Kursi BasahMenjelang hari raya Idul Fitri Jono hendak pulang ke kampung halamannya di desa. Sudah sepuluh tahun ia bekerja di ibu kota menjadi seorang wakil direktur di CV Awan Putih. Sesampainya di kampung halaman ia bertemu dengan teman-temannya waktu kecil dulu.

"Hai Jon, wuelh hebat benar kamu Jon, kamu sudah menjadi orang

besar ini". Teriak Wahyu menyambut kedatangan Jono. "Ya, syukurlah Yu, berkat do'a teman-teman semua". "Kamu di ibu kota katanya menempati kursi basah ya?" tanya Wahyu

kepada Jono dengan penuh keheranan. "Kata orang sih dikursi basah, yang banyak menghasilkan uang. Tinggal duduk-duduk sudah dapat uang. Kalau kamu ingin jadi orang kaya kamu harus berani bekerja di kursi basah Yu".

Setelah percakapan dua orang sahabat itu selesai, Wahyu pun pulang. Di rumahnya yang sederhana ia berpikir tentang kesuksesan Jono yang baru bekerja sepuluh tahun sudah sukses punya mobil mewah dan rumah yang megah. Ia akhirnya tahu bahwa Jono sukses karena bekerja di kursi basah. Wahyu sehari-harinya bekerja sebagai juru ketik di kelurahan.

Keesokan harinya seperti biasa Wahyu berangkat ke kelurahan dengan sepeda onthelnya. Tanpa pikir panjang la mengambil ember yang berisi air dan menumpahkan ke kursinya. Selama seharian ia duduk di kursi itu. Lama-kelamaan badannya merasa meriang dan akhirnya pulang. la merasa dibohongi Jono.

"Jon, kamu telah bohongi aku ya, kamu bilang jika aku ingin menjadi orang kaya maka aku harus berani bekerja di kursi basah, seharian aku basahi kursiku tapi tidak jadi orang kaya, malah badanku meriang".
1. Tentukan pesan teks tersebu ​