mengapa dikatakan bahwa menyusun wacana yang baik harus melibatkan penalaran

Berikut ini adalah pertanyaan dari bessenurfadillah771 pada mata pelajaran B. Indonesia untuk jenjang Sekolah Menengah Atas

Mengapa dikatakan bahwa menyusun wacana yang baik harus melibatkan penalaran yang baik pula ​

Jawaban dan Penjelasan

Berikut ini adalah pilihan jawaban terbaik dari pertanyaan diatas.

Jawaban:

Wacana merupakan tataran yang paling besar dalam hierarki kebahasaan. Sebagai tataran terbesar dalam hierarki kebahasaan, wacana tidak merupakan susunan kalimat secara acak, tetapi merupakan satuan bahasa, baik lisan maupun tulis. Untuk wacana yang disampaikan secara tertulis, penyampaian isi atau informasi disampaikan secara tertulis. Hal ini dimaksudkan agar tulisan tersebut dipahami dan diinterpretasikan oleh pembaca. Hubungan antarkalimat dalam sebuah wacana tulis tersusun berkesinambungan dan membentuk suatu kepaduan. Oleh karena itu, kepaduan makna dan kerapian bentuk pada wacana tulis merupakan salah satu faktor yang penting dalam rangka meningkatkan tingkat keterbacaan.

Membina interaksi sosial yang baik antara siswa dengan guru dan antara sesama siswa harus terus dikembangkan. Apabila interaksi sosial tersebut terjalin dengan baik, hal itu akan sangat bermanfaat. Siswa akan merasa percaya, nyaman, dan hubungan dengan guru maupun siswa lain juga terjalin dengan baik. Selain itu, proses belajar mengajarpun akan berjalan dengan lancar. Untuk itu kemampuan siswa dalam berinteraksi sosial sangat penting untuk ditingkatkan.

Wacana yang baik adalah wacana yang harus memperhatikan hubungan antarkalimat. Hal ini harus selalu diperhatikan untuk memelihara keterkaitan dan keruntutan antarkalimat. Sejalan dengan pandangan bahwa bahasa itu terdiri atas bentuk (form) dan makna (meaning), hubungan dalam wacana dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu hubungan bentuk yang disebut kohesi, dan hubungan makna atau hubungan semantis yang disebut koherensi.

Wacana dapat dibagi menjadi dua macam yaitu wacana lisan dan wacana tulis. Wacana merupakan tataran yang paling besar dalam hierarki kebahasaan. Sebagai tataran terbesar dalam hierarki kebahasaan, wacana tidak merupakan susunan kalimat secara acak, tetapi merupakan satuan bahasa, baik lisan, maupun tertulis. Untuk wacana yang disampaikan secara tertulis, penyampaian isi atau informasi disampaikan secara tertulis. Ini dimaksudkan agar tulisan tersebut dapat dipahami dan diinterprestasikan oleh pembaca.

Informasi yang disampaikan melalui wacana tulis tentu mempunyai perbedaan dengan informasi yang disampaikan secara lisan. Perbedaan itu ditandai oleh adanya keterkaitan antarposisi. Keterkaitan dalam wacana tulis dinyatakan secara eksplisit yang merupakan rangkaian antarkalimat secara gramatikal. Adapun untuk bahasa lisan keterkaitan itu dinyatakan secara implisit, sedangkan kejelasan informasi akan didukung oleh konteks.

Melihat fenomena yang ada, dalam wacana tulis hubungan antarkalimat harus selalu diperhatikan untuk memelihara keterkaitan dan keruntutan antarkalimat. Keterkaitan dan kerapian bentuk dalam ilmu bahasa dinamakan kohesi dan koherensi. Kohesi dan koherensi mempunyai peran yaitu untuk memelihara keterkaitan antarkalimat, sehingga wacana menjadi padu, tidak hanya sekumpulan kalimat yang setiap kalimat mengandung pokok pembicaraan yang berbeda, melainkan satu unsur dalam teks yang harus menyatakan konsep ikatan.

Wacana dalam hal ini wacana berbentuk tertulis, menjadi bahan yang menarik untuk dikaji. Wacana-wacana yang berasal dari media seperti surat kabar, majalah, buku-buku teks, dokumen, prasasti, novel, cerpen, dan sebagainya dapat dikaji dari bentuk gramatikal, leksikal maupun dari segi konteks. Wacana-wacana tersebut mempunyai keunikan tersendiri sehingga menarik untuk dikaji.

Wacana merupakan sebuah struktur kebahasaan yang luas melebihi batasan-batasan kalimat, sehingga dalam penyusunannya hendaknya selalu menggunakan bentuk tulis yang efektif. Salah satu wujud wacana tulis adalah cerita pendek atau dalam bahasa Jawa disebut cerkak. Cerita pendek sebagai karya sastra bukan ditentukan oleh banyaknya halaman untuk mewujudkan cerita tersebut atau banyaknya tokoh yang terdapat dalam cerita, melainkan lebih disebabkan oleh ruang lingkup permasalahan yang ingin disampaikan. Jika dilihat dari bidang linguistik, dalam wacana tulis harus selalu diperhatikan kohesi dan koherensinya untuk memelihara keterkaitan antarkalimat sehingga wacana menjadi padu. Wacana tulis dalam kumpulan cerkak diduga mempunyai variasi penggunaan penanda kohesi dan koherensi. Fungsinya sebagai alat penggabung antarkalimat yang satu dengan yang lain, antarparagraf yang satu dengan yang lain sehingga membentuk keterkaitan.

Penjelasan:

Semoga dengan pertanyaan yang sudah terjawab oleh RanggaALONE01 dapat membantu memudahkan mengerjakan soal, tugas dan PR sekolah kalian.

Apabila terdapat kesalahan dalam mengerjakan soal, silahkan koreksi jawaban dengan mengirimkan email ke yomemimo.com melalui halaman Contact

Last Update: Wed, 23 Feb 22