastikan bahwa itu bukan kakekku, ternyata memang bukan karena aku melihat kakek berada di sebelah utara ladang. Langsung saja aku mengarahkan sasaranku ke sana, wuz… kerikil itu tepat sasaran sepertinya. “Aduh!!.. Aduh!!…”, teriak seseorang yang kesakitan. “Siapa ini yang melempar batu”, teriak wanita tua. Wanita itu ternyata nenekku, aku terkejut dan berlari menuju ke sana untuk meminta maaf.“Nenek, maafin aku ya Nek”, Nenek langsung memelukku dan mengatakan “Kamu tidak salah, yang salah Nenek tidak memberitahukan kamu kalu Nenek tidak ikut ke ladang”, jawabnya dengan senyuman. Oia ternyata nenek membawa makanan untukku dan Aul. Makanan itu aku bawa ke atas rumah pohon itu.Kami bermain di sana dan terus waspada menjaga ladang timun Kakek. Sesekali aku berpikir betapa bahagianya bisa hidup di sini, tidak ada kebisingan yang membuat gaduh, tetapi Aul sebaliknya Dia ingin di Jakarta karena di sana enak, ramai dan banyak yang bisa di beli dan dilihat katanya.Sekian ceritaku~___________________________________Soal : Jelaskan amanat yang terkandung dalam cerita berjudul Rumah Pohon Buatan Kakek Tersayang diatas !!Jawaban : Amanat pada cerpen diatas, disampaikan oleh penulis secara tersirat, yaitu :Kebahagiaan, bukan tentang bagaimana kamu mempunyai segalanya yang kamu inginkan, namun kebahagiaan didapatkan dari ketenangan dan kedamaian dalam keluarga dan sahabat.Ketika mau melakukan sesuatu, pastikan hal tersebut benar, sesuai dengan fakta, tanpa mengada-ada atau hanya asal-asalan saja, segalanya butuh pembuktian bukan hanya sekedar teori.___________________________________[tex]{\boxed{\mathfrak{{\boxed{\mathfrak{ \: Uraian \: Jawaban \: ☀}}}}}}[/tex]Amanat adalah Pesan dalam cerita yang ingin disampaikan penulis baik itu secara tersirat maupun tersurat.Dalam cerita pendek

Semoga dengan pertanyaan yang sudah terjawab oleh Hoover98 dapat membantu memudahkan mengerjakan soal, tugas dan PR sekolah kalian.

Apabila terdapat kesalahan dalam mengerjakan soal, silahkan koreksi jawaban dengan mengirimkan email ke yomemimo.com melalui halaman Contact

Last Update: Thu, 22 Jul 21