Berikut ini adalah pertanyaan dari baruoppo073 pada mata pelajaran B. Indonesia untuk jenjang Sekolah Menengah Atas
3. ceritakan perjalanan dakwah sunan Bonang secara singkat
4. Bagaimana cara sunan Bonang mengembangkan dakwah seni dan budaya jelaskan
5. sebutkan nama-nama kitab beserta pengarang yang menjadi rujukan sunan Bonang untuk menulis kitab nafkah primbon
6. Bagaimana sikap positif sunan Bonang dalam berdakwah jelaskan
tolong jawabpin nanti aku follow dan like dan kasih bintang sempurna tapi jangan sembarang jawab plis jawabpin semua
Jawaban dan Penjelasan
Berikut ini adalah pilihan jawaban terbaik dari pertanyaan diatas.
Jawaban:
Penjelasan:
1.ajaran tantrayana diubah menjadi tradisi kenduri yang diisi dengan bacaan tahlil dan yasin
2. sebutkan biografi dari sunan Bonang yang kamu ketahui
a anak Sunan Ampel, yang berarti juga cucu Maulana Malik Ibrahim. Nama kecilnya adalah Raden Makdum Ibrahim. Lahir diperkirakan 1465 M dari seorang perempuan bernama Nyi Ageng Manila, puteri seorang adipati di Tuban. Sunan Bonang belajar agama dari pesantren ayahnya di Ampel Denta. Setelah cukup dewasa, ia berkelana untuk berdakwah di berbagai pelosok Pulau Jawa. Mula-mula ia berdakwah di Kediri, yang mayoritas masyarakatnya beragama Hindu. Di sana ia mendirikan Masjid Sangkal Daha.
Ia kemudian menetap di Bonang -desa kecil di Lasem, Jawa Tengah -sekitar 15 kilometer timur kota Rembang. Di desa itu ia membangun tempat pesujudan/zawiyah sekaligus pesantren yang kini dikenal dengan nama Watu Layar.
3. ceritakan perjalanan dakwah sunan Bonang secara singkat
Selain menimba ilmu dari ayahnya, Sunan Bonang juga diketahui berguru kepada Syekh Maulana Ishak. Hal itu dilakukannya ketika melakukan perjalanan haji ke Tanah Suci bersama Sunan Giri. Dalam buku Atlas Wali Songo karya Agus Sunyoto, dalam dakwahnya Sunan Bonang melakukan pendekatan melalui seni dan budaya, sebagaimana dilakukan Sunan Kalijaga, yang notabene memang muridnya. Pengetahuannya tentang kesenian dan kebudayaan, khususnya Jawa, ia dapatkan dari pihak keluarga ibunya yang merupakan kalangan bangsawan di Tuban.
Dari proses belajar tersebut, Sunan Bonang memahami dan mengetahui seluk beluk kesenian Jawa, terutama dalam bidang kesusastraan. Oleh sebab itu, ia dikenal piawai dalam menggubah macapat, yakni puisi dan tembang tradisional Jawa. Kendati demikian, sebelum memanfaatkan jalur kesenian, dakwah Sunan Bonang diketahui menggunakan pendekatan-pendekatan yang cenderung mengandung kekerasan. Dalam Babad Daha-Kediri, dikisahkan bagaimana Sunan Bonang menghancurkan arca-arca yang dipuja masyarakat Kediri.
Dalam Babad Daha-Kediri juga diterangkan pula bahwa Sunan Bonang pernah mengubah aliran sungai Brantas agar daerah-daerah tertentu yang dilintasi sungai tersebut kekurangan air. Daerah-daerah tertentu dalam konteks ini adalah daerah yang tidak menerima dakwah dan syiar Islam yang dibawanya. Akibatnya, masyarakat yang menolak kehadiran Islam dan Sunan Bonang harus menderita kekeringan.
Konsekuensi dari pendekatan dakwah yang cukup represif tersebut, seperti termaktub dalam Babad Daha-Kediri, mengakibatkan Sunan Bonang menghadapi resistansi dari masyarakat Kediri berupa konflik. Adapun dua tokoh utama yang kala itu sangat menentang Sunan Bonang adalah Ki Buto Locaya dan Nyai Plencing, yang notabene penganut ajaran Bhairawa-bhairawi.
Setelah kurang berhasil mengemban dakwah di Kediri, menurut naskah Hikayat Hasannuddin, Sunan Bonang lantas bertolak ke Demak atas panggilan Raden Patah. Di sana ia diberi amanat untuk menjadi imam Masjid Agung Demak.
Setelah dari Demak, ia kemudian pergi ke tempat kakak kandungnya yakni Nyai Gede Maloka di Kadipaten Lasem, Jawa Tengah. Menurut naskah Carita Lasem, di sana Sunan Bonang diminta oleh Nyai Gede Maloka untuk menjaga dan merawat makam nenek mereka yang berasal dari Champa, yaitu putri Bi Nang Ti, di Puthuk Regol.
Kemudian, berkaitan dengan dakwahnya, setelah metode syiarnya gagal di Kediri, Sunan Bonang mulai memanfaatkan wahana kesenian dan kebudayaan guna lebih menarik simpati masyarakat. Dalam buku Atlas Wali Songo diterangkan, Sunan Bonang dikenal sebagai penggubah tembang-tembang Jawa, kemudian menjadikannya berbagai jenis gending untuk berdakwah.
4. Bagaimana cara sunan Bonang mengembangkan dakwah seni dan budaya jelaskan
Dalam buku Atlas Wali Songo diterangkan, Sunan Bonang dikenal sebagai penggubah tembang-tembang Jawa, kemudian menjadikannya berbagai jenis gending untuk berdakwah.
menemukan dan mendesain seperangkat gamelan Jawa yang disebut bonang, yakni alat musik logam, berbentuk mirip gong, tetapi dengan ukuran dan bentuk yang lebih kecil. Nama alat gamelan bonang diyakini diambil dari nama tempat yang menjadi kediaman Sunan Bonang, yaitu Desa Bonang di daerah Lasem.
Memanfaatkan pertunjukan wayang, penyebaran ajaran Islam yang dilakukannya menjadi lebih mudah diterima masyarakat kala itu.
5. sebutkan nama-nama kitab beserta pengarang yang menjadi rujukan sunan Bonang untuk menulis kitab nafkah primbon
Ihya’ Ulumuddin karya Hujjatul Islam Imam Abu Hamid al-Ghozali
Tamhid (fi bayanit-Tawhid Wa Hidayati fi Kulli Mustarasyid Wa Rasyid) karya Abu Syakur bin Syu’aib Al-Kasi al Hanafi as-Salimi
Quth al-Qulub karya Abu Thalib al-Makky
Risalah al-Makkiyah fi Thariq al-Sada al-Sufiyyah karya Afifuddin at-Tamimi,
6. Bagaimana sikap positif sunan Bonang dalam berdakwah jelaskan
Merangkul yang belum memiliki pemahaman agama islam secara sempurna
Mau membaur dengan masyarakat abangan
Melakukan asimilasi budaya dengan masyarakat setempat
Tidak memaksakan kehendak manusia lain
Semoga dengan pertanyaan yang sudah terjawab oleh choirulmuttaaqin dapat membantu memudahkan mengerjakan soal, tugas dan PR sekolah kalian.
Apabila terdapat kesalahan dalam mengerjakan soal, silahkan koreksi jawaban dengan mengirimkan email ke yomemimo.com melalui halaman Contact
Last Update: Fri, 03 Dec 21