Resensi cerpen semilir angin

Berikut ini adalah pertanyaan dari Tauzamas pada mata pelajaran B. Indonesia untuk jenjang Sekolah Menengah Atas

Resensi cerpen semilir angin

Jawaban dan Penjelasan

Berikut ini adalah pilihan jawaban terbaik dari pertanyaan diatas.

Jawaban:

Cerpen Karangan: Afriansyah

Kategori: Cerpen Kehidupan, Cerpen Lingkungan, Cerpen Pendidika

“Praannggg….”

Bunyi itu pun terdengar sampai ke kamar Ridwan. ”suara apa itu?” ucapnya dalam hati. Iapun melangkahkan kakinya dan mencari apa yang sedang terjadi. Tampak ibunya sedang gemetar dan hanya diam terpaku di dapur. ”ada apa bu?” ucapnya. Ibunya terlihat pucat dan berkata ”ibu tak sengaja memecahkannya. Apakah ini ada pertanda buruk?”. Diapun teringat akan sosok ayahnya yang lagi terlibat konflik dengan desa sebelah. Kedua desa, yaitu desa kanjuhuran dan kusangin memang tidak pernah akur selama beberapa tahun ini dan mereka sering terlibat konflik berdarah.

Ridwanpun bergegas pergi keluar tanpa memikirkan tangannya yang luka. ”kamu mau kemana nak?” ucap seorang ibu yang begitu sayang kepada anaknya itu ”lukamu belum sembuh” sambungnya. Diapun langsung pergi menemui ayahnya. ”aku ingin bertemu ayah bu” jawabnya dari kejauhan. ”Ya tuhan lindungilah anak dan suamiku” do’anya kepada sang Maha Pencipta.

Sambil membersihkan beling yang berserakan, ibunya pun merasa gelisah. Bagaimana tidak perkelahian minggu lalu saja telah melukai anaknya. Saat itu Ridwan disabet menggunakan parang dan lukanya cukup serius. Untung saja ia masih bisa diselamatkan. Ia takut hal yang sama akan terjadi pada suaminya. ”kapankah semua ini akan berakhir?” tanyanya dalam hati. ”seperti tak ada habisnya” ujarnya. Diapun hanya bisa terduduk lemas di depan pintu menanti kabar sang suami.

Desa Kanjuhuran dan desa Kusangin adalah dua desa yang bertetangga di kabupaten simuba. Dulunya kedua desa hidup dengan rukun. Tapi beberapa tahun terakhir ini kedua desa tampak tegang. Entah siapa yang memulai konflik ini. Tapi konflik ini terjadi tidak lama setelah pak Mukhlis, yang juga ayahnya Ridwan diangkat warga desa sebagai kepala desa.  

 

Sudah banyak yang harus dikorbankan dari pertikaian antara kedua kampung. Mulai dari waktu, harta benda, sampai kepada nyawa. Hidup damai dan tentram hanyalah menjadi mimpi yang mungkin suatu saat akan menjadi kenyataan bagi kedua kampung.

 

”maling…maling…” terdengar suara teriakan disubuh hari. Mendengar teriakan itu, wargapun terbangun dan langsung mencari sumber teriakan. Dilihat warga dua orang suami istri yang berdaya sedang terkapar di ruang tamu rumah mereka. Pintupun dalam keadaan terbuka. Ternyata itu adalah pak Syukron dan istrinya. Maling tersebut tidak hanya mengambil harta pak Syukron tapi juga melukai keduanya.

 

Ridwanpun bergegas pergi kerumah untuk menemui ayahnya. Sesampainya di rumah, ia melihatnya ayahnya ada di ruang tamu bersama pak Drajat. Kebetulan waktu itu pak Drajat sedang bermalam di rumah pak Mukhlis. Iapun segera menghampiri ayahnya. ”apa yang terjadi tadi nak?” tanya ayahnya. ”rumah pak Syukron disatroni maling” jawabnya. ”maling?… pasti maling itu dari desa sebelah” sambung pak Drajat. ”kok bapak bisa tahu?” tanya Ridwan keheranan. ”memang benar apa yang dikatakan pak Drajat, Ridwan?” tanya ayahnya. ”kata pak Madin sih seperti itu” jawabnya.

Hati pak Mukhlispun memanas mendengar berita itu. ”bapak tenang saja. Belum tentu lagi malingnya adalah warga desa sebelah. Kita harus membuktikannya” kata Ridwan yang ingin kedua desa hidup dalam perdamaian. ”tak mungkin” sela pak Drajat. ”bapak tidak percaya dengan pak Madin. Ia penjaga pos, tentu ia melihat kemana maling itu pergi!” tambahnya. Pak Mukhlispun bingung dengan keadaan ini. Ia harus memilih antara anaknya dan orang kepercayaannya. ”pak, sudahlah pak. Kita akhiri saja semua konflik ini. Tidak ada gunanya konflik yang terus berkepanjangan ini” ucap Ridwan mencoba untuk membuka hati ayahnya. ”tidak bisa!!” sambar pak Drajat.”ini adalah demi harga diri. Kalau kita berdamai kepada mereka, berarti kita kalah” sambungnya. ”bapak jangan coba mempengaruhi bapak saya ya?”  

”kita datangi pak Drajat!” kata pak Mukhlis dengan tegas. Warga bersama kepala desapun mendatangi rumah pak Drajat. Disana mereka menemukan rumah pak Drajat dalam keadaan kosong. Ternyata pak Drajat telah mengetahui hal ini dan segera pergi untuk menghilangkan jejak.

Akhirnya, pak Mukhlis luluh hatinya setelah kematian anaknya. Kini tak ada lagi yang menghalangi ia untuk berunding dengan desa sebelah. Selama ini ketika pak Mukhlis ingin berunding dengan desa sebelah, pak Drajat selalu menghalangi perundingan itu. Hal ini dilakukan pak Drajat untuk mengambil alaih kekuasaan di desa ini. Terakhir, terdengar kabar bahwa orang yang mebunuh Ridwan adalah orang suruhan pak Drajat.

Jenazah Ridwanpun akhirnya dibawa pulang untuk dimakamkan. Didepan jenazah anaknya pak Mukhlis berjanji akan mewujudkan perdamaian di dua desa. ”perdamaian yang engkau impikan akan segera terwujud nak. Terima kasih karena engkau telah membukakan pintu hatiku. Sebentar lagi kami akan merasakan nikmatnya semilir angin yang engkau perjuangkan” ucapnya.

Penjelasan:

semoga membantu,jadikan jawaban terbaik,maaf cuma dikit

Semoga dengan pertanyaan yang sudah terjawab oleh jauharahUwU dapat membantu memudahkan mengerjakan soal, tugas dan PR sekolah kalian.

Apabila terdapat kesalahan dalam mengerjakan soal, silahkan koreksi jawaban dengan mengirimkan email ke yomemimo.com melalui halaman Contact

Last Update: Tue, 03 Aug 21